Kegagalan Skema Satu Arah atau SSA untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di wilayah kampus Jember semakin menguatkan bahwa kemacetan adalah masalah serius bagi kota pendidikan di ujung timur Pulau Jawa ini. Terhitung sudah beberapa skema dan opsi diujicobakan untuk mengatasi masalah kemacetan Jember. Sayang, semuanya belum menghasilkan solusi dan memecah masalah kemacetan yang terjadi.
Mulai dari upaya penataan dan relokasi PKL, pengaktifan kembali Bundaran Mastrip, hingga terbaru, SSA 24 jam, tak hanya menemui kegagalan, tapi juga mendapat penolakan dari masyarakat. Dalam banyak tulisan, pedagang kaki lima atau PKL menjadi kambing hitam dan kerap disalahkan sebagai penyebab kemacetan di wilayah kampus Jember. Tapi, apa iya PKL menjadi satu-satunya penyebab kemacetan? Memangnya nggak ada penyebab lainnya?
Hemat saya, untuk mengatasi masalah kemacetan turun temurun di wilayah Kampus Jember, tentu kita perlu mengetahui asal muasal dan penyebab kemacetan di Jember.
Jalanan di wilayah kampus Jember sudah tidak mampu menampung volume kendaraan yang lalu-lalang tiap hari
Untuk mengetahui penyebab kemacetan, saya memulai dengan asumsi dasar: jalanan di wilayah Kampus Jember sudah tidak mampu menampung volume kendaraan yang lalu-lalang setiap harinya. Sebelumnya, wilayah kampus Jember ini terdiri dari 4 jalan utama yang saling terhubung membentuk persegi.
Pertama, Jalan Jawa dengan kemacetan dan kepadatannya. Kedua, Jalan Kalimantan dengan Universitas Jember (UNEJ)-nya. Ketiga, Jalan Mastrip dengan gerbang belakang UNEJ dan ribuan mahasiswanya. Keempat, Jalan Riau dengan beragam jajanan dan warung kopinya.
Mari kita mulai dengan Jalan Jawa. Jalan satu ini cukup padat dan bisa menampung hingga 4 kendaraan berjajar di saat bersamaan. Lantas, sumber lalu lintas jalan ini dari mana saja, sih?
Di Jalan Jawa, terdapat dua sekolah populer dengan ratusan siswanya. Ada SMAN 2 Jember dan SMPN 3 Jember. Selain itu, ada juga gedung Dispendukcapil yang setiap hari melayani ratusan warga Jember mengurus dokumen kependudukan.
Dari ketiga lokasi itu, wajar kalau arus lalu lintas di Jalan Jawa terbilang cukup padat. Itu masih ditambah mahasiswa UNEJ serta puluhan kendaraan anggota DPRD yang kebetulan gedungnya berada di ujung Jalan Jawa, bersisian dengan Jalan Kalimantan. Makin padet, kan?
Selanjutnya kita beranjak ke Jalan Kalimantan. Jalan paling padat di Jember ini cukup ikonik dengan double way-nya. Sumber lalu lintas di jalan ini cuma satu: mahasiswa UNEJ yang kuliah setiap hari. Nah, dari sekian banyak mahasiswa yang lewat sini, kebanyakan membawa kendaraan pribadi. Bahkan banyak juga mahasiswa yang naik mobil ke kampus.
Kebayang kan padatnya lalu lintas Jalan Kalimantan dengan mahasiswanya itu? Ya, padat banget dan kemacetan udah jadi makanan sehari-hari siapa pun yang lewat sini.
Terus, Jalan Mastrip dan Jalan Riau gimana? Keduanya memang jalan favorit mahasiswa untuk mencari kos atau kontrakan karena jaraknya cukup dekat dengan UNEJ. Maka nggak usah heran kalau penyumbang volume kendaraan terbesar adalah mahasiswa. Boleh dibilang penyebab utama kemacetan di wilayah kampus Jember adalah mahasiswa.
Kemacetan biasa terjadi di jam sibuk
Tapi, PKL kan makan jalan dan trotoar! Mungkin begitu pikiran orang-orang. Iya saya tahu, PKL memang makan tepi jalan dan trotoar, tapi kalau volume kendaraannya normal, ya nggak bakal macet. Mau dipindah atau ditertibkan sampai Jalan Jawa nggak ada PKL-nya sama sekali, kalau volume kendaraannya masih cukup banyak, tetap saja jalan ini nggak bisa menampung volume kendaraan yang membludak.
Kemacetan di Jalan Jawa ini sebenarnya juga nggak terjadi 24 jam, kok. Palingan kemacetan terjadi di pagi hari waktu kebanyakan mahasiswa berangkat ke kampus, anak sekolahan berangkat ke sekolah, dan karyawan pergi ke kantor. Lalu lintas di Jember siang hari lumayan aman lancar, kok, palingan kerasa panasnya aja.
Kemacetan akan kembali terasa di sore hari saat banyak mahasiswa pulang kampus, anak sekolahan pulang sekolah, dan karyawan pulang kantor. Nah, barulah kemacetan Jember sesi kedua dimulai. Sungguh nggak beruntung mahasiswa yang kebagian kuliah di jam-jam padat penuh kemacetan itu.
Terus, setelah tahu penyebab kemacetan Jember yang tak kunjung ada solusinya ini kita harus gimana?
Kalau tanya ke saya, saya bakal jawab begini. Untuk mahasiswa, maksimalkan mobilitas kalian. Kalau nggak butuh banget, jangan menyumbang kemacetan. Udah di kos aja, nonton YouTube atau ngerjain tugas biar cepet lulus.
Untuk pemerintah, SSA sebenarnya bagus, kok. Bisa menjadi solusi sementara dan memecah kepadatan arus lalu lintas yang jadi masalah turun temurun di Jember. Tapi, cukup terapkan SSA di jam-jam sibuk saja. Nggak usah 24 jam juga. Yang perlu diatur itu lalu lintas manusia, bukan lalu lintas makhluk halus, Pak.
Penulis: Agus Miftahorrahman
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Sistem Satu Arah 24 Jam Kampus (Masih) Bukan Solusi Kemacetan Jember, yang Ada Justru Nambah Masalah.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.