Selama liburan sekolah karena pamdemi, hal yang paling banyak kulakukan adalah tiduran seharian penuh sambil bermain hp, scroll Instagram, scroll Twitter, dan biar semangat hpannya, aku ditemani lagu-lagu kesayangan.
Ini adalah jalan yang ketempuh untuk sekadar menghabis-habiskan waktu di rumah. Sampai liburan selesai, sampai selesai Coronanya alias sampai waktu yang belum di tentukan.
dan, jujur….
Hidup gini terus selama lebih dari 3 bulanan cukup membuat bosan sekaligus muak. Kadang kalau ndak ada kerjaan gini suka mangkel sendiri. Ntah sama hp ntah sama kasur. Pokoknya ada aja yang dibuat bahan lampiasan. Gampangnya, aku sedang berada di fase mbuhlah.
Hal yang paling paling kutunggu selama masa liburan adalah sekolah. Kupikir cuman dengan masuk aku bisa kembali produktif dan ndak cuma tidur-tiduran aja. Sekalipun aku tahu sekolah isinya cuman yang ribet-ribet dan yang mumet-mumet. Dari belajar sampai harus berpakaian lengkap dan rapi. Mungkin karena saking gabutnya, aku jadi pengin yang ribet-ribet dan mumet-mumet itu.
Setelah berbulan-bulan menunggu tanpa kepastian, akhirnya penantianku terbayarkan. Pada 13 Juli kemarin ini, sekolah kembali dibuka dan dengan begitu pelajaran-pelajaran kembali bergulir. Akhirnya, untuk sekian lama, otakku akan kugunakan untuk belajar lagi. Mungkin butuh waktu yang tidak sebentar untuk menyiapkan otak yang terlanjur lumutan ini.
Seharusnya, tanggal 13 Juli adalah hari yang menyenangkan, karena sekolah dimulai dan penantianku harusnya bisa terbalas. Tapi berhubung sekarang masih masa pandemi, terpaksa sekolahnya diganti jadi sekolah online. Dan dengan begitu penantianku terasa sia-sia. Seolah keluar dari kandang macan masuk ke kandang dinosaurus. Bukannya sekolah beneran malah online. Nambah-nambahin kerjaan aja batinku.
Sebenarnya hampir tidak ada bedanya antara sekolah biasa dan online. Yang membedakan hanya tempatnya aja. Biasanya belajar di kelas kelas, bareng sama teman yang lain dan diajar dengan gurunya langsung. Sekarang dipindah ke gawai, cukup dengan online dan bisa juga disambi rebahan santuy.
Bahkan kalo dihitung-hitung, online lebih enak karena bisa dikerjakan dengan bantuan Mbah Google. Belum lagi sekolah online tidak mewajibkan bangun pagi dan berseragam rapi.
Untuk pakaian bisa sembarang dan tidak mandi juga tidak masalah. Selain enak sekolah online juga lebih ekonomis kata ibuku. Karena pengeluaran untuk jajan bulanan ditiadakan dan bayar spp jadi lebih murah. Untungnya untuk masalah jaringan, keluargaku berlangganan wifi, jadi untuk pengeluaran biaya kuota internet lebih murah ketimbang kartu paket.
Tapi masalahnya bukan seenak apa model belajarnya dan seberapa ekonomisnya. Tapi aku cuma pengin masuk sekolahnya. Intinya aku kangen pakai seragam abu-abu, berangkat sekolah, dan ketemu temen.
Sekalipun nanti pas di sekolah dimarahin sama gurunya gara-gara kerjaanku cuman tidur atau bolos ke Warmindo, atau dibilangin sama ibu percuma sekolah kalau cuman gitu-gitu aja, mending di rumah, hitung-hitung masih bisa disuruh bantu-bantu ibu. Kalau sudah gitu, aku ndak begitu ambil pusing dengan itu. Toh aku sudah biasa dengerin yang kayak ginian.
Lagian justru “hal hal seru” kayak gini yang ngangenin dari sekolah dan bukannya belajar di kelasnya. Kalo cuman belajar di kelas semua siswa bisa dapat kesempatan yang sama. Tapi kalau bolos dan dapat bimbingan langsung dari guru BK, tidak semua siswa bisa dapat kesempatan yang sama. Hanya siswa siswa terpilih yang bisa dipanggil ke ruang BK.
Ibarat makanan, sekolah adalah makanan utama, yang terdiri dari nasi dan sayurannya sedangkan “hal hal seru” adalah pelengkapnya seperti lauk dan sambalnya. Orang bisa saja makan sekadar makan, tapi kalau sudah ngerasain makanan pelengkapnya justru makanan pelengkapnyalah yang selalu diingat. Orang bisa saja sekolah sekadar sekolah. Tapi kalau cuman gitu aja, rasanya ya gitu-gitu aja. Ndak ada asik-asiknya.
Setelah pandemi ini selesai dan sekolah bergulir seperti biasanya, hal yang pengin banget kulakuin adalah bolos. Rasanya sudah bosen banget liburan. Sesekali untuk menenangkan pikiran, mungkin perlu sedikit bolos dari liburan, eh, sekolah.
BACA JUGA Selain Jahat, Orang yang Ngasih Stigma ke Perawat sebagai Pembawa Virus Juga Goblok atau tulisan Nafiis Anshaari lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.