Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Kalau Saja Proyek e-KTP Nggak Dikorupsi, Fiturnya Bakal Wow Sekali

Dewi Perceka Sari oleh Dewi Perceka Sari
22 Agustus 2020
A A
fitur fungsi e-ktp proyek e-ktp korupsi setya novanto mojok.co

fitur fungsi e-ktp proyek e-ktp korupsi setya novanto mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Semua kasus korupsi pasti bikin jengkel, tapi khusus korupsi proyek e-KTP, jengkelnya bisa pangkat empat. Sudahlah merugikan negara sampai Rp2,3 triliun, efeknya masih merepotkan kita sampai sekarang.

Saya masih ingat ketika e-KTP semua anggota keluarga selesai dalam waktu yang bersamaan, saya harus rela digantungin beberapa tahun untuk bisa memegang e-KTP itu. Iya, e-KTP saya baru jadi setelah menunggu beberapa tahun. Sekali lagi: beberapa tahun.

Selama penantian itu, tiap kali saya datang ke kelurahan, pasti disuruh ke kecamatan. Begitu sampai di kecamatan, disuruh ke dispenduk. Udah di dispenduk, disuruh ke kecamatan. Muter gitu aja terus siklusnya! Jadi, sebenarnya e-KTP saya di mana? Hmmm… iri saya sama Pak Djoko Tjandra yang bikin e-KTP kurang dari sejam. Perekaman sebentar, eh langsung jadi. Sungguh keadilan sosial bagi rakyat yang berkuasa.

Kejadian itu sudah lewat dan saya sudah punya e-KTP sekarang. Tapi saya masih ingin berandai-andai. Gimana ya, kalau proyek e-KTP itu nggak dijadikan bancakan elite politik? Kayaknya alasan klise blangko habis dan e-KTP nyasar entah di mana nggak bakalan ada.

Bukan hanya itu, mungkin kita juga bisa menggunakan e-KTP selayaknya e-KTP. Kalau di dunia manusia namanya memanusiakan manusia, di dunia KTP namanya meng-e-KTP-kan e-KTP gitu. Opooo.

Jadi gini. Di dalam e-KTP ada chip yang menyimpan data-data biometrik terenkripsi, seperti sidik jari, iris mata, dan wajah. Jadi, kalau ada satu orang yang mau bikin e-KTP lagi pakai nama baru, ya nggak bisa. Wong identitas, termasuk sidik jari dan lain-lainnya itu sudah tersimpan di database.

Selain sebagai kartu identitas, sejauh yang saya tahu, e-KTP masih terbatas untuk validasi data di beberapa lembaga, misalnya perbankan, kementerian, dan rumah sakit. Data kependudukan di e-KTP sudah terintegrasi dengan lembaga-lembaga itu. Menurut data Kemendagri, sebanyak 2.258 lembaga sudah bekerja sama dengan dispenduk untuk memanfaatkan data kependudukan di e-KTP.

Contohnya, kalau kita bikin rekening di bank, kita hanya perlu membawa e-KTP. Kenapa? Karena pihak bank punya akses untuk memanfaatkan data di e-KTP. Pihak bank tinggal melakukan validasi dengan membuka data kependudukan yang sudah terintegrasi itu tadi. Jadi, kita nggak perlu fotokopi KTP dan pihak bank juga nggak perlu bertanya tentang informasi dasar seperti yang tertera di KTP. Ya… meskipun biasanya nasabah tetap mengisi formulir untuk arsip bank tersebut.

Baca Juga:

Menyesal Kuliah Jurusan Pendidikan, Tiga Tahun Mengajar di Sekolah Nggak Kuat, Sekolah Menjadi Ladang Bisnis Berkedok Agama

Korupsi dan Krisis Integritas Adalah Luka Lama Banten yang Belum Pulih

Sampai di sini, kalau saya, warga yang tidak berpengaruh ini, disuruh memberi penilaian pada e-KTP, jawaban saya: bagus! E-KTP setingkat lebih maju dibandingkan KTP konvensional kita dulu yang sistemnya belum terintegrasi. Sayangnya, e-KTP kita fungsinya masih terbatas di lingkup itu-itu saja. Padahal, seharusnya e-KTP tuh bisa lebih pintar lagi dibandingkan yang sekarang. Kamu tahu nggak sih, mylov? e-KTP sebenarnya bisa lho kayak SCTV, yang satu untuk semua.

Seperti yang saya bilang tadi, di dalam e-KTP itu ada chip yang isinya data-data. Nah, di Indonesia memori chip-nya masih 8 KB. Sebenarnya Kemendagri sudah berencana menaikkan memori chip ini menjadi 32 KB. Tapi ya, masih rencana. Realisasinya kapan saya juga nggak tahu.

Kalau memori chip lebih besar, fitur-fitur lain seperti pembayaran bisa ditanam dalam chip e-KTP. Istilahnya, e-KTP ini bisa nyambung sama perbankan atau dompet digital. Jadi, fungsinya bisa kayak kartu debit kita selama ini. Bisa untuk bayar-bayar di toko online, bisa untuk beli jajan di minimarket dan tempat-tempat lain yang menyediakan card reader, dan bisa untuk menarik uang selayaknya kartu ATM.

