Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Ke Warung Kopi: Pamitnya Ngopi, Tapi Pesannya Teh Jumbo

Andrian Eksa oleh Andrian Eksa
28 Mei 2019
A A
warung kopi

warung kopi

Share on FacebookShare on Twitter

Saya tidak mengerti, sebenarnya sejak kapan muncul stigma bahwa mahasiswa belum lengkap jadi mahasiswa kalau belum nongkrong di warung kopi. Terlebih lagi bagi mahasiswa Sastra Indonesia.

Membaca tulisan Anik Setyaningrum di Pojokan Mojok tentang masa depan mahasiswa Sastra Indonesia yang baginya he he he, membuat saya menerka-nerka. Terkaan saya, mungkin ada semacam konspirasi antara mahasiswa Sastra Indonesia dan warung kopi.

Pasalnya, Anik menuliskan kalau mahasiswa Sastra Indonesia lulus kuliah, biasanya lari jadi pedagang buku dan pengusaha warung kopi. Pantas saja, ketika kami—dedek-dedek gemes—hendak menemui kating-kating ahli mbribik, pasti ketemunya di warung itu itu lagi.

“Ketemu di Warung Kopi A saja, ya. Nanti aku ngopi di sana.”

“Aku di Warung Kopi B nih. Ke sini aja.”

“Aku di Warung Kopinya Mas C. Tak tunggu!”

Seperti itulah jawaban-jawaban yang sering kami terima. Hampir semuanya mengarahkan kami untuk bertemu di tempat ini. Terkadang, warung itu milik teman sendiri. Paling tidak kan melarisi dagangannya. Kalaupun sedang tidak pegang uang kan bisa ngutang atau sekadar menemaninya.

Selain alasan melarisi dan menemani teman sendiri, biasanya pertemuan kami di sebuah tempat karena di lokasi tersebut ada bau-bau literasi. Sekarang kan sudah banyak sekali warung-warung yang menyediakan buku-buku untuk dibaca secara gratis. Agar tidak terlalu boros karena harus membeli buku, ke warung kopi literasi adalah sebuah solusi.

Baca Juga:

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget ketika Hidup di Solo

Di samping itu, sebagian teman saya meyakini bahwa warung kopi mempunyai energinya sendiri. Ketika berada di dalamnya, pikiran menjadi lebih berguna. Sebab itu, di tempat itu saya sering menemui lingkaran-lingkaran diskusi. Dari yang serius membahas tentang perpolitikan negara, masalah perkuliahan, literasi, sampai hal-hal terkait tingkat kebucinan seseorang.

Diskusi tersebut berjalan dengan begitu saja secara bersama-sama. Oleh karenanya, ketika kamu berada di dalamnya, kebisingan adalah hal utama. Kamu tidak bisa menghindarinya. Tidak ada cara lain untuk mengalihkan itu, kecuali dengan membuat kebisingan sendiri. Barangkali akan terasa aneh berada di warung kopi yang sepi. Ke sana kan bukan untuk meditasi.

Alasan yang paling utama dan tidak mungkin ditampik oleh semua orang adalah warung kopi itu menyediakan wife wifi gratis. Sekali lagi, langkah-langkah seperti ini ditempuh guna melatih perilaku ngirit. Selain itu, bukankah pepatah kita mengatakan, sambil ngopi, diskusi dan nyari wifi?

Seperti jamaknya mahasiswa Sastra Indonesia yang merasa salah jurusan lain, saya pun gagap di awal perkuliahan. Lulus dari SMK Pertanian jurusan Quality Control, saya kesusahan mengontrol kualitas bribikan dan kisah-kisah cinta di dalamnya mengikuti kuliah tentang bahasa. Berbekal diri yang tak punya kemaluan, saya pun mendekati kating-kating ahli mbribik tadi. Untung saya masih laki-laki, sehingga tidak ikut digombali dengan puisi.

Proses pendekatannya seperti yang sudah saya jelaskan di awal—melalui warung kopi. Saya diajari membedakan mana lokasi yang menyediakan wifi gratis dan mana yang mesti bayar untuk setiap jamnya; mana yang duapuluh empat jam dan mana yang bukan; serta mana yang enak buat tidur dan mana yang bikin nggak kerasan.

Lucunya, saya tidak diajari cara menikmati kopi yang benar—cara membedakan kopi yang enak dan enak banget dan memahami sejarah panjang sampainya kopi tersebut—di atas meja kami. Dengan begitu—meskipun suka dengan kopi—saya tidak lihai membedakan jenis-jenis dan cara pengolahannya.

Ketidaklihaian tersebut terkadang mengantarkan saya untuk lebih memilih teh jumbo daripada kopi, meskipun itu belinya di warung yang spesialisasinya kopi. Lebih enak lagi ditambah memesan tempe goreng yang dicocol sambel kecap. Mantap!

Keblingeran ini tidak saya alami seorang diri. Saya kerap menemui meja-meja diskusi di sana tanpa adanya kopi. Malahan, bukan hanya teh jumbo dan tempe goreng cocol sambel kecap, di sana terdapat kentang goreng, coklat panas, wedang jahe, dan milkshake.

Saya sih mafhum ya, kalau ada fenomena semacam ini. Pasalnya, tidak semua orang suka kopi. Walaupun hampir semua orang yang hendak pergi ke warung kopi, ketika ditanya mau ke mana—jawabnya ngopi. Saya jarang mendengar jawaban diskusi, belajar kelompok, apalagi mengerjakan skripsi.

Saya kira, fenomena ini selaras dengan warung penyedia kopi yang tidak hanya sekadar berfungsi sebagai tempat ngopi. Tapi tempat untuk bertemu dan berbagi—apa pun dan siapa pun. Jadi, wahai pemesan teh jumbo dan sejenisnya di warung kopi, jangan gentar ketika di-bully. Kamu tidak salah tempat, selama tidak terus-terusan dan ngutang.

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: Es TehMahasiswaSastra IndonesiaWarung Kopi
Andrian Eksa

Andrian Eksa

Kelahiran Boyolali, 15 Desember. Saat ini sedang bergiat di Dolanan Anak Jogja.

ArtikelTerkait

Kampus Mengajar, Program untuk Mahasiswa yang Ingin Merasakan Penderitaan Guru Honorer

Kampus Mengajar, Program untuk Mahasiswa yang Ingin Merasakan Penderitaan Guru Honorer

4 November 2023
sastrawan

Beban Ganda Lulusan Sastra Indonesia Jika Ingin Jadi Sastrawan

10 Juli 2019
5 Hal Lumrah di UNS, tapi Bikin Mahasiswa Kampus Lain Melongo Mojok.co

5 Hal Lumrah di UNS yang Bikin Mahasiswa Kampus Lain Keheranan

19 November 2025
Kampus Bukan Kerajaan, Dosen Bukan Sultan, dan Mahasiswa Bukan Rakyat yang Pantas Diinjak-injak

Kampus Bukan Kerajaan, Dosen Bukan Sultan, dan Mahasiswa Bukan Rakyat yang Pantas Diinjak-injak

18 Juni 2025
Sisi Gelap Kuliah di Unesa, Kampus Elite tapi Fasilitas Sulit

Sisi Gelap Kuliah di Unesa, Kampus Elite tapi Fasilitas Sulit

20 Oktober 2025
Siapa Bilang Mahasiswa FIB Masa Depannya Suram? Bener sih, Bener-bener Minta Digeplak Maksudnya (Pixabay.com)

Siapa Bilang Mahasiswa FIB Masa Depannya Suram? Bener sih, Bener-bener Minta Digeplak Maksudnya

10 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.