Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Kalau Punya Anak Bermasalah, Bawa Ke Psikolog, Jangan Dikirim ke Pesantren

Nasrulloh Alif Suherman oleh Nasrulloh Alif Suherman
3 Mei 2025
A A
Masak Pengabdian Santri di Pesantren Nggak Dihitung sebagai Pengalaman Kerja? Nggak Adil, Rugi dong!

Masak Pengabdian di Pesantren Nggak Dihitung sebagai Pengalaman Kerja? Nggak Adil, Rugi dong! (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai seorang lulusan pesantren, saya sudah banyak melihat jenis-jenis orang di dalamnya. Mulai dari yang biasa sampai luar biasa, lemah lembut sampai kasar, dari yang nggak punya masalah sampai paling bermasalah. Menurut saya pribadi, seharusnya pesantren tidak menerima orang yang bermasalah ke dalamnya.

Pesantren memang dari dulu dikenal sebagai “bengkel” untuk anak-anak bermasalah. Seringkali terjadi orang tua yang sudah menyerah mengurus anaknya yang bermasalah, malah mengirimkan anaknya ke pesantren dengan harapan menjadi anak yang lebih baik dari sebelumnya. Memang ada yang berhasil, tapi percayalah, yang tidak berhasil pun juga sama banyaknya.

Di masa yang semakin modern dan semakin terbuka akan kesehatan mental, semestinya orang tua semakin sadar, bahwa anak bermasalah itu sudah memiliki tempat yang cocok dibandingkan pesantren. Psikolog adalah tempat itu. Kalau punya anak bermasalah, bawa anaknya ke psikolog untuk konsultasi. Lagian, lebih banyak kerugiannya mengirim anak bermasalah ke pesantren dibandingkan dengan ke psikolog.

Pesantren tempat belajar agama, bukan rehabilitasi

Pesantren adalah instansi pendidikan untuk belajar agama. Orang yang masuk pesantren pastilah punya niat untuk menggali ilmu agama lebih dalam, agar kedepannya memiliki pengetahuan agama yang mumpuni. Kalau anak bermasalah dimasukkan ke pesantren, yang notabenenya punya kebutuhan khusus untuk diperbaiki masalahnya, malah bikin kacau ritme belajar.

Santri lain yang niat belajar agama jadi kasihan, karena malah harus menghadapi masalah berwujud orang yang datang ke pesantren, belum lagi kerjaan ustaznya jadi bertambah. Harusnya fokus mengajar ilmu agama, malah jadi habis fokusnya untuk memperhatikan si santri bermasalah.

Menyusahkan ustaz, pembina, kiai, dan rawan mencoreng nama baik

Seperti yang sudah saya tulis di atas, anak yang bermasalah ini sangat menyusahkan. Taraf bermasalahnya memang variatif, tapi kalau belum “disembuhkan” malah akan merembet ke mana-mana. Ustaz yang seharusnya bisa dengan baik menyampaikan materi saat belajar, jadi nggak optimal karena fokusnya terbagi mengurus anak bermasalah. Pembina dan kiai juga, yang seharusnya mengurus beberapa hal yang lebih urgen, malah perhatiannya terdistraksi akibat anak yang bermasalah.

Paling minim, menyusahkannya pasti ke sesama santri. Walaupun di depan ustaz kelihatan nurut, tidak bikin onar, tapi menyalurkan masalahnya malah ke santri. Mulai dari berantem, membully, memalak, sampai zalim ke adik kelas kalau punya power sebagai pengurus.

Belum lagi risiko mencoreng nama baik. Sudah berapa sering kita melihat pesantren bermasalah terkait santri. Masa nggak dijadikan bahan pelajaran? Ujung-ujungnya yang menanggung institusinya sendiri. Masyarakat umum nggak akan menyalahkan si anak, karena si anak dianggap representasi pesantren. 

