Kecamatan Duduksampeyan, “Desa” di Ujung Kota Gresik yang Dipenuhi Polusi Kendaraan Muatan Berat

Kecamatan Duduksampeyan, "Desa" di Ujung Kota Gresik yang Dipenuhi Polusi Kendaraan Muatan Berat

Kecamatan Duduksampeyan, "Desa" di Ujung Kota Gresik yang Dipenuhi Polusi Kendaraan Muatan Berat

Bagi sebagian masyarakat Gresik, nama daerah satu ini mungkin cukup familiar di telinga. Lantaran, kosakatanya yang cukup unik. Betul, Kecamatan Duduksampeyan. Lho, iya, emang bukan sampeyan maksudnya, tapi Duduksampeyan.

Kecamatan Duduksampeyan dikenal sebagai sebuah desa yang berada di penghujung Kota Gresik. Bahkan, apabila berangkat dari sini, akan lebih cepat sampai di Kabupaten Lamongan daripada mencapai pusat Kota Gresik.

Namun, saya sendiri mulai mempertanyakan julukan daerah ini sebagai sebuah ‘desa’. Bagaimana tidak, rute menuju Kecamatan ini merupakan jalan provinsi yang isinya full kendaraan bermuatan berat. Beuh, polusinya di mana-mana. Lantas, di mana letak desanya?

Jalanan menuju Kecamatan Duduksampeyan dipenuhi truk muatan berat

Sebenarnya, wajar saja, sih, jalan penghubung antar kota selalu dipenuhi dengan kendaraan bermuatan berat. Namun, saya tidak habis pikir. Hampir semua jalur penghubung Kota Pudak selalu dipenuhi truk-truk besar. Tak terkecuali Kecamatan Duduksampeyan ini.

Statusnya sebagai penghubung Gresik-Babat merupakan salah satu alasan mengapa ruas jalan ini nggak pernah sepi. Kebetulan, saya memiliki keluarga di daerah Duduksampeyan. Itulah mengapa, saya selalu jadi saksi betapa jalanan ini nggak pernah sepi lalu lintas.

Padahal, kanan kirinya masih dipenuhi tambak. Meskipun memang di beberapa area, tetap ada pemukiman warga yang aksesnya harus masuk gang kecil lebih dahulu.

Sudah seperti touring, berkendara menggunakan sepeda motor di area ini suka bikin keder, ges. Ya, bagaimana tidak, pengendara roda dua hanya terlihat seperti sebuah jarum di tengah tumpukan jerami. Sumpah, truk di daerah ini panjang-panjang banget.

Jalur langganan macet dan kecelakaan

Dengan eksistensi truk-truk besar yang bejibun itu, sudah barang tentu area ini menjadi kawasan rawan macet. Mau kamu datang di weekend atau weekdays, dua ruas jalannya tetap akan dipenuhi berbagai kendaraan besar.

Ruas jalan Duduksampeyan sudah jadi langganan lokasi yang disebutkan reporter pembawa berita maupun radio. Tiap hari, ada aja alasan yang membuat kawasan ini padat merayap. Apalagi kalau sudah menginjak jam-jam pulang kerja. Kegilaannya dimulai dari pukul 3 sore. Mulai dari truk-truk besar, mobil pribadi, hingga pengendara bermotor yang menjadi minoritas, jalanan ini akan super sesak. Udah kayak lepet yang dibungkus rapat pake daun pisang.

Apabila arloji telah menunjukkan waktu ini, aduh, wes, yang sabar yo, para pengendara. Macetnya gak kira-kira, bray.

Banyaknya kendaraan bermuatan berat ini juga menjadi salah satu alasan mengapa jalur Duduksampeyan ini menjadi jalur yang rawan kecelakaan. Akibat dilintasi truk dan mobil pribadi, banyak pula jalanan yang berlubang. Untuk yang satu ini, seakan sudah susah untuk ditanggulangi. Sebab, selalu ada kecelakaan yang terjadi di area ini setiap harinya.

Ketika waktu masih menunjukkan pukul 8 pagi, rekan magang saya di kantor masuk dengan terengah-engah. Dengan wajah yang masih terlihat terkejut, ia memberi tahu seisi kantor kalau hampir kena kecelakaan beruntun di Desa Ambeng-ambeng, Kecamatan Duduksampeyan. Itulah mengapa, untuk para pengendara yang melintas di area ini, tolong tetap waspada ya, rek.

Masih ada beberapa tambak dan sawah, tapi jauh banget masuk ke pelosok

Fakta-fakta diatas seringkali membuat saya bertanya-tanya. Lantas, di mana sisi desa dari kecamatan Duduksampeyan ini?

Bahkan, rumah nenek saya pun nggak bisa dibilang pedesaan. Imaji siapa pun tentang desa tentu akan diisi dengan sawah, pegunungan, pantai, atau pemukiman sejuk dengan panorama menawan, bukan? Setidaknya, jauh dari fenomena perkotaan.

Namun, Duduksampeyan tidak seperti itu. Bising kendaraan seakan menjadi sirine sehari-hari. Belum lagi, cuaca kering kerontang yang khas Gresik banget.

Setelah saya telusuri lagi, sebenarnya memang masih ada sih, satu dua sawah dan tambak milik warga. Namun, sudah. Hanya itu saja. Apalagi, sawah-sawah itu berada di daerah dengan cuaca kering. Itulah mengapa, kadang saya bingung. Serius, nih, Kecamatan Duduksampeyan masih masuk kategori pedesaan?

Rasa-rasanya, daerah ini lebih cocok disebut sebagai kampung halaman. Kalau itu, masih kerasa vibesnya, hehehe.

Kecamatan Duduksampeyan memang unik. Selain namanya yang bikin orang bingung, status desa dari kecamatan ini juga tidak terasa. Kalau penasaran, baiknya dikunjungi aja. Itu kalau situ selo, sih.

Penulis: Chusnul Awalia Rahmah
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Masalah yang Wajib Kalian Ketahui sebelum Merantau ke Kabupaten Gresik, Salah Satu Tempat Adu Nasib Terfavorit di Jawa Timur

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version