Kecamatan Randublatung Blora: Dulu Dicap Ndeso, Sekarang Layak Bersaing dengan Daerah Lain

Kecamatan Randublatung Blora: Dulu Dicap Ndeso, Sekarang Sudah Maju dan Layak Bersaing dengan Daerah Lain

Kecamatan Randublatung Blora: Dulu Dicap Ndeso, Sekarang Sudah Maju dan Layak Bersaing dengan Daerah Lain (Unsplash.com)

Bagi penggemar acara Empat Mata, Bukan Empat Mata atau Ini Baru Empat Mata yang tayang di Trans 7 beberapa waktu yang lalu pasti sering mendengar ledekan sang host, Tukul Arwana, kepada tandemnya, Vega Darwanti, tentang nama suatu kecamatan di Kabupaten Blora. Ya, kecamatan di Blora yang dimaksud adalah Randublatung. Saat itu, Tukul Arwana menggambarkan Ngatini (julukan Vega Darwanti) berasal dari suatu daerah ndeso dan terbelakang bernama Randublatung. Bahkan untuk pergi ke kota, Tukul meledek Ngatini nggandol truk pasir karena nggak ada angkutan umum.

Hmmm, separah itukah Kecamatan Randublatung Blora? Nggak! Saya menolak anggapan itu. Kalau menyebut Randublatung itu ndeso pada 10 atau 15 tahun lalu mungkin ada benarnya. Sekali lagi, itu dulu, ya. Sekarang anggapan Randublatung ndeso sudah nggak relevan. Kecamatan yang terletak di wilayah Blora Selatan ini sudah banyak kemajuan dan layak bersaing dengan daerah lain di Kabupaten Blora.

Infrastruktur jalan di Kecamatan Randublatung Blora lebih baik

Saya berkunjung ke Randublatung pertama kali sekitar 14 tahun yang lalu. Saat itu saya pergi ke sana untuk mendampingi seorang tamu kantor yang sedang melakukan pemeriksaan pada beberapa proyek pemerintah. Kesan pertama saya ketika berkunjung ke Randublatung adalah nggak pengin ke sana lagi. Wah, melihat perjalanan waktu itu saja sudah ngeri, Gaes.

Waktu itu saya berangkat dari Blora kota menuju Kecamatan Randublatung membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Perjalanan cukup lama karena medan yang ditempuh cukup berat. Mobil kami nggak bisa melaju kencang karena jalanannya rusak parah. Rombongan saya serasa ikut off road karena harus melintasi jalanan yang berlubang cukup dalam. Sampai-sampai tamu saya melontarkan candaan yang cukup menohok, “Ada rute off road yang lebih menantang nggak, Mas?” Duh, rasanya kayak ditabok sandal mertua.

Tapi itu dulu, Gaes. Sekarang Randublatung Blora sudah nggak kayak gitu. Sekitar dua minggu lalu saya ada acara dinas di sana. Ruas jalan Blora-Randublatung yang semula rusak parah sekarang sudah jauh lebih bagus. Jalan kabupaten yang sebelumnya berlubang di mana-mana, sekarang sudah mulus dan lebih kuat karena menjadi jalan rigid beton. Selain itu, waktu tempuh dari Blora ke Randublatung juga jadi lebih singkat, cuma sekitar 30 menit.

Pembangunan infrastruktur seperti itu memang nggak bisa langsung selesai dalam waktu setahun, Gaes. Hal itu terjadi karena keterbatasan anggaran dan prioritas pembangunan. Nggak semua anggaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur, kan? Bisa jadi APBD digunakan untuk membiayai sektor lain seperti pendidikan dan kesehatan. Oleh sebab itu pembangunan ruas jalan Blora-Randublatung dilakukan dalam beberapa tahap hingga jalan tersebut benar-benar siap digunakan masyarakat.

Terbukanya akses menuju Kabupaten Ngawi

Menurut saya, letak geografis Kecamatan Randublatung ini sangat strategis karena menghubungkan Blora dengan beberapa daerah di sekitarnya. Contohnya jalan provinsi yang menghubungkan Cepu-Purwodadi (Kabupaten Grobogan). Selain itu, Kecamatan Randublatung juga menghubungkan antara Blora dengan Ngawi, Jawa Timur. Dengan letak yang strategis ini maka pembangunan infrastruktur jalan menjadi penting karena bisa membuka akses suatu daerah dengan daerah yang lain. Apabila akses sudah terbuka, maka perekonomian masing-masing daerah juga semakin meningkat.

