Kalasan terlalu maju untuk masuk Klaten
Kalaupun misalnya Kalasan terlalu cupu untuk berada di DIY, ia sebenarnya juga nggak cocok untuk masuk Klaten. Kalasan sudah terlalu maju untuk bergabung ke Klaten.
Di Klaten, sebagian besar wilayahnya masih digunakan sebagai lahan pertanian. Pusat keramaian, pertokoan, dan bisnis terpusat di ibu kota kecamatan dan pasar. Selain itu, ya sawah dan alas. Vibes rural jauh lebih terasa di Klaten.
Kalasan pun masih termasuk daerah yang salah satu mata pencaharian utama warganya adalah dari sektor agraris. Tapi sepi dan sunyi di Kalasan nggak sebrutal Klaten. Sawah masih banyak, tapi akan mudah kita temukan toko-toko yang menjual kebutuhan sehari-hari dan posisinya pun masih cukup dekat dengan permukiman. Selain itu mulai bermunculan juga kafe dan restoran kekinian yang membuat beberapa sisi Kalasan jadi mirip Kecamatan Depok.
Walaupun letaknya di belahan bumi yang lain, seenggaknya transportasi umum di Kalasan juga lebih memadai. TransJogja yang melintasi Kalasan bahkan sudah ada jauh lebih awal dibandingkan Gamping dan Kasihan yang notabene lebih dekat dengan Jogja Kota.
Sementara itu, Klaten masih menitikberatkan mobilisasi dengan kendaraan pribadi. Dulu sempat ada angkot kuning yang memfasilitasi masyarakat, terutama anak sekolah. Tapi keberadaan angkot ini sudah sangat langka bahkan punah. Nggak ada juga transum terintegrasi seperti TransJogja di Klaten.
Lebih beres dalam masalah kemiskinan
Selain infrastrukturnya, Kalasan juga lebih maju soal pengentasan kemiskinannya jika dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan di Kabupaten Klaten. Kalasan masuk top three kecamatan di Sleman dengan persentase keluarga miskin terendah. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman tahun 2023, jumlah keluarga miskin di Kalasan ada 2.114 keluarga. Atau kalau dipersentasekan sekitar 7,15 persen dari total jumlah keluarga di Kalasan.
Total keluarga miskin di Kalasan jauh lebih rendah dibandingkan kecamatan-kecamatan di Kabupaten Klaten. Kecamatan dengan kemiskinan terendah saja, yaitu di Kecamatan Wedi memiliki keluarga miskin sebanyak 7.830 keluarga atau 13,85 persen dari keseluruhan jumlah keluarga di Wedi.
Seandainya warga Kalasan mengadakan jajak pendapat dan meminta bergabung dengan Klaten, Kalasan akan menjadi daerah yang paling berkembang, bahkan jomplang dengan kecamatan-kecamatan di Klaten lainnya. Tapi Kalasan yang saat ini menjadi bagian dari DIY pun nanggung juga dan malah dikorbankan sama pemerintahnya sendiri.
Bagaimanapun warga Kalasan memang harus banyak melatih kesabaran. Daripada Bantul, lebih baik kita kasihani orang Kalasan.
Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Klaten Adalah Tempat Pensiun Paling Ideal Mengalahkan Jogja