Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Kebijakan Aneh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi Bikin Saya Ingin Pindah KTP

Raihan Muhammad oleh Raihan Muhammad
5 Mei 2025
A A
Kebijakan Aneh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi Bikin Saya Ingin Pindah KTP Mojok.co

Kebijakan Aneh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi Bikin Saya Ingin Pindah KTP (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saya warga Jawa Barat (Jabar) yang cukup melek kebijakan publik. Itu mengapa saya selalu memantau kebijakan yang beredar, bahkan sejak masih berstatus wacana. Sedihnya, akhir-akhir ini banyak wacana kebijakan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi yang aneh bukan main. Kontroversial. Saya curiga wacana-wacana aneh itu demi popularitasnya semata, bukan kebutuhan publik Jawa Barat. 

Jujur saja, banyaknya wacana dan kebijakan kontroversial Dedi Mulyadi membuat saya iri dengan provinsi tetangga DKI Jakarta. Di berbagai pemberitaan, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung meluncurkan berbagai keputusan progresif. Salah satu yang bikin saya sangat iri adalah memperpanjang jam operasional perpustakaan dan museum di Jakarta hingga pukul 22.00 WIB. Selain itu, ada kebijakan yang memberi lebih banyak akses kepada masyarakat, terutama anak-anak, untuk belajar di luar jam sekolah. Kebijakan yang terdengar sederhana, tapi dibutuhkan dan berdampak besar bagi warga Jakarta. 

Sementara di Jawa Barat, wacana dan kebijakan yang muncul lebih banyak yang kontroversial daripada bermanfaat. Sebut saja, wacana vasektomi untuk pria “kurang mampu” agar bisa mendapatkan bantuan sosial, hingga usulan mengirim “anak-anak nakal” ke barak militer untuk belajar disiplin. Saya merasa wacana itu lebih bersifat reaktif daripada solutif. 

Vasektomi bagi pria yang kurang mampu itu wacana yang diskriminatif yang berpotensi melanggar HAM

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi baru-baru ini mengajukan ide yang kontroversial, mewajibkan vasektomi bagi pria berkeluarga dari kelompok kurang mampu agar bisa menerima bantuan sosial. Tujuannya mungkin baik, ingin mengentaskan kemiskinan dengan mengontrol angka kelahiran dan tidak membebankannya pada istri saja. Namun, wacana ini berpotensi melanggar hak dasar individu untuk menentukan apa yang terjadi pada tubuhnya sendiri.

Alih-alih mencari solusi konkret atas masalah kemiskinan, wacana kebijakan ini justru menguatkan diskriminasi. Orang miskin seolah dipaksa untuk memilih antara hak dasar mereka atau bantuan sosial. Dalam HAM, kebijakan semacam ini bisa dilihat sebagai pelanggaran terhadap prinsip kebebasan dan persetujuan sadar. Setiap individu berhak untuk membuat keputusan tentang tubuh mereka sendiri tanpa paksaan atau diskriminasi, dan kebijakan seperti ini justru memperburuk ketidaksetaraan sosial yang ada.

Wacana Dedi Mulyadi mengirimkan anak “nakal” ke barak militer tidak menyentuh akar permasalahan

Wacana kebijakan lain yang bikin geleng-geleng kepala adalah mengirim siswa bermasalah ke barak militer. Alih-alih mencari akar permasalahannya, dia memilih pendekatan militer yang bukan tidak mungkin bisa menciptakan trauma psikologis pada anak-anak. 

Mengirim siswa bermasalah ke barak militer hanya memperburuk stigma sosial yang sudah mereka alami. Pendidikan seharusnya lebih fokus pada pendampingan psikologis dan perubahan perilaku melalui pendekatan restoratif. Bukan malah pemaksaan dan kontrol yang berisiko merusak mental mereka.

Disiplin itu penting, tetapi harus dibangun dari kesadaran, bukan rasa takut. Pendekatan militer hanya memperburuk keadaan, sementara yang dibutuhkan adalah ruang yang mendukung anak-anak untuk berkembang dan memahami nilai-nilai yang positif dalam hidup mereka.

Baca Juga:

Trotoar Jatinangor Bukan Tempat Jalan Kaki, tapi Tempat Uji Kekebalan Tubuh dan Memperpendek Usia

Menata Ulang Kawasan Gedung Sate Bandung Adalah Hal yang Sia-Sia

Muncul tanpa dialog dan diskusi, cuma bikin riuh

Di bawah kepemimpinan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi, kebijakan-kebijakan yang keluar terasa lebih seperti proyek pencitraan daripada solusi yang serius. Saya berani bicara demikian karena semuanya wacana itu muncul tidak dari diskusi dan dialog. 

