Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Kehidupan Masyarakat Sulawesi Utara yang Penuh Toleransi Antar Umat Beragama

Moh Rivaldi Abdul oleh Moh Rivaldi Abdul
28 Desember 2019
A A
Kehidupan Masyarakat Sulawesi Utara yang Penuh Toleransi Antar Umat Beragama
Share on FacebookShare on Twitter

“Torang samua basudara,” begitulah semboyan masyarakat Sulawesi Utara.

Jika ingin belajar toleransi, Sulawesi Utara adalah satu dari beberapa daerah di Indonesia yang memiliki kehidupan damai dengan struktur masyarakat yang heterogen. Jauh dari konflik perang antar agama. Di Sulawesi Utara, kita bisa melihat bagaimana masyarakat yang mayoritasnya umat Kristen mengayomi minoritas umat Islam, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Sebaliknya, kita juga bisa melihat bagaimana masyarakat yang mayoritasnya umat Islam, mengayomi minoritas umat Kristen, Budha, Hindu, dan Kong Hu Chu.

Baik di daerah mayoritas Kristen maupun mayoritas Islam, keduanya jauh dari konflik antar agama. Keduannya memiliki masyarakat yang hidup dengan damai dalam bingkai perbedaan agama. Kalaupun terdapat konflik, bukanlah konflik antar agama, hanya konflik kelompok anak muda atau perseteruan antar kampung.

Masyarakat di Manado, Minahasa, serta Dumoga adalah masyarakat dengan mayoritas Kristen. Dalam masyarakat mereka, kita dapat melihat bagaimana mayoritas Kristen menaungi minoritas. Bukit kasih di Minahasa menjadi simbol keberagamaan antar umat beragama. Di puncak bukit kasih dibangun lima rumah ibadah dari setiap agama yang diakui di Indonesia. Di sana juga terdapat tugu toleransi yang bukan hanya sekadar monumen untuk berfoto. Namun, merupakan monumen yang menggambarkan kehidupan masyarakat yang penuh toleransi antar umat beragama. Di Dumoga juga terdapat desa yang membangun Masjid dan Gereja berdekatan.

Tak banyak yang saya ketahui tentang bagaimana kehidupan masyarakat di sana, sebab saya besar di Bolaang Mongondow Selatan. Namun, beberapa temanku yang berasal dari Dumoga mengatakan, bahwa mereka pun saling menjaga toleransi dalam beragama. Kalaupun, di daerah mereka rawan terjadi konflik, hal itu bukan karena dipicu oleh agama, tapi dipicu masalah anak muda atau perseteruan antar kampung.

Di kawasan Bolaang Mongondow Bersatu–terdiri dari empat kabupaten satu kota–Provinsi Sulawesi Utara, merupakan daerah dengan masyarakat mayoritas beragama Islam (kecuali Dumoga yang sudah dibahas sebelumnya). Di sini, kita dapat melihat bagaimana mayoritas umat Islam menaungi minoritas.

Bagi masyarakat Sulawesi Utara, toleransi tak hanya sekadar dipelajari di sekolah, tak hanya didapat dari ceramah agama. Toleransi langsung terbentuk dari kehidupannya dalam masyarakat yang heterogen. Ini bukan sekadar praktik pengetahuan, tapi merupakan pola kehidupan yang telah terbangun dalam masyarakat, sehingga pendidikan toleransi sudah didapatkan sejak dari kecil. Misalnya, saat orang-orang sibuk membahas anjing masuk ke dalam masjid, media sosial dibuat heboh karenanya. Saya justru sudah beberapa kali melihat ada anjing masuk ke pekarangan masjid, ada yang sampai masuk di teras masjid.

Biasanya masyarakat kami kalau melihat anjing masuk ke masjid, ya cukup diusir keluar saja sebab tak boleh anjing masuk ke masjid. Tak perlu harus melaporkan pemiliknya ke kantor polisi, atau sampai harus melabrak si pemilik anjing, bisa jadi juga itu anjing miliknya orang Islam bukan Kristen.

