ADVERTISEMENT
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Newsletters
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Kalau Pak Luhut Bilang Penanganan Pandemi Itu Terkendali, Terus Kenapa 31 Negara Mencekal Pelancong dari Indonesia?

Aminah Sri Prabasari oleh Aminah Sri Prabasari
14 Juli 2021
A A
31 negara mencekal pelancong dari indonesia mojok

31 negara mencekal pelancong dari indonesia mojok

Share on FacebookShare on Twitter

“Jadi yang bicara tidak terkendali itu bisa datang ke saya, nanti saya tunjukin ke mukanya bahwa kita terkendali.” 

Pak Luhut Binsar Panjaitan menyampaikan hal tersebut dalam rapat terbatas bersama presiden. Hal tersebut disampaikan untuk menjawab orang yang meragukan penanganan pandemi yang dilakukan oleh negara. Waktu berlalu, sampai sekarang belum ada lagi berita terbaru tentang orang-orang yang bilang corona tak terkendali mendatangi Pak Luhut.

Meski secara perorangan sepertinya nggak bakalan ada yang datang, sebenarnya sudah ada pihak yang menjawab tantangan Pak Luhut. Bukan sekadar orang yang ragu, tapi negara-negara, total ada 31 negara menolak pelancong dari Indonesia atau pelancong asing yang pernah singgah ke Indonesia.

31 negara tersebut adalah Singapura, Oman, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, Hong Kong, dan negara-negara di Eropa dengan visa Schengen.

Hong Kong misalnya, mulai melarang semua penumpang penerbangan dari Indonesia masuk ke wilayah itu terkait penularan Covid-19 sejak akhir Juni lalu. Larangan itu diputuskan Pemerintah Hong Kong karena terdapat peningkatan jumlah kasus impor (imported cases) Covid-19 dari Indonesia. Pada 23 Juni 2021, Pemerintah Hong Kong mengumumkan bahwa mulai tanggal 25 Juni 2021 akan menetapkan status Indonesia menjadi negara kategori A1 (extremely high risk).

Yang paling ngenes ya pencekalan dari tetangga sebelah, ada peraturan berlaku mulai Senin (12/7) pukul 23.59, pelancong yang memiliki riwayat perjalanan ke Indonesia dalam 21 hari terakhir tak diizinkan transit melalui Singapura.

Pertanyaan pertama, masa iya 31 negara yang mencekal pelancong dari Indonesia itu nggak pegang data semua? Pertanyaan kedua, mungkinkah data yang dipegang Pak Luhut berbeda dengan data yang dipakai negara-negara lain saat memutuskan mencekal Indonesia? Pertanyaan ketiga, sudahkah 31 negara yang mencekal Indonesia itu berkomunikasi dengan Pak Luhut karena sepertinya ada perbedaan pendapat yang ekstrem di masalah pandemi ini?

Jika 31 negara sampai menolak pelancong dari Indonesia, atau yang pernah singgah ke Indonesia, karena dianggap extremely high risk (A1), bukankah sebaiknya kita juga merasa cemas dan mulai berbuat sesuatu dengan lebih sungguh-sungguh dan terukur?

Mari putar ulang pernyataan para pejabat di Indonesia tentang pandemi belakangan ini:

“Bukan kelangkaan oksigen, tapi (((keterbatasan))).”

“Tarif Genose tidak naik, hanya (((penyesuaian))).”

“Rumah Sakit tidak kolaps, tapi (((over kapasitas))).”

Sopan santun yang menipu seperti pernyataan di atas dikenal dengan istilah majas eufemisme yang merupakan penghalusan makna kata.

Tentang eufemisme, kebetulan saya adalah seorang praktisi dengan jam terbang lumayan. Di masa kecil, saat diomeli karena bukannya membereskan mainan malah nonton kartun, saya menolak disebut bermalas-malasan. “Aku sedang (((bersantai-santai))) bentar aja kok,” ujar saya.

Di masa sekarang pun, saat Mas Bambang kesayangan saya, protes karena merasa dapat ultimatum, dia akan berkata seperti ini:

“Awas ya kalau wasapku nggak segera dibales!”

