Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kelas Sosial dalam Menu Pamongan Wetonan: Ultah Klasik yang Mulai Hilang

Bayu Kharisma Putra oleh Bayu Kharisma Putra
22 Januari 2021
A A
Kelas Sosial dalam Menu Pamongan Wetonan: Ultah Klasik yang Mulai Hilang terminal mojok.co

Kelas Sosial dalam Menu Pamongan Wetonan: Ultah Klasik yang Mulai Hilang terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai masyarakat yang hidup di sebuah wilayah yang nanggung (bukan pegunungan, bukan kota, biasa disebut cah pinggiran atau wong nglare), saya merasakan perubahan budaya yang sangat drastis. Banyak hal yang hilang dan diganti hal yang baru, lebih modern karena sesuai perkembangan zaman. Hal yang paling mencolok, dulu ada yang namanya kerja bakti, sekarang bayar orang alias iuran kebersihan. Dulu anak muda biasa nongkrong di angkringan, sekarang di kedai kopi. Namun, yang paling menyedihkan adalah hilangnya salah satu budaya asli nenek moyang, yaitu ultah model Jawa, alias pamongan wetonan atau bancaan weton.

Pamongan wetonan sendiri merupakan peristiwa penting untuk anak-anak kecil di desa saya. Namun, itu dulu. Pasalnya, saya melihat pamongan (makan-makan bersama dalam satu wadah) untuk merayakan weton, terlihat untuk yang terakhir kali pada tahun 2008 atau 2009. Sejak saat itu, sudah tak ada lagi yang menyelenggarakan pamongan model begini. Pamongan wetonan adalah kegiatan mengumpulkan anak-anak kecil untuk diajak makan bersama, di rumah seorang anak yang tengah merayakan hari wetonnya (hari di mana dia lahir).

Biasanya, para tetangga akan membantu yang punya hajat. Tak perlu banyak orang karena masakannya sangat sederhana. Nasi putih diberi urap atau kami biasa menyebutnya sego kluban. Kadang ditambah ikan asin dan telur rebus. Ada dua nampan atau tampah bambu, satu berisi nasi urap dan yang satu berisi jajan pasar. Nah, di bawah daun pisang penutup tampah itulah disimpan doorprize. Doorprize bisa diambil jika semua nasi urap telah habis. Akan ada anak yang memberi aba-aba begitu nasi habis.

“Siji, loro, telu…!”

Semua anak berebut mengambil koin di bawah daun pisang pelapis tampah. Ada yang ketendang mukanya, ada yang kena sikut, pokoknya harus ada yang sampai nangis. Lalu dilanjut rebutan jajan pasar, alias dessert. Pokoknya yang paling preman dan besar pasti menang banyak.

Nah, perkara strata sosial juga bisa kita lihat dari hidangan yang disediakan.

#1 Kelas sultan

Kalau kelas sultasn, semua anak se-RT pasti datang. Biasanya akan ada baceman tempe dan tahu, atau ditambah ayam goreng, dan telur rebusnya tak dipotong, full sak glundung. Perkara doorprize tak sembarangan, ada uang kertasnya dong, uang koin pasti bejibun, dan setelah pamongan boleh pinjam PS punya si tuan rumah sambil minum es sirup marjan rasa cocopandan. Jajanan juga tak main-main, ada Tango, Oreo, Beng-Beng. Apa itu apem dan carabikang? Rak level leh!

#2 Kelas bangsawan

Menunya nasi urap biasa, tapi telurnya dipenggal jadi dua. Ada tempe bacem, tapi dipotong-potong juga. Anak-anak yang datang lumayan banyak karena doorprizenya juga lumayan. Tak ada uang kertas, tapi koin ada banyak. Jajan pasar tetap ada wafernya, tapi dengan merek yang tak terlalu terkenal, semacam Roda Emas, Nabati, dan wafer tak bermerek dari pasar. Ada apem dan kue cucur juga. Untuk minum, seperti kebanyakan orang Indonesia, teh manis hangat, kemepyar!