Baca Juga:

Salatiga, Kota Paling Toleran se-Indonesia. Ah, Biasa Saja kata Warganya karena Toleransi Sudah Menjadi DNA di Salatiga!

Kok Bisa Tinutuan Masuk Daftar Makanan Terburuk di Dunia? Lidah Reviewer-nya Busuk Atau Gimana?

Saat malam takbiran hari raya idul fitri pengeras suara tak perlu dipelankan. Dan non muslim 100% tak akan tersinggung. Sebab, yang non-muslim juga ikut ramai-ramai pawai keliling bersama umat Islam. Anak-anak sejak kecil sudah terbiasa bermain bersama dengan temannya yang berbeda agama. Sehingga hal ini membentuk karakter toleransi dalam dirinya.

Di daerah saya Bolaang Mongondow Selatan, pemerintah sengaja membangun masjid, gereja, dan pura berdekatan. Ditujukan sebagai lambang daerah yang cinta toleransi. Jadi, kalau ke kawasan pusat pemerintahan pasti dapat melihat ketiga rumah ibadah itu saling tetanggaan, dan kabar baiknya mereka tetangga yang akur.

Orang tua dalam masyarakat kami–di kawasan masyarakat yang mayoritas Islam–tak banyak yang mengetahui hadis Nabi tentang toleransi. Namun, akhlak Nabi Muhammad SAW dalam bertoleransi dengan nonmuslim telah mereka amalkan. Bagaimana Nabi menerima hadiah dari ahlul kitab, bagaimana Nabi membantu nonmuslim. Itu semua sudah mereka amalkan. Misalnya, saat tetangga yang nonmuslim akan melaksanakan pesta, pasti umat Islam yang akan membantunya. Sebaliknya, saat umat Islam melaksanakan pesta, maka tetangga yang nonmuslim akan membantu juga.

Kerukunan umat beragama sudah sangat dewasa dalam masyarakat Sulawesi Utara. Semboyan “Bhineka Tunggal Ika (Berbeda-beda tapi tetap satu)”, benar-benar diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat. Di tengah gempuran isu intoleransi yang tak kunjung selesai disoalkan. Kerukunan beragama dalam masyarakat Sulawesi Utara bisa menjadi pelajaran dan pengingat bagi masyarakat Indonesia saat ini, betapa pentingnya menjaga persatuan.

BACA JUGA Toleransi Terhadap Perbedaan Kadar Kebahagiaan atau tulisan Moh Rivaldi Abdul lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 9 Maret 2022 oleh

Tags: Sulawesi UtaraToleransi
Moh Rivaldi Abdul

Moh Rivaldi Abdul

Alumni S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo.

ArtikelTerkait

3 Fakta Menyebalkan dari Jalan Ditutup karena Hajatan Terminal Mojok

Kata Siapa Orang Desa Lebih Toleran dan Nggak Egois kayak Orang Perumahan? Hoax Itu. Lihat Aja Saat Mereka Ngadain Hajatan

13 Juli 2023
5 Hal yang Perlu Diwaspadai oleh Pendatang di Kota Manado

5 Hal yang Perlu Diwaspadai oleh Pendatang di Kota Manado

10 Oktober 2023
Duka Mahasiswa Studi Agama-Agama: Dituduh Pindah Agama Udah kayak Makan, 3 Kali Sehari!

Duka Mahasiswa Studi Agama-Agama: Dituduh Pindah Agama Udah kayak Makan, 3 Kali Sehari!

5 Juli 2022
toraja

Toraja Yang Unik, Toraja Yang Indah, Toraja Yang Toleransi

25 Mei 2019
tren hijrah

Tren Hijrah dan Betapa Mengerikannya Komodifikasi Agama

9 Agustus 2019
Ma’ruf Amin Mau Ajarkan India Soal Toleransi, Itu Ahmadiyah Apa Kabarnya Pak?

Ma’ruf Amin Mau Ajarkan India Soal Toleransi, Itu Ahmadiyah Apa Kabarnya Pak?

6 Maret 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.