Saya pernah kerja part time alias kerja sambilan di salah satu restoran besar di Kota Malang. Sebenarnya hanya iseng saja, saya mencoba mendaftar karena melihat lowongan pekerjaan itu berseliweran di Instagram. Kuliah sambil bekerja tidak pernah dalam rencana hidup saya sebetulnya.
Selang beberapa hari setelah mendaftar, email dari untuk melakukan tahapan wawancara datang. Tentu saja saya deg-degan bukan main. Namun, semua proses seleksi mampu saya hadapi dengan baik. Singkat cerita saya diterima dan ditempatkan di divisi steward. Bahasa lebih mudahnya, tukang cuci yang bertanggung jawab terhadap segala perataan dapur.
Dunia perdapuran yang keras
Saya benar-benar tidak tahu apa-apa terkait bisnis restoran. Apalagi situasi dan tanggung jawab kerjanya. Setelah benar-benar terjun kerja part time di dapur, baru saya tahu dunia dapur itu begitu keras.
Hari pertama kerja jatuh pada akhir pekan. Sudah pasti restoran akan lebih ramai daripada hari-hari biasa. Saya sudah bersiap untuk menghadapi banyak pekerjaan. Namun, tidak saya sangka piring yang akan saya cuci sebanyak itu. Piring kotor datang silih berganti, seolah-olah tidak kenal berhenti. Capeknya bukan main.
Keterkejutan kedua muncul ketika saat salah satu chef marah karena ada pegawai yang ketahuan minum dengan santai di bagian dapur. Segala macam umpatan keluar dari mulutnya. Walau bukan yang dimarahi, mental saya langsung ciut mendengarnya.
Sebenarnya saya juga sempat kena omelan sih, tapi tidak separah cerita di atas. Salah satu chef meminta saya untuk mengambil keju di salah satu ruangan, kami menyebutnya ruangan prepare. Mereka terheran-heran ketika melihat apa yang saya bawa ternyata bukan bukan keju, melainkan mentega mentega. Di mata saya yang baru beberapa hari kerja part time bentuknya mirip sih. Akhirnya saya minta maaf.
Kerja part time di restoran besar bikin banyak belajar
Memang sih, pengalaman-pengalaman buruk di dapur tidak bisa menguap begitu saja. Namun, saya berupaya mengambil hal-hal baik dari pengalaman kerja part time di restoran besar. Intinya, saya benar-benar belajar banyak dari pengalaman itu.
Kerja part time di restoran itu bikin capek dan tekanan batin memang. Namun, sisi baiknya, pesanan dobel atau pesanan yang salah masak tidak dibuang begitu saja. Kami dapat memakannya sesuka hati. Tentu ini kesempatan emas bagi anak kos seperti saya. Makan di tempat kerja bisa menghemat pengeluaran, di sisi lain makanannya enak-enak.Hanya saja, tetap perlu sadar diri ya, jangan rakus.
Selain itu, karyawan-karyawan restoran menyambut baik keinginan saya mencari ilmu di sana. Tidak hanya di dapur, saya pernah mencoba merambah bagian bar. Mereka dengan sabar mengajarkan membuat secangkir kopi dengan mesin yang mahal, seharga mobil Avanza. Saya langsung takut kalau salah pencet.
Jujur saja, melihat dan mengalami kerasnya dunia dapur restoran membuat saya tidak takut dengan dunia kerja mendatang. Saya mengalami hal-hal buruk maupun baik ketika kerja part time dan mampu melaluinya. Semoga ini menjadi bekal yang baik untuk mengahadapi dunia kerja dan kenyataan hidup ke depan.
Penulis : Raihan Dafa Achmada
Editor : Kenia Intan
BACA JUGA Kerja Part Time Sebagai Pramusaji Catering Adalah Pekerjaan Paling Cocok untuk Mahasiswa
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.