“Nah kan senengannya ngancam-ngancam.”

“Bukan ngancam, ini namanya (((pemberitahuan))).”

Sebagai praktisi yang tekun, saya paham betul bahwa eufemisme dipakai karena ada tujuan spesifik yang ingin dicapai. Oleh karena itu saya bisa mengerti kenapa pejabat publik di Indonesia cenderung memakai eufemisme ketika membahas pandemi.

Tapi, masalahnya adalah, pandemi tidak bisa selesai hanya dengan mengubah narasi. Risiko dari pandemi adalah nyawa, bukan penilaian dan kesan buruk dari orang lain. Oleh karena itu, TOLONG, sudahi lah pemakaian eufemisme untuk berkomunikasi dengan rakyat.

Kedua, TOLONG, selalu pertanyakanlah angka-angka resmi kasus positif Covid-19 karena angka-angka tersebut jelas-jelas dihasilkan dari sistem tracing kita yang buruk.

Survei serologi Covid-19 yang dilakukan FKM UI-Eijkman Institute yang melibatkan 5000 responden penduduk Jakarta menunjukkan data ke muka kita bahwa hampir separuh warga DKI Jakarta sudah terpapar Covid-19. Sementara menurut data resmi pemerintah, penduduk Jakarta yang terinfeksi Covid-19 hanya sekitar 8 persen.

Mengagetkan bukan? Ini baru di DKI saja loh, yang sialnya adalah provinsi dengan faskes dan pelayanan tes Covid-19 terbaik. Ini artinya angka-angka resmi provinsi lain sudah pasti perlu dipertanyakan juga.

Selama kapasitas tes Covid-19 tidak bisa diandalkan, maka angka yang benar untuk menjadi ukuran juga tidak akan bisa diperoleh. Oleh karena itu, berita baik dari pemerintah terkait angka hanyalah basa-basi pemegang kebijakan, tidak ada faedahnya untuk rakyat.

Saya teringat sebagian teman yang rutin mengunggah angka resmi dari pemerintah di medsos, terutama jumlah kesembuhan dan penularan, menyebutnya sebagai kabar baik dan hasil kerja keras pemerintah. Hey, data infeksi harian itu tells you nothing! Kenapa bisa begitu? Karena tidak semua orang yang terinfeksi Covid-19 bisa terdeteksi oleh sistem akibat kapasitas tes terbatas dan bayar pula.

Pak Luhut, untuk tes Covid-19 dengan kapasitas yang rendah saja rakyat harus bayar, masa vaksin juga bayar padahal jumlah populasi yang sudah vaksin belum sampai 20 persen?

Vaksin adalah instrumen andalan yang tersisa untuk mengatasi pandemi saat ini. Harapan rakyat sangat sederhana, jangan sampai herd immunity dibayar dengan metode “survival of the fittest”.

Bismillah, vaksin gratis!

BACA JUGA Tak Perlu Malu Jadi Buruh Pabrik, Malulah kalau Jadi Pejabat Korup dan tulisan Aminah Sri Prabasari lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: luhut panjaitanpandemiPojok Tubir Terminalschengenterkendalitravel ban
Aminah Sri Prabasari

Aminah Sri Prabasari

Perempuan yg merdeka, pegawai swasta yg punya kerja sambilan, pembaca yg sesekali menulis.

ArtikelTerkait

laporcovid-19 vaksinasi covid-19 vaksin nusantara indonesia lepas pandemi ppkm vaksin covid-19 corona obat vaksin covid-19 rapid test swab test covid-19 pandemi corona MOJOK.CO

Bantahan untuk Kemenkes yang Menyangkal Laporan LaporCovid-19: Fasyankes Kolaps Itu Benar Adanya

5 Juli 2021
Tak Harus Cakap untuk Jadi Pemimpin di Negara Demokrasi? terminal mojok.co

Tak Harus Cakap untuk Jadi Pemimpin di Negara Demokrasi?

