Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Buku

Katanya Minim Membaca, Tapi Merasa Mengetahui Segalanya

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
20 September 2019
A A
membaca

membaca

Share on FacebookShare on Twitter

Katanya, mulai dari anggapan banyak orang sampai dengan data yang dirilis, Indonesia adalah negara dengan literasi yang terbilang rendah. Bagaimana tidak, melansir dari Kompas, penelitian yang dilakukan organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan PBB (UNESCO) pada 2016 terhadap 61 negara di dunia menunjukkan kebiasaan membaca di Indonesia tergolong sangat rendah. Dari 61 negara, Indonesia ada di peringkat 60.

Yah, mirip-mirip dengan peringkat Indonesia di ranking FIFA terbaru lah, yang kini ada di posisi 160 (seperti dilansir dari laman resmi FIFA).

Pertanyaannya, emangnya kenapa sih kalau budaya literasi atau ketertarikan orang Indonesia dalam hal membaca itu rendah—ada di peringkat 60 dari 61 negara? Kalau sudah nyaman ada di peringkat segitu, masa harus dipaksa naik ke yang lebih tinggi? Ingat—pada dasarnya—sesuatu hal yang dipaksa itu akan berujung kepada rasa tidak nyaman. Kalau orang Indonesia tidak suka membaca, ya jangan dipaksa, dong. Eh, gimana?

Terus, semisal peringkat literasi Indonesia naik, mau apa? Paling-paling hanya dipamerkan di Twitter, Instagram, dan Facebook lalu menjadi trending dalam beberapa hari. Itu pun jika selalu dibicarakan di media sosial. Kalau tidak? Lagipula, membaca status di banyak platform media sosial itu lebih menarik—dibanding membaca buku. Jadi, buat apa sih harus baca buku agar peringkat literasi Indonesia naik.

Begini, sebagai contoh kecil dan sederhananya, saya pernah melakukan wawancara kerja dengan seorang kandidat yang mengaku gemar membaca. Setelah saya tanya buku bergenre apa saja yang suka dibaca, dia hanya menjawab bukan suka membaca buku, melainkan membaca status di semua platform media sosial. Instastory, Twitter, Facebook, status Whatsapp, yang penting status media sosial, bukan buku.

Menjengkelkan untuk saya yang bekerja di ruang lingkup HRD? Tentu tidak, toh itu kan bagian dari representasi. Terlebih, dia sudah jujur perihal dirinya sendiri. Dilansir dari Kominfo, menurut data dari UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya, dari 1000 orang Indonesia hanya 1 yang rajin membaca. Karena sudah mengetahui data ini, jadi, untuk apa saya misuh? Kan, memang realitanya demikian. Ini data dari UNESCO, lho, mana mungkin hoax atau salah input.

Mengutip juga dari Edukasi Kompas, dimensi akses menjadi kendala yang harus diatasi karena memiliki persentase yang rendah dibanding faktor lain. Dimensi akses sendiri terdiri dari perpustakaan daerah, perpustakaan umum, perpustakaan komunitas, dan perpustakaan sekolah. Namun, hal tersebut bisa diatasi dengan memanfaatkan teknologi internet dan gawai. Dengan cara download buku digital, misalnya.

Ya minimal membaca tautan berita atau informasi apa pun yang ada di linimasa media sosial dan dirasa bermanfaat, agar wawasan semakin luas. Kemudian yang menjadi masalah adalah para book snob yang terkesan tahu segalanya, apalagi soal isi buku. Belum lagi dengan komentarnya yang template, “makanya baca isi bukunya keseluruhan dulu, baru komen!”.

Baca Juga:

Kediri yang Lupa Ingatan: Tingkat Kegemaran Membaca Rendah, padahal Sejarah Kediri Erat dengan Literasi

Pengalaman Kawan Saya Mengajar Siswa SMP yang Belum Bisa Baca: Bukannya Dapat Hadiah, Malah Mengundang Masalah

Memang, apa salahnya sih jika hanya membaca judul tulisannya aja? Apalagi kalau judul sudah menjelaskan semuanya. Lagipula, ayolah, sekarang sudah ada google yang tahu segalanya. Kalau ada kekurangan informasi sedikit, ya tinggal googling aja, lah. Toh, para book snob juga kalau lupa dengan isi ceruta buku, pasti akan googling juga, kan. Eh?

Jadi, untuk apa baca sampai ke isinya—halaman belakang? Capek tauk! Nggak ada waktu juga. Saat sedang di perjalanan pun lebih menyenangkan cek handphone dibanding baca buku. Belum lagi dianggap sok pintar atau kutu buku. Kan, hanya bikin mangkel. Pokoknya, lebih baik baca hanya dari judulnya saja, lah. Kalau memang informasinya kurang, daripada membaca, kan masih bisa minta diceritakan teman yang memang sudah membaca suatu tulisan sampai selesai.

Bagi para book snob atau orang yang merasa lebih pintar, baiknya jika memang ada seseorang yang belum minat membaca atau minat bacanya tidak sepertimu, baiknya dirangkul. Bukan malah dicela di ruang umum termasuk media sosial. Siapa yang tahu nantinya orang tersebut malah menjadi gemar membaca dan membantu Indonesia dalam meningkatkan literasinya.

Begini, mau jadi book snob atau social justice warrior boleh saja, asal jangan sampai seperti yang pernah dikatakan oleh orang bijak, “saat ini, banyak orang yang merasa pandai, tapi tidak pandai merasa”. Niat mau membantu orang lain dari keterpurukan, eh malah memancing permusuhan. (*)

BACA JUGA Yang Harus Kamu Tahu Tentang Tekanan Udara di Pesawat atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 25 Februari 2022 oleh

Tags: Kritik SosialLiterasiMembacamerasa pandaipandai merasa
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

slang

Mengapa Bucin, Kepo, dan Bahasa Slang Lainnya Harus Benar-Benar Kita Tahu Artinya?

29 Agustus 2019
emansipasi

Bila Emansipasi Wanita Itu Ada, Sudah Semestinya Emansipasi Laki-laki juga Harus Ada

21 Juni 2019
bioskop

Membuang Sampah Sendiri Seusai Nonton di Bioskop adalah Perkara Kemanusiaan

15 Juli 2019
menegur

Antara Merekam dan Menegur: Kamu Tim yang Mana?

10 September 2019
sudah merdeka

Yakin Sudah Merdeka? Nyinyiran Tetangga dan Kenangan Mantan Saja Masih Sering Menjajah

20 Agustus 2019
ganteng dan cantik

Jangan Munafik, Hidup Memang Lebih Mudah Buat Orang Ganteng Dan Cantik

28 Juli 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025
6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru Mojok.co

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.