Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kenapa Kalau Sedekah Harus Difoto? Antara Riya’, Branding, dan Buat LPJ

Dessy Liestiyani oleh Dessy Liestiyani
26 April 2020
A A
sedekah riya pamer medsos mojok

sedekah riya pamer medsos mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Saat ini di mana hampir semua orang stres karena bisnis morat-marit, pendapatan tipis bahkan tidak ada, mengakibatkan semakin banyak orang yang hidup berkekurangan. Dari awal wabah ini mulai menggerogoti kehidupan bangsa, sudah banyak orang maupun organisasi yang sigap membantu orang-orang yang kesusahan. Apalagi memasuki bulan Ramadan, orang merasa ini waktu yang sangat baik untuk sedekah.

Namun, saya justru jadi merasa tidak enak hati kalau membaca status orang yang mengindikasikan habis sedekah.

“Pulang kerja tadi ngeliat ada anak kecil jualan roti goreng di pinggir jalan. Kasian banget. Walaupun sebenernya gak terlalu doyan roti goreng, tapi akhirnya luluh juga ngeliat tampang melas Si Adik. Ya sudah aku borong aja semua dagangannya, plus kasih tambahan buat Si Adik “

“Alhamdulillah, bisa berbagi rejeki sedikit dengan si abang ojol. Padahal cuma dilebihin lima ribu perak dari tarifnya, eh dia seneng banget. Bilang terima kasih berkali-kali.”

“Selesai sudah hari ini bagi-bagi nasi bungkus buat pengemis-pengemis sepanjang jalan tadi.”

Selanjutnya bisa ditebak. Banjir jempol di medsos. Bikin dada sesak dan idung kembang kempis. Luruh lantaklah semua niatan awal, ketutup rasa bangga dan jumawa. Hati-hati ya, maunya berbuat kebaikan malah jadinya riya’.

Emangnya gak bisa diem-diem aja ya? Apakah kalau diomongin dan disebarluaskan ke umat manusia seluruh dunia maka pahalanya jadi lebih banyak?

Memang medsos sudah gak bisa lepas dari rutinitas sehari-hari. Namun, pergunakanlah medsos dengan bijak. Daripada bikin story udah bantu si adik penjual roti goreng, saya lebih menghargai postingan foto si adik disertai keterangan ia berjualan di daerah mana. Siapa tahu ada yang tergugah untuk membantu lebih banyak untuknya. Gak usahlah sumbangan kita disebut-sebut juga.

Baca Juga:

Beasiswa untuk Orang Kaya: Ironi Sistem Pendidikan Kita

Menormalisasi Resepsi Pernikahan Tanpa Sumbangan. Bukannya Sultan, Hanya Nggak Ingin Punya Beban

Yang biasanya kejadian nih, foto yang di-post yaa pas lagi ngasih sumbangan. Salaman dengan amplop di tangan, buntelan sembako di kaki, nyengir ke kamera. Dan, KLIK….

Nah, yang seperti ini biasanya dari perusahaan, yayasan, organisasi, dan balon-balon (bakal calon) pilkada. Mau diingetin supaya gak riya’, gak mungkin juga. Karena memang mereka lagi promosi kok. Dan mereka perlu foto tersebut salah satunya sebagai bukti pertanggungjawaban kepada pemilik dan para penyumbang. Sementara kuintansi saja tidak cukup. Dilematis jadinya kan.

Belum lagi kalau sudah mikirin branding. Ini lebih gila lagi.

Kebetulan saya delapan tahun berkecimpung di dunia pertelevisian. Beberapa kali mendapat tugas untuk mengerjakan program-program donasi yang disponsori oleh perusahaan atau yayasan. Maaf, menurut saya urusannya jadinya ya cuma satu itu, branding.

Logo bertaburan di mana-mana. Paling minimal adalah logo di spanduk, logo di banner, dan stiker sponsor di buntelan sembako. Kadang penerima bantuan dibujuk untuk memakai kaos nama sponsor tersebut. Belum lagi kalau penerima bantuan juga dipaksa untuk mengucapkan terima kasih dengan menyebut nama sponsor secara on air.

Lebay ah, menurut saya lho. Tapi ini sudah biasa terjadi. Orang pun maklum saja akhirnya.