2 Agustus 2021
3 Hal yang Sering Banget Diungkit sama Mama Papa Kita Zaman Dulu terminal mojok.co

3 Hal yang Sering Banget Diungkit sama Mama Papa Kita Zaman Dulu

10 Juli 2021
sangihe keserakahan tambang emas satwa punah mojok

Sangihe dan Amarah Bumi yang Amat Mengerikan

13 Juni 2021
Pemerintah yang Gagal Kendalikan Pandemi, kok, Malah Rakyatnya yang Disalahin? terminal mojok.co

Pemerintah yang Gagal Kendalikan Pandemi, kok, Malah Rakyatnya yang Disalahin?

8 Juli 2021
Berhenti Bandingkan Ponsel Advan dengan Ponsel Bikinan Luar Negeri Lainnya! terminal mojok.co

Berhenti Bandingkan Ponsel Advan dengan Ponsel Bikinan Luar Negeri Lainnya!

28 Mei 2021
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
daging babi bacon nasi campur mojok

Daging Babi Rasanya Memang Enak, Nggak Kaget kalau Ada Orang yang 'Penasaran'

Terima Kasih Pemerintah Telah Melahirkan Konspirator seperti JRX terminal mojok.co

Terima Kasih Pemerintah Telah Melahirkan Konspirator seperti JRX

Bagaimanapun, KKN Online Itu Pasti Ada Urgensinya! terminal mojok.co

Bagaimanapun, KKN Online Itu Pasti Ada Urgensinya!



Terpopuler Sepekan

IKN Menjadi Lahan Pembuangan ASN (Unsplash)

IKN Menjadi Lahan Pembuangan ASN Adalah Kontradiksi yang Terjadi Setiap Hari di Republik Ini

oleh Raja Pranatha Doloksaribu
30 November 2023

Motor Honda Vario 150, Sahabat Terbaik Toko Kelontong (Unsplash). daihatsu sigra

Betapa Susahnya Hidup dengan Daihatsu Sigra Saat Mentalmu Masih Mental Honda Vario

oleh Enrique Kevin Prasetyo Nugroho
30 November 2023

Jalan Keramik Sudirman Medan, Niatnya Estetik Malah Berujung Kritik

Jalan “Keramik” Sudirman Medan, Niatnya Estetik Malah Berujung Kritik

oleh Tiara Uci
29 November 2023

Pamer Spotify Wrapped Bukan Berarti Norak dan FOMO, Justru Jadi Ajang Nostalgia Playlist dan Kisah di Baliknya

Pamer Spotify Wrapped Bukan Berarti Norak dan FOMO, Justru Jadi Ajang Nostalgia Playlist dan Kisah di Baliknya

oleh Arsyanisa Zelina
30 November 2023

UMK Situbondo Kecil Nggak Ngaruh, Selama Ada Padi dan Ikan, Tagihan Tetap Bisa Lunas!

UMK Situbondo Kecil Nggak Ngaruh, Selama Ada Padi dan Ikan, Tagihan Tetap Bisa Lunas!

oleh Agus Miftahorrahman
2 Desember 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=auMw4xKznj8

DARI MOJOK

  • Mobil Honda Jazz: Simbol Awal Kesuksesan Manusia dan Sudah Saatnya Honda Membangkitkan Sang Legenda
  • Saat Hanung Bramantyo Coba Menghilangkan Mitos Keramat Novel ‘Cinta Tak Pernah Tepat Waktu’
  • 13 Musisi Sepakat, Isu Krisis Iklim Semakin Mendesak Dibicarakan
  • Gudeg Kaleng Bagong Bisa sampai Mancanegara, Ini Kuncinya Awet dan Tahan Lama
  • Seno Gedhe, Sosok yang Kerap Disebut Guru Politik Jokowi Bantah Prediksi Prabowo-Gibran Akan Menang Satu Putaran
  • Glorifikasi Bule Main Musik Keroncong Bukti Inferiority Complex Orang Indonesia dan Masalah Laten yang Tak Kunjung Usai
ADVERTISEMENT
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Newsletters
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .