Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Politik

Kapan Waktu yang Tepat untuk Bicara tentang Pilpres 2024?

Moh Ridwan Litiloly oleh Moh Ridwan Litiloly
10 Desember 2021
A A
pilpres 2024
Share on FacebookShare on Twitter

“Kasihan ya Pak Jokowi. Baru berapa tahun jadi Presiden, tapi sekarang sudah ramai orang membicarakan kandidat penggantinya!!!”

Pernyataan di atas menjadi pembuka diskusi pada sebuah tongkrongan non formal bersama beberapa teman. Saya pun hanya tersenyum sambil menyeruput kopi yang baru saja disuguhkan. Setidaknya dengan ekspresi seperti itu dapat memberi jeda untuk saya berpikir dan meresponsnya.

Meskipun secara spontan dan agak tidak terlalu penting, ternyata pernyataan tersebut cukup mengganggu pikiran saya. Alhasil, beberapa pertanyaan pun harus melintas di kepala begitu saja. Memangnya perlu ada sebuah standar etis untuk diberlakukan tentang kepantasan waktu membicarakan Pilpres, terutama Pilpres 2024? Kalau iya, kira-kira waktu yang paling ideal itu kapan? Kemudian, siapa-siapa saja yang harus dibatasi?

Akhirnya topik tentang kepantasan waktu tadi mewarnai tongkrongan kami hingga larut malam. Walau berakhir tanpa sebuah kesimpulan, tapi setidaknya ada kepuasan tersendiri, di mana ritual-ritual akademis dan demokratis (diskusi) masih dengan semangat dijalankan teman-teman sejawat.

***

Memang benar, masa jabatan Presiden Joko Widodo di periode kedua bersama wakilnya Maruf Amin yang terpilih pada 2019, tentu untuk saat ini terbilang baru. Tapi, dalam realitasnya, semenjak 2020, mulai banyak lembaga survei telah merilis figur-figur potensial untuk maju pada perhelatan Pilpres 2024.

Tak sebatas sampai di situ saja. Pada 2021, saat di mana Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang masyarakatnya terpapar virus covid-19 (gelombang ke-2) dengan angka yang cukup tinggi, beredar spanduk dan baliho bergambarkan beberapa Ketua Umum partai di berbagai daerah. Perkiraan baliho tersebut berorientasi pada peningkatan popularitas menuju Pilpres 2024. Relawan pun tak ketinggalan mengambil perannya. Deklarasi dengan mengakronimkan nama figur mereka kini menjamur telah di mana-mana.

Maka wajar saja ada sebuah kegelisahan sahabat saya tadi yang diungkapkan melalui pernyataan tadi. Meskipun saya sendiri tidak sefrekuensi dengan pandangannya, tapi saya juga tidak membenarkan kebebasan bermanuver politik yang sebebas-bebasnya.

Baca Juga:

Isu Ijazah Jokowi Palsu Adalah Isu Goblok, Amat Tidak Penting, dan Menghina Kecerdasan, Lebih Baik Nggak Usah Digubris!

Rumah Pribadi Jokowi di Solo Memang Cocok Jadi Destinasi Wisata Baru

Maksud saya begini. Kewajaran dari kegelisahan seorang sahabat saya mungkin dilihat dari kacamata jalannya roda pemerintahan. Agregasi politik yang begitu cepat membicarakan Pilpres 2024, dipastikan akan mengganggu kerja-kerjanya sebagai seorang kepala negara.

Partai-partai politik baik yang berada di dalam ataupun diluar pemerintahan pastinya mulai melakukan lobi-lobi politik. Ada yang saling merangkul, ada pula yang saling menyikut. Segmentasi di tingkat elit pun mulai terbentuk. Jika hal ini terjadi, sudah barang tentu akan mengganggu konsentrasi para pembantu Jokowi didalam kabinet yang beberapa di antaranya adalah Ketua Umum dan utusan dari partai politik untuk mensukseskan visi-misi dan program-program kerja Pemerintahan Jokowi-Maruf.

Kerja-kerja para pejabat partai maupun non partai di dalam kabinet yang berorientasi pada perhelatan Pilpres 2024, akan sibuk memperkenalkan diri mereka tanpa menghiraukan profesionalitas sebagai pembantu Presiden.

Sama halnya juga terjadi pada kepala daerah yang saat ini masih menjabat. Sebut saja ada Ganjar Pranowo Gubernur Jateng, Ridwan Kamil Gubernur Jabar, dan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Mereka adalah kepala daerah yang namanya cukup dibicarakan untuk panggung politik di 2024. Hal ini dibuktikan dengan relawan-relawan yang mengakronimkan nama mereka sudah mendeklarasikan dukungan. 

