Kalau Selebritis Sibuk Tinju, Petinju Asli (Harus) Sibuk Ngapain?

Kalau Selebritis Sibuk Tinju, Petinju Asli (Harus) Sibuk Ngapain?

Kalau Selebritis Sibuk Tinju, Petinju Asli (Harus) Sibuk Ngapain? (Pixabay.com)

Dunia tinju Indonesia kembali ramai akhir-akhir ini. Bukan karena pertandingan petinju profesional atau pertandingan legenda tinju Indonesia. Melainkan pertandingan yang mempertemukan para selebritis negeri ini. Sebut saja yang barusan viral, Jefri Nichol vs El Rumi. Masih banyak lagi kok yang lainnya. Hal itu menjadi fenomena baru yang menarik perhatian publik. Para selebritis negeri ini justru berbondong-bondong pergi menuju ring dengan alasan yang sebenarnya nggak terlalu jelas.

Tinju di kalangan selebritis sebenarnya bukan hal baru. Di dunia internasional, pelaku tinju dari kalangan selebritis dikenal sebagai influencer boxing. Sebut saja nama Logan Paul, Jack Paul, dan KSI misalnya. Tiga nama di atas adalah contoh para selebritis yang sukses menjadi influencer tinju dunia. Barangkali para slebritas negeri ini mulai mendalami dunia adu jotos ini karena terinspirasi oleh mereka.

Bisa juga, cuman lagi cari panggung aja. Harus diakui kalau kemampuan tinju selebritis negeri ini belum oke punya. Yang penting naik ring dan bikin gaduh dunia maya. Tetapi, satu hal yang tidak bisa dimungkiri bahwa masyarakat begitu menikmati pertandingan tinju yang sebenernya nggak tinju-tinju banget. Kok bisa?

Bukan pertandingannya yang menarik

Bagi saya, hal menarik dari tinju para selebritis negeri ini bukanlah pertandingannya, melainkan hal lain di luar pertandingan mereka. Jujur saja saat melihat beberapa pertandingan para selebritis di atas ring, aksi tinjunya ya, biasa-biasa saja. Boleh dibilang tak ada yang istimewa dari pertandingan yang promosinya setara dengan pertandingan Gervonta Davis dan Rian Garcia. Padahal, hal yang seharusnya menarik dari sebuah pertandingan tinju adalah skill petarungnya. Bukan yang lainnya.

Menurut saya hal yang “menarik” dari tinju para selebritis ini justru datang dari luar ring. Sebut saja saat mereka melakukan konferensi pers, penimbangan berat badan, dan psywar di media sosial masing-masing. Momen yang seharusnya dibuktikan dengan adu jotos saat di atas ring nanti, malah makin banyak dihabiskan dengan adu mulut dan saling sindir.

Memang, dalam tinju diperlukan drama-drama seperti itu untuk menambah atmosfer keseruan pertandingan. Mereka, sebagai pelaku seni jelas dapat memainkan momen tersebut dengan baik. Tapi, kalau cuman mau sindiran-sindiran di medsos, kenapa harus repot pakai tinju segala?

Karakter tengil selebritis dan skill yang nggak sebanding

Seperti yang kita ketahui bersama, kebanyakan atlet termasuk petinju pasti memiliki karakter yang tengil. Karakter tersebut dapat bersifat alami dan buatan. Sebagian besar atlet memang sengaja membuat karakter itu untuk menarik perhatian. Namun, perlu dimengerti jika para atlet jelas memiliki skill yang sebanding dengan karakter tengilnya.

Berbeda dengan beberapa selebritis di Indonesia yang skill dan karakter tengilnya begitu jomplang. Keras saat di bawah, lembek saat sudah di atas. Parahnya lagi, ketika sudah memenangkan suatu pertandingan ketengilan mereka ini makin menjadi. Mereka jadi sok menantang selebritis lain, bahkan sampai petinju profesional. Padahal baru menang sekali, tengilnya minta ampun.

Menaikkan atau malah menjatuhkan marwah tinju?

Bagi saya, tinju kalangan selebritis Indonesia ini seolah menjadi suatu paradoks. Niat hati untuk menghidupkan kembali dunia tinju, sepertinya harus terganjal kepentingan-kepentingan industri dunia hiburan. Tidak bisa dimungkiri, mempertemukan para selebritis di atas ring jelas membawa keuntungan lebih banyak bagi para penyelenggara, daripada menyelenggarakan pertandingan tinju profesional. Lagi pula, nggak banyak juga masyarakat yang tahu nama-nama petinju profesional negeri ini setelah masa jaya Chris John dan Daud Yordan selesai. 

Mirisnya lagi, ada ketimpangan pendapatan yang cukup tinggi antara petinju profesional dan influencer tinju di negeri ini. Pendapatan influencer tinju bisa mencapai 3-5 kali lipat lebih besar dari petinju profesional. Data itu berdasarkan penuturan salah satu atlet MMA Indonesia (baca: Suwardi) di media sosialnya. Seharusnya, para selebritis cukup mempromosikan dan mengedukasi olahraga ini melalui media sosial mereka yang banyak pengikutnya. Bukan malah sibuk ikut cari panggung. Kalau selebritis sudah sibuk tinju, petinju asli harus ngapain?

Penulis: Rahadi Siswoyo
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Lupakan Sepakbola, Olahraga yang Dibutuhkan Indonesia adalah Tinju

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version