Saya ambil contoh ruas jalan Randublatung-Getas yang belum lama ini selesai dibangun. Ruas jalan ini juga strategis karena menghubungkan Kabupaten Blora dengan Kabupaten Ngawi. Sebelum dibangun, ruas jalan Randublatung-Getas benar-benar memprihatinkan. Ceritanya kurang lebih sama seperti yang saya jelaskan sebelumnya. Masyarakat yang melintas harus berhati-hati karena jalannya licin, berlubang, dan penuh lumpur. Nah, lho, susah kan jadinya kalau lewat sini!

Lagi-lagi karena keterbatasan anggaran, jalan tersebut nggak kunjung diperbaiki. Lantas, apa mau didiamkan begitu saja? Tentu nggak, Gaes. Pemerintah Kabupaten Blora berusaha keras mewujudkan pembangunan jalan lintas provinsi tersebut. Caranya gimana? Nah, di sinilah perlunya sinergi alias kerja sama yang baik antara pemerintah daerah dengan pusat.

Pemerintah Kabupaten Blora melalui Bupati Blora mengusulkan pembangunan ruas jalan Randublatung-Getas kepada pemerintah pusat. Kemudian pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR memasukkan ruas jalan Randublatung-Getas ke dalam inpres jalan untuk didanai dari APBN. Pembangunan jalan rigid beton yang saya bilang sebelumnya menghabiskan anggaran sebesar Rp53 miliar dan harus selesai pada akhir tahun 2023.

Saat ini ruas jalan Randulatung-Getas sudah selesai, Gaes. Kalian bisa menikmati perjalanan dengan nyaman karena jalannya sudah bagus. Selesainya pembangunan ruas jalan ini diharapkan mampu mempersingkat perjalanan warga dari Blora ke Ngawi dan sebaliknya. Untuk mengakses jalan tol Ngawi, warga Blora kini nggak perlu memutar lewat Cepu, Padangan, Ngraho, dan Margomulyo karena jarak tempuhnya lebih jauh. Kalau gini jadi enak, kan?

Sebentar lagi berdiri rumah sakit baru

Infrastruktur berupa jalan sudah oke, sekarang gimana kalau warga Kecamatan Randublatung Blora sakit? Nah, sebelumnya ini merupakan PR Pemkab Blora untuk melengkapi fasilitas kesehatan. Di Randublatung memang sudah ada puskesmas, tapi kalau sakitnya cukup berat, warga Randublatung harus ke RSU Cepu atau RSU Padangan, Bojonegoro, yang letaknya jauh.

Nah, karena kondisinya demikian, Pemkab Blora berkomitmen membangun sebuah fasilitas kesehatan yang memadai. Makanya dibangunlah Rumah Sakit Randublatung. Pembangunan rumah sakit ini sudah selesai pada 24 Desember 2023 kemarin. Selanjutnya, rumah sakit ini diperkirakan sudah bisa beroperasi pada bulan Februari atau Maret 2024 mendatang.

Pembangunan fasilitas kesehatan di Randublatung dianggap penting karena jarak tempuh ke rumah sakit sekitar cukup jauh. Selain itu, Kecamatan Randublatung juga memiliki jumlah penduduk terbesar kedua di Kabupaten Blora sehingga butuh fasilitas kesehatan yang baik.

Rumah sakit bertipe D ini nantinya memiliki beberapa fasilitas pendukung seperti bangsal untuk menampung pasien rawat inap, ruang bedah, dan ruang bersalin. Nggak hanya bagi warga Randublatung, nantinya warga Blora di daerah perbatasan Ngawi juga bisa memanfaatkan layanan kesehatan di rumah sakit ini.

Pembangunan di Kecamatan Randublatung Blora tentu nggak berhenti sampai di sini saja ya, Gaes, karena masih banyak hal lain yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah. Setidaknya dengan kemajuan pembangunan yang ada sekarang, Randublatung nggak lagi menjadi bahan ledekan Mas Tukul Arwana karena menampakkan wajahnya yang ndeso seperti beberapa tahun lalu.

Penulis: Rudy Tri Hermawan
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Blora Memang Banyak Kekurangan, tapi Jangan Diprotes Terus, dong!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version