Sebelum bus Harapan Jaya dan bus Bagong lalu-lalang di jalanan Kediri, daerah ini sebenarnya memiliki perusahaan otobus yang cukup mencuri perhatian. Adalah bus Hasti, sebuah perusahaan otobus asli dari Kediri yang melayani berbagai rute dari Kediri ke kota-kota lain di Jawa Timur.
Di era keemasannya, bus Hasti menjadi andalan. Beberapa teman yang asli dari Kediri mengakui jika bus ini menjadi primadona di jalanan Kediri raya. Akan tetapi masa keemasan bus tersebut kemudian pudar seiring dengan semakin banyaknya saingan yang bermunculan. Hingga akhirnya bus ini tersingkir dari aspal jalanan. Saya mencatat, setidaknya ada tiga kekurangan bus Hasti yang membuatnya tersingkir.
#1 Kejayaan yang tidak diimbangi dengan perubahan
Seperti yang saya katakan sebelumnya, bus Hasti adalah anak kandung dari Kediri. Bahkan meski sudah tidak bisa ditemui di jalanan Kediri, ingatan warga mengenai bus ini masih cukup lekat. Beberapa kenalan saya memiliki kenangan cukup beragam dengan bus ini sejak tahun 1980 hingga 1990-an akhir.
Usut punya usut, ternyata perusahaan otobus ini menjadi salah satu yang tertua di Kediri Raya. PO Hasti sudah ada sejak tahun 1970-an. Konon, pemiliknya merupakan orang top di Gudang Garam. Namun karena tidak serius mengelola perusahaan otobus di masa jayanya ini, bus yang identik dengan strip biru serta cat putih ini akhirnya tumbang.
Jika saat ini kita menengok garasi bus Hasti yang ada di Tinalan, Kediri, kita masih bisa melihat sisa-sisa kejayaan perusahaan otobus ini. Dulu, salah satu trayek yang menjadi andalan bus ini adalah Trenggalek-Surabaya via Kediri.
#2 Bus Hasti kalah dengan pesaing yang menawarkan inovasi
Seorang teman saya menyebut bahwa bus Hasti adalah penyelamat tiap kali dia harus bepergian ke Surabaya. Mulai dari kecepatan dan ketepatan waktu menjadi nilai tambah dari perusahaan otobus ini. Kabarnya sih bus ini juga cukup ugal-ugalan, tapi ugal-ugalan zaman dulu beda sama sekarang mungkin karena jalan raya juga belum seramai sekarang.
Namun persaingan di dunia otobus nyata adanya. Kehadiran bus baru dengan armada terbaru menggeser popularitas bus Hasti. Trayek Trenggalek-Surabaya misalnya, bus Hasti mendapat lawan berat dari Jaya Raya. Nahas, bukannya berbenah dan melakukan peremajaan armada seperti saingannya, PO Hasti kabarnya malah memilih melakukan bisnis lain.
#3 Getok tarif jadi alasan penumpang hilang perlahan
Selain armada bus yang tua, sepinya penumpang membuat ongkos yang dipatok terkesan mahal karena muncul getok tarif guna menutup biaya operasional. Hasilnya tentu saja penumpang semakin meninggalkan perusahaan otobus ini. Ditambah lagi manajemen otobus tidak melakukan pengawasan dengan baik sehingga praktik getok tarif bus ini semakin menggerus jumlah penumpang.
Seorang teman saya bahkan mengatakan, sebelum akhirnya bus Hasti benar-benar lenyap dari jalanan Kediri, bus tersebut tampak hidup enggan mati tak mau. Tidak ada inovasi dan pengawasan yang kurang di lapangan membuat bus ini perlahan hilang.
Semoga saja perusahaan otobus lainnya bisa belajar dari kesalahan yang dilakukan bus Hasti untuk tetap bertahan. Sebab di era persaingan sekarang ini, pilihannya hanya ada dua. Tetap berjaya dengan beragam inovasi, atau bertahan apa adanya dan berakhir jadi kenangan.
Penulis: Fareh Hariyanto
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Bus Bagong, Bus Ekonomi Murah Rasa Jet Tempur
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