Coba sekarang ingat-ingat, usulan wisuda dihapus begitu saja muncul tanpa bertanya ke siswa dan orang tua. Pola yang sama terjadi pada kebijakan dana hibah pesantren yang dipotong tanpa konsultasi dengan para ulama atau pengurus pesantren. Semua keputusan diambil sepihak, tanpa mengajak pihak yang terlibat untuk berdialog. Usulan dibuat begitu saja tanpa proses yang matang dan langsung dilempar ke publik dalam bentuk konten medsos hingga akhirnya berakhir riuh. 

Kebijakan Dedi Mulyadi populis tanpa solusi

Pola kebijakan Gubernur Dedi Mulyadi selalu saja seperti itu, sekadar populis, tanpa solusi. Misal, kebijakan baru-baru ini yang melarang siswa di Jawa Barat untuk membawa motor ke sekolah. Tujuan utamanya sebenarnya baik, ingin mendisiplinkan dan mengurangi risiko kecelakaan. 

Akan tetapi, kebijakan ini tidak dipikirkan efek sampingnya. Dia melarang kendaraan bermotor, tapi tidak memberi alternatif transportasi lain supaya mobilitas siswa tetap aman. Padahal, kalau mau sedikit saja berpikir jernih, ada banyak lho alternatif solusinya, menyediakan bus khusus siswa, misal. 

Perlu saya tegaskan bahwa tulisan ini bukan untuk menyerang secara pribadi sosok Gubernur Jabar Dedi Mulyadi. Banyak juga kok keputusan dia yang saya dukung, seperti larangan study tour dan wisuda di luar Jawa Barat. Menurut saya kebijakan itu membantu mengurangi pemborosan anggaran dan mendekatkan siswa pada nilai-nilai lokal. Sayangnya, wacana dan kebijakan dari Gubernur Jabar ini memang lebih banyak kontroversial.  

Pada akhirnya, keinginan untuk pindah KTP bukan soal mencari tempat yang sempurna. Namun, ingin mencari ruang di mana kebijakan-kebijakan yang muncul benar-benar kebutuhan publik, bukan hanya demi popularitas semata. 

Penulis: Raihan Muhammad
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Bahaya Trauma “Anak Nakal” Jawa Barat yang Dikirim Gubernur Dedi Mulyadi ke Barak Militer

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 5 Mei 2025 oleh

Tags: dedi mulyadiGubernur JabarGubernur Jabar Dedi Mulyadigubernur jawa baratJawa Barat
Raihan Muhammad

Raihan Muhammad

Manusia biasa yang senantiasa menjadi pemulung ilmu dan pengepul pengetahuan.

ArtikelTerkait

Katanya Karawang Mau Jadi Kota Metropolitan, tapi kok Masih Ada Warga yang MCK di Sungai?

Katanya Karawang Mau Jadi Kota Metropolitan, tapi kok Masih Ada Warga yang MCK di Sungai?

16 Mei 2024
Tragedi di Balik Indahnya Wisata Pantai Pangandaran (Unsplash.com)

Tragedi di Balik Indahnya Wisata Pantai Pangandaran

20 Agustus 2022
Betapa Beruntungnya Mahasiswa ITB. Punya Kampus Estetik dan Adem. Institut Teknologi Bandung Punya Mata Kuliah Olahraga Juga. (Wikimedia Commons)

Sialan! ITB Itu Kampusnya Estetis, Mahasiswa Institut Teknologi Bandung Bikin Iri Banget

1 Agustus 2023
Calo Kerja, Sisi Gelap di Balik Gemerlapnya Cikarang Kota Industri

Calo Kerja, Sisi Gelap di Balik Gemerlapnya Cikarang Kota Industri

21 Desember 2023
Kereta Api Serayu, Kereta yang Menguji Kesabaran Penumpang

Kereta Api Serayu, Kereta yang Menguji Kesabaran Penumpang

21 Januari 2024
Sejarah Gunung Manglayang yang Konon Disebut Pusaka Dewa terminal mojok

Sejarah Gunung Manglayang yang Konon Disebut Pusaka Dewa

1 Desember 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.