Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Film

Karakter Ikonik Diperankan oleh POC, Perjuangan Kesetaraan yang Nanggung

Kevin Ridho Al Khudri oleh Kevin Ridho Al Khudri
15 September 2022
A A
Karakter Ikonik Diperankan oleh POC, Perjuangan Kesetaraan yang Nanggung

Karakter Ikonik Diperankan oleh POC, Perjuangan Kesetaraan yang Nanggung (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Belakangan, sejumlah karakter ikonik di sejumlah film diperankan oleh aktor atau aktris POC atau person of color. Sebenarnya itu bagus. Namun, jujur saja, secara pribadi hal ini mengganggu saya sebagai penikmat film.

Bukannya rasis, cuma kebanyakan nggak pas aja. Bentar-bentar, saya jelaskan dulu.

Saya mendukung diversity yang diupayakan oleh produsen film. Kesetaraan diperjuangkan itu selalu jadi hal yang bagus. Cuman, menurut saya, harus ada porsi yang jelas. Ada peran yang harus diperankan oleh aktor kulit hitam, macam T’Challa atau Black Phanter, ya itu wajib banget diperankan POC. Namun, ada beberapa peran yang tak harus dipaksakan.

Apalagi jika film itu ternyata adaptasi buku. Saya beri contoh.

Kasus pertama adalah karakter ikonik yang kita semua tahu, Hermione Granger dan Rose Granger-Weasley di dalam pagelaran teater Harry Potter and the Cursed Child. Keduanya diperankan oleh aktris berkulit hitam, yang sangat bertolak belakang dengan Emma Watson sebagai Hermione di delapan film Harry Potter. Namun, kasus ini menurut saya masih bisa dimaafkan. Mengingat, J.K. Rowling memang menggambarkan Hermione di buku sebagai perempuan berambut keriting mengembang, kulit gelap, dan dua gigi kelinci yang besar. Artinya, penampilan Hermione di teater (walau tidak sepenuhnya) mendekati deskripsi itu.

Kasus kedua adalah karakter Alice dan Peter Pan di film Come Away, yang juga berkulit hitam. Karakter Alice sangat kental dengan rambut pirangnya, sementara Peter Pan tidak bisa lepas dari bayang-bayang muka jahil ala Jeremy Sumpter. Jadi, sangat aneh (atau minimal nggak terbiasa) ketika keduanya tiba-tiba berubah penampilan. Namun, perubahan penampilan Alice dan Peter di film ini juga masih bisa ditoleransi, mengingat ini bukan film resmi keduanya. Ini semacam film “teori konspirasi” dengan memakai jurus “what if” dari cerita aslinya. Jadi, jangan heran ketika Jack milik Titanic juga berkulit hitam di film ini. Karena umumnya penonton akan ber-“ooh” ria di bagian akhir, maka pemilihan pemain berkulit hitam di film ini bisa dibilang tidak begitu mengganggu.

Kasus ketiga adalah Peri Biru di film Pinocchio, juga berkulit hitam. Di film ini, Cynthia Erivo tampil dengan sangat memukau, walau—sayangnya—hanya dalam satu adegan. Akan tetapi, bayangan Peri Biru yang anggun dengan rambut panjang digerai seolah runtuh ketika Erivo tampil dengan kepala plontosnya. Terlebih, Pinocchio asalnya dari Italia. Tak perlu saya jelaskan.

Tapi, kalau ada yang berargumen “siapa bilang peri harus berkulit putih dan berambut panjang”, well, baiklah. Masih masuk. Sebab, ini fantasi.

Baca Juga:

5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual!

Film Pangku Jadi Gerbang untuk Saya sebagai Laki-laki Memahami Isu Gender

Ada hal yang amat vital, namun luput dari pandangan perkara karakter ikonik diperankan oleh POC. Tentu saja yang saya maksud adalah kesetaraan yang sebenar-benarnya.

Benar bahwa diversity dan pemilihan POC sebagai pemeran karakter ikonik itu upaya memperjuangkan kesejahteraan. Namun, kalau hanya itu doang, ya sama aja bohong. Rasisme tak akan kelar hanya dengan memilih aktor berkulit hitam atau mengganti ras karakter ikonik. Sebenarnya, masalah ini tak hanya semata ditemukan di industri film. Industri hiburan lain, seperti sepak bola pun, mereka lambat menangani rasisme, dan mentok di perkara simbolik saja. Ya sama kayak ganti ras karakter ikonik ini.

Kesejahteraan sebenar-benarnya, seperti, memberi peluang yang sama kepada tiap manusia terlepas dari warna kulit mereka, berjuang serius dalam memberantas rasisme jarang dibicarakan keras-keras. Kalau menganggap mengubah ras karakter ikonik adalah upaya satu-satunya, ya tolong banget ini mah. Masalah yang sebenarnya, justru nggak pernah tersentuh. Pemeran menjalankan perannya, mindset orang-orang yang terlibat industri ini yang harusnya diubah. Kalau dukung POC jadi aktor utama, tapi sendirinya rasis ke tetangga berbeda warna kulit, ya sama aja. Kayak gitu ada? BANYAK.

Perjuangan sebenar-benarnya lah yang harusnya disampaikan dan dikampanyekan. Saya tak ada masalah dengan mengubah ras karakter ikonik, I truly am. Masalahnya, jika hal itu justru memicu perdebatan panjang dan malah mengaburkan niat baiknya, saya pikir, praktik ini perlu dipikirkan ulang.

Penulis: Kevin Ridho Al Khudri
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Gerakan #Blacklivesmatter dan Benih Rasisme yang Jarang Kita Sadari

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 15 September 2022 oleh

Tags: FilmkarakterPOCrasrasisme
Kevin Ridho Al Khudri

Kevin Ridho Al Khudri

Pensiunan mahasiswa dan mantan penyintas hubungan jarak jauh. Menganggap nasi goreng pinggir jalan tanpa acar timun dan wortel adalah sebuah ketidakseimbangan hidup.

ArtikelTerkait

pembaruan update iphone fitur baru ios 14 mojok.co

4 Karakter Orang yang Nggak Cocok Pakai iPhone

13 Agustus 2021
#blacklivesmatter rasisme papua kyrie irving mojok

Gerakan #Blacklivesmatter dan Benih Rasisme yang Jarang Kita Sadari

8 Agustus 2020
Aktor Indonesia yang Bikin Kamu Pengin Selingkuh dari Nicsap dan Reza Rahadian Part 1 terminal mojok

Aktor Indonesia yang Bikin Kamu Pengin Selingkuh dari Nicsap dan Reza Rahadian Part 1

11 November 2021
Sensasi Menikmati Film di Bioskop Jepang, Beda Banget dengan Indonesia

Sensasi Menikmati Film di Bioskop Jepang, Beda Banget dengan Indonesia

17 April 2022
Sisi Gelap Kanada, Negara yang Katanya Bersahabat

Sisi Gelap Kanada, Negara yang Katanya Bersahabat

18 Mei 2022
Sumber gambar Nussa Official Instagram

5 Kesamaan yang Dimiliki Film Nussa dan Serial Upin & Ipin

1 November 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.