Baca Juga:

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Persamaan Kontroversi Feodalisme Pondok Pesantren dan Liverpool yang Dibantu Wasit ketika Menjadi Juara Liga Inggris

Ustaz-ustaz di pesantren masih banyak yang belum sejahtera malah ditambah masalah

Sudah bukan rahasia lagi, guru itu adalah pekerjaan yang paling jauh dari kata sejahtera. Termasuk dengan guru di pesantren alias ustaz. Banyak pesantren yang belum membayar upah para ustaz dengan cukup, karena biaya operasional yang cenderung tinggi. Apalagi, ditambah budaya pesantren yang menganggap mengajar adalah pengabdian. Karena pengabdian, materi menjadi nomor sekian. Bahkan, ada loh yang nggak dibayar sama sekali, Gontor misalnya. 

Sudah jauh dari sejahtera, ditambah lagi dengan masalah dari anak yang bermasalah. Malah jadi ikutan stres. Malah rawan melakukan kekerasan, jadi ikut “terciprat” masalah dari si anaknya karena tidak bisa mencari solusi. Solusi hidup sejahtera saja masih jauh. Jadi, coba pikir-pikir lagi, masa menyerahkan anak yang bermasalah ke orang yang belum sejahtera.

Masalahnya bisa jadi dari orang tua

Sebelum dimasukkan ke pesantren, coba refleksi terlebih dahulu. Jangan-jangan masalahnya bukan pada anaknya, tapi orang tuanya. Sebagai orang yang sering melihat anak-anak bermasalah di pesantren, kebanyakan saya temui orang tuanya juga nggak kalah bermasalah. Masalah ekonomi, masalah rumah tangga, sampai sifat orang tua yang toksik.

Anak-anaknya hanya mencontoh orang tuanya. Mereka menganggap sifat dan kegiatan orang tua adalah hal lumrah yang boleh dilakukan, jadi diterapkan dalam hidupnya. Kalau keluarganya baik-baik saja, nggak mungkin anaknya jadi bermasalah. Orang tua masalah melahirkan anak yang bermasalah.

Jadi tolong sadarlah para orang tua, pesantren bukan tempat yang tepat untuk anak-anak bermasalah. Konsultasikan anakmu ke psikolog. Kalau masih keukeuh masukin anak ke pesantren, kayaknya orang tuanya yang perlu ke psikolog.

Penulis: Nasrulloh Alif Suherman
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Keluh Kesah Orang Desa: Biaya Pesantren Mahal Bikin Orang-orang Kecil Mumet!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 3 Mei 2025 oleh

Tags: anak bermasalahPesantrenpsikolog
Nasrulloh Alif Suherman

Nasrulloh Alif Suherman

Penulis partikelir. Menulis di selang waktu saja.

ArtikelTerkait

Lika-liku Kehidupan Santri di Pesantren Perihal Kisah Asmaranya terminal mojok.co

Lika-liku Kehidupan Santri di Pesantren Perihal Kisah Asmaranya

8 Februari 2021
PMA PPKS, Langkah Progresif Kementerian Agama yang Patut Dirayakan Terminal Mojok

PMA PPKS, Langkah Progresif Kementerian Agama yang Patut Dirayakan

26 Oktober 2022
Surat Keterangan Kelakuan Baik sebagai Syarat Pendaftaran Pesantren Itu Merupakan Birokrasi yag Ramashok terminal mojok

Surat Keterangan Kelakuan Baik sebagai Syarat Pendaftaran Pesantren Itu Merupakan Birokrasi yang Ramashok

10 Agustus 2021
Setiap Orang Punya Nama, Kenapa Masih Memanggil dengan Profesi? terminal mojok.co

Setiap Orang Punya Nama, Kenapa Masih Memanggil dengan Profesi?

17 November 2020
7 Cara Santri agar Tidak Kehilangan Sandal di Pesantren

7 Cara Santri agar Tidak Kehilangan Sandal di Pesantren

7 Juni 2022
modin kiai desa tahlilan mengurusi mayat pemakaman salat jenazah pendidikan tes cara menjadi modin tahan uji nyali mojok

Di Desa Ada Pekerjaan Prestisius tapi Butuh Nyali Tinggi, Namanya Modin

17 April 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri
  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.