Mendengarkan musik kini serba praktis dan taktis. Berbagai format bisa diputar melalui satu alat saja, ponsel pintar. Kondisi ini tentu berbeda dengan puluhan tahun silam. Pada saat itu, orang yang ingin mendengarkan musik perlu memiliki rilisan fisik, kaset pita salah satunya.
Di tengah kemudahan akses memutar musik seperti, terdapat beberapa orang yang tetap setia pada kaset pita. Alasannya beragam, mulai dari kepuasan memegang rilisan fisik hingga ajang nostalgia. Di bawah ini beberapa alasan asyiknya menjadi kolektor kaset pita:
Daftar Isi
Memutar kaset pita menawarkan sensasi mendengarkan musik yang beda
Secara kualitas, suara kaset pita memang tidak sebagus dengan suara yang diputar melalui di berbagai platform pemutar musik. Namun, ada kesan khas dan organik dari kaset pita. Hal ini yang banyak dirindukan orang.
Selain itu, ternyata banyak orang rindu mendengarkan musik dengan alat pemutar. Mereka kangen mengubek-ubek tumpukan kaset di toko. Lalu, memasang kaset itu ke walkman dan menekan tombol play. Mereka juga rindu menunggu giliran trek lagu kesukaan diantara banyak trek yang ada.
Bentuk support system
Era memutar musik mungkin sudah serba digital, tapi masih ada beberapa musisi yang mencetak rilisan fisik. Bahkan jumlahnya terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Kanal distribusinya pun kian menggeliat dengan bangkitnya toko-toko rilisan fisik maupun penjualan online. Membeli dan mengoleksi rilisan fisik bisa menjadi bentuk apresiasi penggemar kepada musisi atau band. Termasuk, mendukung ekosistem musik yang melingkupinya.
Sarana berteman dan berbagi informasi
Saat kita sedang berburu koleksi di toko kaset budaya interaksi pedagang ataupun ke sesama pembeli sulit dihindarkan. Apalagi kalau ketemu dengan orang-orang yang punya selera sama. Tentu akan terjadi interaksi dan pertukaran referensi. Pertemuan-pertemuan seperti itu juga bisa menjadi sarana berbagi informasi lainnya. Misal, rekomendasi gigs, bertukar Zine, dan info lain seputar dunia musik.
Kaset pita sebagai investasi jangka panjang
Alasan ini yang kerap tidak disadari oleh banyak orang, bahkan oleh kolektor kaset pita. Faktanya, mengumpulkan kaset pita bisa menjadi investasi menarik. Memang sih pasarnya sangat tersegmentasi, tapi bukan berarti koleksi ini tidak bisa mendatangkan banyak cuan. Semakin terbatas barang yang beredar di pasar, harganya bisa semakin melambung.
Berbagai sumber menyebutkan, rilisan fisik Xero sampai saat ini masih menjadi yang paling langka dan mahal. Diketahui kaset band yang kemudian berubah nama menjadi Linkin Park itu pernah terjual hingga harga USD4,5 ribu atau sekitar Rp67,5 juta. Album-album langka langka kini banyak dicari ada The Beatles White Album (1968), Guruh Gipsy (1976), AKA album Do What You Like (1987) ataupun album Misteri (1993) karya rockstar Pinang Andy Liany. Konon,harga album-album langka itu kini sudah melambung.
Kalian salah satu penggemar atau kolektor kaset pita? Selain hal-hal di atas, adakah alasan lain yang mendorong kalian menjadi kolektor?
Penulis: Rahmat Iskandar Rizki
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Era Kaset: Era Dengan Pengalaman Terbaik Musisi dan Pendengarnya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.