Saya pernah dengar khotbah yang mengatakan kalau nyumbang atau sedekah itu yang penting ikhlas. Gak usah mengharap apa-apa kecuali ridho Allah. Termasuk gak usah nungguin tu orang bilang terima kasih. Entar dada sesak dan idung kembang kempis lagi.

Saya yakin, para penyumbang itu ikhlas membantu orang-orang yang kesusahan. Tulus? Nah, itu nanti dulu. Menurut pengertian saya, tulus itu tidak mengharapkan apa-apa. Dan menurut saya, kalau dengan menyumbang/sedekah juga ingin (produknya) dikenal orang, ya bukan tulus namanya.

Solusinya apa dong?

Jika ingin menyumbang atas nama pribadi, saya rasa tidak perlu disebutlah dari siapa, gelarnya apa, jabatannya apa, rumahnya di mana, dan medsosnya apa. Hamba Allah buat yang muslim, atau NN (no name) saja. Dan gak perlu juga bikin pengumuman ke seluruh umat planet lewat medsos. Pada akhirnya, semua kembali lagi ke pribadi dan tujuan masing-masing. Ikhlas? Tulus?

Untuk perusahaan, yayasan, atau organisasi, saya berharap bisa dibuat bentuk lain yang lebih kreatif dan soft selling (kalau memang branding sudah kudu, harus, wajib, ada di kegiatan amal ini). Saya lebih menyukai bentuk pembuatan klip (baik dalam bentuk foto ataupun audio visual) berupa kegiatan anggota yayasan yang menyambangi lokasi para pemulung, ikut berinteraksi dengan warga di sana misalnya masak bareng-bareng dan makan lesehan bersama warga.

Atau ikut berinteraksi di sekolah jalanan untuk anak-anak. Ikut memberikan keceriaan kepada anak-anak mereka dengan membacakan buku, memutarkan film untuk ditonton bersama, dan lain sebagainya. Berikan kegiatan yang sepertinya tidak mungkin mereka lakukan sehari-hari, atau makanan yang mungkin belum pernah mereka makan sebelumnya. Menurut kalian, apa mereka pernah makan ayam KFC atau bakmi GM ?

Dengan liputan kegiatan kebersamaan bersama warga yang dibantu, saya yakin kemasan klip akan lebih menarik daripada sekadar salam tempel dalam balutan logo. Sekedar pendapat dan saran saya saja sih. Karena saya selalu melihat porsi branding seperti menjadi prioritas utama disini.

Ah, saya hanya bisa mendoakan semoga semua orang yang ingin menyumbang, niatnya memang ikhlas dan tulus untuk membantu sesama.

BACA JUGA Perlu Diingat: Yang Lebih Arab, Bukan Berarti Lebih Alim

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 26 April 2020 oleh

Tags: bantuanIkhlasMiskinsedekahSumbangan
Dessy Liestiyani

Dessy Liestiyani

Wiraswasta, mantan kru televisi, penikmat musik dan film.

ArtikelTerkait

Usulan Pak Muhadjir Effendy Soal Nikah Antartingkat Ekonomi Memang Kompor Gas!

Usulan Pak Muhadjir Effendy Soal Nikah Antartingkat Ekonomi Memang Kompor Gas!

21 Februari 2020
Jangan Ajari Warga NTT Bersyukur, tapi Ajari Pemda NTT Berpikir terminal mojok

Bantuan ‘Sederhana’ Datang, Tolong Jangan Ajari Warga NTT Bersyukur, melainkan Ajari Pemda NTT Berpikir

23 April 2021
enggan miskin

Miskin Enggan, Kaya Tak Mampu

22 Mei 2019
pura-pura miskin

Pura-Pura Miskin Sama Sulitnya dengan Pura-Pura Kaya

14 Juni 2019
Menurut K.H. Anwar Zahid, Sedekah Itu Nggak Hanya Ikhlas, tapi Juga Pantas

Menurut K.H. Anwar Zahid, Sedekah Itu Nggak Hanya Ikhlas, tapi Juga Pantas

7 April 2023
Cianjur Berduka: Hancur oleh Gempa, Dikubur oleh SARA dan Preman

Cianjur Berduka: Hancur oleh Gempa, Dikubur oleh SARA dan Preman

1 Desember 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.