Baca Juga:

4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Jadi Guru, Sebaiknya Cari Profesi Lain kalau Nggak Ingin Menyesal Seumur Hidup

Alasan Orang Dewasa Masih Suka Nonton Upin Ipin, Ingin Nostalgia hingga Episode yang Ghibah-able

#3 Kelas lumrah

Kelas ini bikin nasi urap yang jumlah urap, lauk dan nasinya tak seimbang. Biasanya nasi menggunung tinggi, dengan urap yang hanya segelintir di permukaan, kampul-kampul tok, serupa oase di tengah gurun. Pokoknya seret adalah takdir yang pasti. Ada koin di bawahnya lima atau sepuluh biji saja. Jajan pasar adalah apem dan kadang ditambah apel kecil-kecil, yang kalau digigit langsung bopak 50%. Minumnya air putih, yang baik untuk kesehatan dan melegakan seret di leher. Tak banyak yang datang, paling pol nonton dari jauh. Males juga kalau disuruh ngabisin nasi segitu banyak. 

#4 Kelas medit

Menu di kelas medit biasanya, nasi urap sama ikan asin, tak ada doorprize, tak ada snack. Padahal termasuk keluarga kelas menengah atas, kadang malah PNS. Tak ada yang datang karena yang diundang juga cuma satu dua orang anak.

Namun, walaupun kelas sultan dan bangsawan yang mengadakan pamongan wetonan, jika ada jenis anak ajaib datang, acara akan kacau. Anak ajaib adalah anak yang beringus tahunan, bahkan sampai SD masih ingusan (ini secara harfiah). Pokoknya sentlap-sentlup gitu, deh.

Saat anak ingusan ini datang dan tak mau cuci tangan, semua orang menyingkir. Pokoknya anak yang paling preman saja takut. Soalnya dia nggak mau cuci tangan dan pernah ada kejadian liftnya jatuh ke nasi. Alhasil semua orang pulang, koin dan jajanan diambil dia semua. Nasib-nasib.

Pamongan yang menyenangkan ini, terpaksa tergeser dengan banyaknya acara ultah yang menghadirkan kue tart dan lilin. Tentu saja acara ultah ini didukung balon, undangan, badut, doorprize, serta buah tangan yang yahud. Acara ultah memang megah, tapi kruyukannya nggak ada. Dibanding pamongan wetonan, acara semacam ini nggak bikin anak-anak ngumpul dan berinteraksi hangat untuk saling berbagi makanan.

BACA JUGA Cinta Kami yang Kepentok Weton Wage dan Pahing dan tulisan Bayu Kharisma Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 22 Januari 2021 oleh

Tags: Anak-Anakpamongan wetonanultah
Bayu Kharisma Putra

Bayu Kharisma Putra

Anak pertama

ArtikelTerkait

pengalaman anak-anak dikejar sapi saat main ke wonogiri mojok.co

Pengalaman Dikejar Sapi saat Berkunjung ke Wonogiri

2 Juni 2020
juliari batubara badut jalanan sedih tawa mojok

Mentertawakan Permohonan Bebas Juliari Batubara, si Paling Menderita

10 Agustus 2021
kodomo kodomo teman baikku mojok

Kodomo, Pasta Gigi yang Bikin Rajin Sikat Gigi

3 Agustus 2021
anak kecil berbohong parenting mojok

3 Faktor Penyebab Anak Suka Berbohong

21 September 2020

4 Alasan Bocil Hijrah dari Gim Mobile Legends

5 Juni 2021
Memaklumi Uang THR yang Dipegang Ibu dan Tak Kunjung Dikembalikan terminal mojok.co

Memaklumi Uang THR yang Dipegang Ibu dan Tak Kunjung Dikembalikan

16 Mei 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.