Bahkan, seharusnya bisa terintegrasi juga sama KUA. Maksud saya, terintegrasi dengan buku nikah atau kartu nikah. Biar orang-orang yang mau check in, nggak perlu bawa buku atau kartu nikah lagi. Pakai e-KTP aja cukup. Tentunya, pihak hotel juga harus punya e-KTP reader supaya bisa membaca data di dalamnya.

Nggak cuman itu, e-KTP ini harusnya juga bisa menyimpan catatan kriminal seseorang. Jadi, data tiap orang yang melakukan kejahatan langsung masuk ke e-KTP. Nggak perlu lagi lah bikin SKCK segala macam. Kalau ada rekrutmen, ya pihak yang merekrut kudu punya e-KTP reader, supaya bisa tahu catatan kriminal yang bersangkutan. Nggak perlu lagi mengurus ke kelurahan, ke kecamatan dan seterusnya untuk mendapatkan SKCK.

Yang lebih paripurna, kita nggak perlu lagi yang namanya perpanjangan SKCK. Ya buat apa, datanya aja selalu update di e-KTP. Hemat waktu dan lebih efisien, kan? Ya, meskipun nantinya negara nggak dapat uang lagi dari pembuatan SKCK. Hmmm… cari sumber dana di sektor lain aja gimana? Kasihan lho yang belum kerja itu kalau udah disuruh bayar duluan buat ngurus ina-inu. Yang diurus kan nggak cuman SKCK, ada surat kesehatan yang nggak gratis, ada tes narkoba yang mesti bayar juga kalau tesnya nggak di BNN. Di BNN pun, alat tes dan wadah urinnya harus bawa sendiri, yeorobun yang budiman.

Jadi, beneran nggak usah banyak kartu. Cukup satu kartu tapi maksimal penggunaannya. Simpel gitu. Mending anggaran untuk kartu-kartu yang banyak itu dialihkan untuk pengembangan e-KTP yang multifungsi ini.

BTW, itu tadi masih beberapa kecanggihan lho yang saya sebutkan. Masih banyak lagi yang seharusnya bisa dikembangkan dari e-KTP.

Tapi kalau dipikir-pikir, boro-boro upgrade fitur, perekaman aja belum tuntas sampai sekarang. Semua orang kecuali Djoko Tjandra juga tahu, mengurus KTP itu waktunya nggak bisa diprediksi. Sebab, dari awal dibuat, proyek e-KTP ini memang nggak digarap secara serius. Separuh dari total anggaran dibagi-bagi untuk kalangan sendiri. Mantap betul! Yang penting, bancakan Pak Setnov dan kawan-kawannya sukses dulu, e-KTP belakangan aja lah. Tapi ya, sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Sehat selalu bapak-bapak, yang bahkan di penjara fasilitasnya tetap mewah dan bebas keluar masuk buat makan nasi padang yang wah.

Bagaimanapun, sebagai warga negara yang baik, saya akan tetap sabar menunggu. Tapi, kira-kira kapan ya e-KTP kita beneran berfungsi layaknya e-KTP? Cuman nanya lho ini.

BACA JUGA Perihal e-KTP Belum Jadi, Kita Semua Bukan Pemula dan tulisan Dewi Perceka Sari lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 22 Agustus 2020 oleh

Tags: e-ktpKorupsi
Dewi Perceka Sari

Dewi Perceka Sari

A lifelong learner

ArtikelTerkait

Pembangunan Toilet SD di Sumenep yang Telan Dana 500 Juta: Korupsi atau Tidak, Pembangunan Ini Layak Diapresiasi

Pembangunan Toilet SD di Sumenep Telan Dana 500 Juta: Korupsi atau Tidak, Pembangunan Ini Layak Diapresiasi

6 Juli 2023
Membenahi Citra Bea Cukai di Mata Publik, PR Prabowo yang Wajib Diselesaikan

Membenahi Citra Bea Cukai di Mata Publik, PR Prabowo yang Wajib Diselesaikan

6 Desember 2024
Mengenal Amhaengeosa, Pemberantas Korupsi di Era Joseon terminal mojok

Mengenal Amhaengeosa, Pemberantas Korupsi di Era Joseon

29 November 2021
Apa Efek Politik Dinasti dan Korupsi? Tentu Saja Warga yang Tak Bahagia. Bukan Begitu, Banten?

Bagaimana Warga Banten Bisa Bahagia kalau Kotanya Dicengkeram Korupsi dan Politik Dinasti?

6 Februari 2024
3 Hal Terkait Proyek Kereta Api Makassar-Parepare yang Perlu Kalian Ketahui

3 Hal Penting Terkait Proyek Kereta Api Makassar-Parepare yang Perlu Kalian Ketahui

10 Juni 2023
Beasiswa KIP Dipotong Massal Tanpa Transparansi yang Jelas dengan Kedok "Berbagi Rezeki", Kelakuan Bejat yang Bikin Setan Aja Minder

Beasiswa KIP Dipotong Massal Tanpa Transparansi yang Jelas dengan Kedok “Berbagi Rezeki”, Kelakuan Bejat yang Bikin Setan Aja Minder

28 Mei 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.