Kita tentu sudah sangat akrab dengan yang namanya karcis parkir ya, Gaes? Di tempat-tempat perbelanjaan, mal, hotel, stasiun, bandara, kampus, dan semacamnya sudah lama memberlakukan sistem parkir otomatis menggunakan karcis. Yang masih menggunakan sistem parkir manual juga tetap pakai karcis.
Tarif yang dikenakan beragam, mulai dari dua sampai lima ribu rupiah untuk sepeda motor dan enam sampai belasan ribu rupiah untuk mobil. Tergantung tempat yang didatangi. Ada juga yang memakai metode tarif parkir dengan hitungan jam. Semakin lama durasi kendaraan kita nongkrong di tempat parkir jelas semakin mahal pula yang harus kita bayar. Yang masih agak murah biasanya sih di area kampus, karena mungkin menyesuaikan dengan keadaan ekonomi para mahasiswanya.
Namun, tarif parkir yang awalnya tidak seberapa itu bisa bikin bangkrut mendadak karena satu hal kecil saja, yaitu kalau karcis parkirnya hilang. Saking lembut dan halusnya karcis itu sehingga bagi beberapa orang bisa jadi masalah karena lupa di mana meletakkannya.
Kehilangan karcis parkir yang sering terjadi ini sepertinya sudah hampir menyaingi misteri hilangnya korek api. Bedanya kalau korek api yang hilang, kerugian kita hanyalah karena harus beli korek lagi. Dan bisa ada solusi lain yaitu ambil balik korek punya teman. Impas.
Akan tetapi bila karcis parkir yang hilang, runyam. Pasalnya, selain harus menunjukkan surat kelengkapan kepemilikan kendaraan, kita juga harus membayar tarif parkir yang berubah menjadi berkali-kali lipat. Yang punya duit banyak saja masih nggerundel kesel, apalagi level mahasiswa ngekos yang harus irit di segala bidang. Ini yang namanya sudah jatuh ditimpuk pohon mangga.
Tidak semua tempat punya aturan yang sama tentang kehilangan karcis parkir. Selain membayar denda yang telah ditentukan, ada yang cukup dengan menunjukkan kartu identitas dan STNK saja sudah bisa lolos, ada yang harus menyertakan BPKB, bahkan di beberapa tempat kita harus mengisi formulir kehilangan karcis dulu sebelum bisa membawa keluar kendaraan kita dari situ. Ribet? Iya.
Tindakan ini diambil tentu saja sebagai langkah preventif dari pengelola parkir untuk berjaga-jaga kalau saja kendaraan tersebut dicuri. Padahal hilangnya karcis ini juga bisa menyebabkan keributan antar pasangan karena saling tuduh siapa yang kelupaan menyimpan. Semakin ruwet.
Ada sedikit tips nih buat kalian yang sering banget kena masalah karena karcis parkir yang hilang:
Pertama, biasakan menyimpan karcis ini di tempat yang sama setiap kali parkir. Bila biasanya di saku celana ya lanjutkan di situ, bila di bagian depan tas ya di situ saja, dan lain sebagainya. Ada juga yang biasanya meletakkan karcis di dalam selipan kaus kaki atau di belakang case handphone, ini pun tak apa asalkan konsisten. Jadi otomatis kita akan selalu tahu di mana kita meletakkannya.
Kedua, langsung masukkan karcis sesaat setelah kita dapatkan. Karena seringnya karcis ini lenyap karena kita disibukkan oleh hal-hal lain. Misalnya melepas helm atau jaket atau bila bawa mobil karena kita terlalu fokus mencari tempat parkir yang kosong lalu kita menjadi lupa dengan si karcis nan mungil ini.
Ketiga, bila kita menyimpannya di celana, usahakan di saku belakang yang tidak tercampur dengan barang-barang lain seperti kunci, uang, atau koin. Lantaran banyaknya barang dalam satu saku bisa menyebabkan kita jadi lebih susah mencari karcis dan risiko karcis terjatuh saat kita merogoh untuk mengambil barang lain itu sangat besar sekali.
Keempat, lebih baik simpan sendiri karcis parkirmu walaupun kalian datang dengan teman atau pasangan. Ini untuk mengurangi risiko terjadinya pertengkaran atau keributan rumah tangga karena karcis yang hilang. Jadi kalau semisal tetap hilang ya akuilah saja kalau itu kelalaianmu. Sudah tidak usah saling tuduh. Bertengkar dan masih harus tetap bayar denda itu sakit hatinya dobel, Gaes.
Kelima, bila sudah sering kehilangan karcis tapi masih terjadi lagi dan lagi, itu tandanya ya kowe sing kebacut! Lebih baik besok-besok kalian naik angkot atau ojek online sajalah. Atau nebeng teman bila perlu, daripada mendadak melarat hanya karena harus bayar denda parkir.
Wis toh, manuto!
BACA JUGA Saya Berpikir Maka Saya Bisa Parkir dengan Baik atau tulisan Dini N. Rizeki lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.