Belakangan, pemerintah mengeluarkan aturan sampah dipilah berdasarkan tanggal ganjil genap. Maksud dari aturan ini adalah menganjurkan masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah berdasarkan pada tanggal. Misalnya, pada hari dengan tanggal ganjil, jenis sampah yang dipilah adalah sampah organik. Sementara untuk genap adalah sampah anorganik. Tujuannya adalah untuk mempermudah pengelolaan sampah dan menyamaratakan beban pembuangan sampah di setiap harinya. Hal ini dalam rangka untuk mencegah penumpukan sampah di tempat pembuangan atau fasilitas sampah. Aturan ini bagus, tapi persoalannya adalah bagaimana dengan kesiapan infrastruktur pembuangan dan pengelolaannya sendiri?
Mau dipilah sekalipun, kalau infrastrukturnya belum siap, ya percuma. Titik pembuangan sampah masih amburadul, tidak ada sentra pengelolaan daur ulang sampah, dan TPA yang over capacity akan membuat persoalan sampah ini akan tetap jadi panu di tubuh Kendal.
Minimnya kesadaran masyarakat memperburuk persoalan
Belum lagi, pola pikir masyarakat Kendal yang bodo amat soal dampak dari kehadiran sampah. Dibuang sembarang di sudut-sudut pasar, di sungai, dan bahkan di tempat umum seperti terminal. Lucunya, ketika musim hujan seperti saat ini, ada warga kendal yang memanfaatkannya untuk membuang sampah dengan skala besar di sungai supaya cepat dialirkan ke laut. Akibatnya, ketika hujan tinggi, sungai meluap, tanggul jebol, dan akhirnya banjir.Â
Perilaku masyarakat seperti ini perlu tindakan tegas melalui regulasi. Perda tentang buang sampah sembarangan tentu segera diinisiasi dong. Biar ada hukuman yang membuat masyarakat mikir kalau buang sampah sembarang. Selain itu, di Kendal juga terdapat sejumlah komunitas lingkungan. Beberapa di antaranya punya program ecobrick (pemanfaatan sampah plastik) dan program pupuk sampah rumah tangga. Mereka bisa jadi penggerak untuk mengolah sampah jadi barang bernilai. Sayangnya, ketika mereka butuh dukungan anggaran dan program, mereka acapkali tersingkirkan dan dipolitisasi untuk kepentingan pemilu saja.
Sekali lagi, sampah adalah masalah kesadaran. Seperti panu, yang hilangnya juga butuh kesadaran soal pentingnya kebersihan. Sampah juga perlu penanganan yang sistemik, bukan hanya soal gimmick gerakan yang usianya hanya satu bulan, kemudian hilang seperti siluman. Kalau sukanya yang seremonial-seremonial begitu, siap-siap aja, Kendal bisa jadi Kota Sampah di masa depan.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Status Kendal Kota Santri Mulai Luntur. Terima Kasih untuk Gangster yang Semakin Meresahkan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















