Tidak terasa tahun 2024 sudah memasuki bulan Agustus. Artinya, sebentar lagi Indonesia akan merayakan hari Kemerdekaan. Pertambahan usia negara ini dirayakan dengan berbagai cara di berbagai daerah di Indonesia. Biasanya, Karang Taruna menjadi kelompok paling sibuk dalam menyiapkan perayaan itu.
Bagi yang belum tahu, Karang Taruna adalah organisasi sosial masyarakat yang menjadi tempat dan sarana untuk mengembangkan potensi setiap anggotanya. Organisasi ini tumbuh dan berkembang berdasarkan kesadaran serta tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat. Terutama generasi muda di wilayah desa atau kelurahan. Fokus utamanya adalah di bidang usaha kesejahteraan sosial.
Kalau melihat definisi tersebut, seharusnya Karang Taruna adalah organisasi yang punya peran besar dalam pengembangan di bidang usaha kesejahteraan sosial. Namun sayang, pada nyatanya, organisasi ini lebih dikenal hanya sebagai panitia Agustusan saja, alias panitia tahunan. Saya beri tahu satu hal, menjadi panitia Agustusan itu bukan perkara mudah.
Daftar Isi
Karang Taruna dipaksa serba bisa
Dalam setiap acara Agustusan, Karang Taruna akan selalu menjadi garda terdepan dalam berbagai penyelenggaraan. Bagaimana tidak, dari awal perencanaan kegiatan, mengurusi masalah keuangan, pelaksanaan, sampai evaluasi kegiatan, semua jadi tanggung jawab penuh Karang Taruna.
Kalau boleh adu nasib, mungkin anggota Karang Taruna akan menjadi orang yang kurang beruntung saat Tujuhbelasan. Sudah diterpa kesibukan pribadi, harus tambah lagi dengan kesibukan mengurus warga yang banyak mau dan banyak komentar ini itu.
Organisasi yang mulai jarang dilirik
Di tengah huru-hara mempersiapkan perayaan kemerdekaan, Karang Taruna menghadapi tantangan yang cukup berat, regenerasi. Mungkin tantangan ini tidak begitu terasa di desa. Mengingat, hubungan masyarakatnya yang terbilang solid, terlebih di kalangan mudanya. Namun, kondisi tersebut berbeda jauh dengan Karang Taruna di daerah-daerah di kota.
Di kota, Karang Taruna mulai jarang dilirik. Mereka tidak aktif dengan alasan jelas sibuk, sibuk, dan sibuk. Selain itu, masih ada alasan lain yang cukup masuk akal, misalnya ketiadaan pembina yang kompeten atau lingkungan pemuda yang kurang positif.
Sejauh pengamatan saya anak muda di kota besar tentu akan mempertimbangkan untung-rugi dalam melakukan suatu hal. Kalau tidak ada benefit bagi mereka, kemungkinan besar mereka tidak akan mau ikut campur. Dianggap tidak nasionalis, terserah, selama masih membayar pajak dan menjadi warga yang taat aturan, apa salahnya. Begitu mungkin cara pikir mereka.
Persoalannya, di tengah isu regenerasi, perayaan Kemerdekaan tetap harus berjalan. Akhirnya, di banyak tempat, penyelenggaraan Agustusan hanya diurus oleh segelintir pemuda yang masih aktif di Karang Taruna saja. Dengan kata lain, kerjanya semakin berat.
Warga jangan cuman menghujat!
Sebagai dua pihak yang saling membutuhkan, sudah seharusnya Karang Taruna dan warga juga saling perhatian. Untuk warga, berikan dukungan terbaik kepada para anggota organisasi muda-mudi itu. Biarkan mereka menjalankan tugasnya untuk merayakan hari Kemerdekaan dengan sebaiknya-baiknya. Jangan dikit-dikit ngrasani, kata orang Jawa.
Kritik membangun boleh saja, tapi ingat, perlu disertai apresiasi. Ingat di dunia yang serba sibuk dan individualistik seperti sekarang ini, masih ada pemuda yang mau aktif dan repot di kampung adalah hal yang langka. Seharusnya pemuda dan warga lain ikut tetap mendukung secara sehat, bukan malah menjatuhkannya.
Penulis: Rahadi Siswoyo
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Dear Maba, Berikut Kalimat yang Nggak Perlu Kalian Percaya tentang Ormek
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.