Beberapa waktu lalu, saya mengunggah kegiatan presentasi riset anak saya di media sosial. Biasa lah, postingan ungkapan kegembiraan seperti ibu-ibu lain saat anaknya menjadi juara lomba gitu. Saat itu saya merasa lega karena anak sudah melewati “ujian akhir” berupa presentasi riset. Di tempat anak saya bersekolah, Sanggar Anak Alam (SALAM) Jogja, memang nggak ada ujian seperti Penilaian Akhir Semester (PAS).
Unggahan itu mendapat reaksi menggembirakan. Beberapa orang menyatakan keinginannya untuk menyekolahkan anak mereka di Sanggar Anak Alam Jogja. Beberapa lagi berharap akan ada sekolah seperti SALAM di kotanya. Hal ini sih tidak mungkin terjadi. Yang saya tahu, pendirinya pernah berkelakar bahwa SALAM tidak akan membuka cabang seperti McDonald’s. Kalau mau merasakan sekolah seperti SALAM, ya Anda memang perlu menginisiasi embrionya dan mendirikan sendiri. Begitu kira-kira jawaban Sri Wahyaningsih dan Toto Rahardjo (pendiri Sanggar Anak Alam Jogja) beberapa tahun silam.
Presentasi menjadi tanda bahwa sebuah semester sudah berakhir. Artinya, musim pendaftaran siswa baru pun akan segera dimulai. Meski tahun ajaran baru masih lama, tapi sekolah swasta seperti SALAM biasanya sudah membuka pendaftaran calon siswa baru sejak bulan Januari. Bahkan saat penerimaan rapor, sudah tersedia formulir yang perlu diisi jika akan meneruskan pendidikan di SALAM. Hal ini tak jarang membuat orang tua yang belum pernah menyekolahkan anaknya ketinggalan melakukan admisi.
Dua puluh tahun silam, pendaftaran sekolah memang biasanya baru dimulai sekitar bulan Mei-Juni. Namun, zaman benar-benar sudah berubah. Tak cuma untuk naik haji yang perlu mendaftar jauh-jauh hari. Bahkan untuk mendaftar sekolah ke tingkat PAUD saja sudah perlu booking tempat. Terlebih untuk sekolah yang dianggap prestisius karena metodenya yang tidak konvensional seperti Sanggar Anak Alam (SALAM) Jogja, sekolah-sekolah Montessori, dan sekolah-sekolah modern berbasis agama.
Daftar Isi
Sekolah alternatif menjadi idola baru bagi orang tua masa kini
Sekolah dengan konsep alternatif memang menjadi oase bagi orang tua masa kini. Mereka yakin bahwa pendidikan alternatif adalah sebuah jalan keluar dari kekangan pendidikan konvensional. Pendidikan alternatif seperti di SALAM dipercaya sebagai pendidikan sempurna untuk menciptakan generasi yang lebih baik. Maka, tidak mengherankan jika sekolah-sekolah pengusung model pendidikan alternatif menjadi idola baru bagi orang tua masa kini. Di kota-kota lain pun sudah banyak model sekolah yang menyerupai SALAM.
Padahal menjadi orang tua siswa sekolah alternatif—apalagi di SALAM—sebenarnya bukanlah perkara yang mudah. Pasalnya, kewajiban orang tua bukan hanya soal membayar SPP. Ada konsekuensi lain yang akan mengikuti ketika orang tua memilih jalur pendidikan alternatif. Meski bertujuan baik, tapi sebelum keburu memutuskan untuk menceburkan diri ke dalam model pendidikan alternatif, sebaiknya Anda sudah memikirkan hal-hal berikut ini.
#1 Fleksibilitas ketersediaan waktu orang tua
Kebanyakan sekolah alternatif mengutamakan hadirnya orang tua dalam pendidikan anak. Perkara ini bukan sebatas mendampingi saat anak melakukan trip saja. Sekolah alternatif, biasanya sering membuat agenda agar anak dapat memiliki bonding yang lebih erat dengan orang tuanya.
Maka, jangan heran jika Anda memilih sekolah alternatif seperti Sanggar Anak Alam (SALAM) Jogja, kelak akan banyak program yang mewajibkan keterlibatan orang tua. Sebut saja agenda cooking class, petualangan bersama ayah ibu, family gathering, parent day, parenting class, dan lain-lain. Berbeda dengan arisan sosialita sekolahan, yang bisa kita tolak, agenda-agenda sekolah tentu tak bisa dihindari, karena merupakan bagian dari program sekolah.
#2 Kurangnya dukungan lingkungan
Memilih pendidikan alternatif akan menimbulkan munculnya kemungkinan dipandang berbeda oleh orang-orang di sekitar Anda. Masalahnya, pandangan ini tak jarang memunculkan komentar berbau negatif. Anda mungkin saja akan sering mendapat cibiran, atau pertanyaan dan kernyitan dahi dari orang lain tentang pilihan Anda. Terkadang cibiran ini justru datang dari keluarga dekat.
Ungkapan seperti, “Sekolah kok nggak pernah belajar.” akan menjadi suara yang biasa muncul dari orang-orang terdekat. Apalagi kalau sekolahnya di Sanggar Anak Alam (SALAM) Jogja, pasti akan mengalami komentar, “Sekolah kok liar?”
Untuk menyikapi hal ini pun tidaklah mudah. Bukankah lucu rasanya jika membela mati-matian preferensi pendidikan yang kita pilih. Pada akhirnya mungkin Anda hanya akan bisa diam dan bersungut dalam hati.
#3 Kesulitan anak untuk membaur
Gaya pendidikan alternatif yang berbeda dari gaya pendidikan konvensional akan membuat anak Anda terlihat berbeda pula. Tak jarang, hal ini dapat membuat anak Anda dipandang tak sefrekuensi dengan temannya. Dan, jangan berkecil hati jika suatu hari ia pulang dan menangis karena diejek tentang sekolahnya.
Dalam lingkungan yang kurang baik, tak jarang anak-anak yang bersekolah di sekolah alternatif dipandang aneh oleh teman di rumah. Apalagi kalau calistung tidak menjadi hal yang diajarkan secara spesifik di sekolah. Bisa anak mengalami perundungan verbal seperti anak teman saya. Ia diledek bodoh hanya karena belum bisa matematika, tak seperti temannya yang bersekolah di sekolah umum.
#4 Minimnya kelanjutan model pendidikan alternatif di jenjang yang lebih tinggi
Berbeda dengan model pendidikan konvensional, model pendidikan alternatif belum tentu bisa dilanjutkan di tingkat yang lebih tinggi. Hal ini membuat Anda perlu ikhlas jika nilai positif dari sekolah alternatif tak akan bisa berlanjut dan hanya berhenti di level pendidikan anak saat ini.
Meski hal itu seolah tak akan jadi masalah. Tapi percayalah bahwa setelah mengenyam model pendidikan alternatif, maka model pendidikan konvensional akan terasa sangat menjemukan dan tak lagi relevan dengan nilai-nilai yang sudah dipelajari anak.
Sekolah alternatif seperti Sanggar Anak Alam (SALAM) Jogja memang menarik. Selalu ada banyak cerita seru dan di media sosial, pun kegiatannya terlihat selalu asyik. Tapi, sekolah yang terbaik sebenarnya adalah sekolah yang paling rasional dan sejalan dengan ritme di keluarga Anda.
Maka, sebelum menentukan pilihan dan terlalu jatuh cinta dengan Sanggar Anak Alam (SALAM) Jogja, sebaiknya Anda menggali lebih dalam tentang hal-hal terkait sekolah yang Anda incar ini. Jangan sampai merasa menyesal karena ternyata sekolah alternatif favorit Anda tak berhasil memuaskan ekspektasi Anda.
Penulis: Butet RSM
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Katanya Sekolah Itu Mencerdaskan Manusia, tapi kok Cuma Mau Menerima Murid yang Pintar?
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.