Jika demikian, bisa dibayangkan bagaimana pusingnya mereka. Sudah harus mengurusi masyarakat di daerahnya masing-masing, baik soal kesejahteraan, dampak covid-19 dan beberapa persoalan lainya. Kini harus dibebankan untuk dikenal dan disukai oleh seluruh masyarakat Indonesia. Hmmm, seberapa sibuknya mereka saat ini?

Pada prinsipnya, gelombang ini tidak dapat dihindari. Dengan dipanaskannya mesin-mesin politik menyongsong perhelatan di 2024, akan sangat berdampak terhadap efektifitas kerja pemerintahan saat ini. Lantas apakah hal-hal tersebut harus dihentikan? Tentu saja tidak mungkin.

***

Perihal persoalan ini, tentunya tak ada garansi untuk bagaimana membendung dan menghentikan diskursus Pilpres 2024. Terlepas dari pada tidak adanya regulasi yang mengatur hal tersebut, pembatasan tersebut justru akan bertentangan dengan hak demokrasi setiap warga negara. Bahasa kejamnya, kita akan mengkhianati cita-cita reformasi 1998.

Saya sependapat dengan Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago. Beliau mengatakan tidak ada kata terlalu dini atau terlalu cepat untuk membicarakan pilpres.

Pangi mengungkapkan ramai-ramai deklarasi capres di dalam pendekatan ilmu politik merupakan bentuk social movement atau gerakan sosial. Tujuannya untuk mencari pemimpin yang ideal berdasarkan akar rumput atau suara rakyat. Menurutnya, deklarasi yang ramai dilakukan sejumlah relawan adalah hal yang menarik dalam pendekatan demokrasi.

Tetapi, seperti ungkapan saya di atas yang tidak menghendaki kebebasan bermanuver politik yang sebebas-bebasnya. Artinya, kapan pun reaksi publik itu muncul terkait membicarakan Pilpres 2024, dia harus berjalan sering dengan pendidikan dan edukasi politik yang sehat kepada masyarakat. Yang paling krusial sebenarnya adalah bagaimana kita bisa mendudukkan sebuah tata nilai tentang etika dan kualitas demokrasi di tengah-tengah masyarakat dalam menanggapi segala isu-isu politik yang sedang berkembang. Inilah yang harus menjadi ikhtiar kita ditengah masyarakat yang beragam dalam berdemokrasi.

Ujaran-ujaran kebencian yang difabrikasi dengan isu-isu identitas harus diredam. Wacana-wacana yang dapat menimbulkan disintegrasi di tengah-tengah masyarakat harus dihentikan. Apa pun alasannya, diskursus Pilpres 2024 harus bersih dari hal-hal negatif tersebut.

Soal membicarakan Pilpres 2024, bukanlah hanya pada persoalan siapa dukung siapa, atau siapa mengungguli siapa. Tetapi, membicarakan pilpres hari ini adalah upaya memproyeksikan apa yang menjadi kebutuhan bangsa ini ke depannya. Dan tentu saja, siapa yang bisa menjawab kebutuhan-kebutuhan tersebut

Sumber Gambar: Pixabay

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 7 Oktober 2022 oleh

Tags: ganjar pranowoJokowipemilu 2024pilpres 2024
Moh Ridwan Litiloly

Moh Ridwan Litiloly

Orang yang sedang dan selalu belajar untuk menjadi penulis.

ArtikelTerkait

Bayaran Mahal Partai Golkar untuk Skakmat Jalur Emil Jadi Presiden

Bayaran Mahal Partai Golkar untuk Skakmat Jalur Emil Jadi Presiden

25 Januari 2023
Larangan Gaya Foto ASN Jelang Pemilu 2024 Bawa Berkah bagi Saya

Larangan Gaya Foto ASN Jelang Pemilu 2024 Bawa Berkah bagi Saya

9 Desember 2023
pengangguran

Kiat-Kiat Sukses Menjadi Pengangguran

14 Agustus 2019
aksi 22 mei

Kenapa Kita Susah Menerima Aksi Damai 22 Mei Apapun Alasannya

24 Mei 2019
5 Rekomendasi Tempat Makan Murah Sekitar UGM dan UNY Jokowi

UGM Justru Goblok kalau Menanggapi Orang Nggak Jelas Lewat Konferensi Pers

11 Oktober 2022
Rakyat Diminta Makan Ikan, tapi Harga Ikan di Pasaran Mahal. Halo Pemerintah, Sehat?

Rakyat Diminta Makan Ikan, tapi Harga Ikan di Pasaran Mahal. Halo Pemerintah, Sehat?

1 Desember 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025
Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

28 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.