Pernahkah kalian membayangkan gimana rasanya menjadi angkatan pertama di sebuah jurusan baru? Kalau nggak, saya juga nggak tahu bagimana rasanya. Tapi, beruntungnya adik tingkat saya tahu rasanya. Adalah Rifad yang punya pengalaman spesial ini. Dia menjadi angkatan pertama di program studi Ilmu Politik Unesa.
Sebagai catatan, prodi Ilmu Politik Unesa baru dibuka sejak akhir bulan Juli 2023 lalu. Hal ini merupakan tindak lanjut dari pemisahan Fakultas Hukum dengan Fakultas Ilmu Sosial. Oleh karena itu, prodi Ilmu Politik dibuka, sehingga fakultas saya berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Berbekal rasa penasaran yang teramat tinggi, saya pun menghubungi kawan saya, Rifad, untuk bertanya mengenai pengalamannya menjadi mahasiswa angkatan pertama.
Daftar Isi
Alasan memilih jurusan baru
Saya memulai obrolan dengan mempertanyakan apa alasannya memilih mendaftar di program studi yang baru buka di Unesa ini. Keheranan saya ini wajar, sebab banyak jurusan serupa di kampus lain yang tentu saja lebih proper karena berdiri lebih dulu. Tentu, saya berasumsi kalau adik tingkat saya pasti punya alasan tersendiri.
Menurutnya, masuk di prodi yang baru dibuka justru memberikan peluang yang bagus karena mahasiswa memiliki kemungkinan untuk berkontribusi langsung dalam perkembangan prodi. Selain itu, dia juga tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa kuliah di perguruan tinggi negeri (PTN). Jadilah semakin bulat tekadnya memilih prodi Ilmu Politik Unesa.
Walaupun demikian, Rifad dibuat cukup terkejut karena ternyata satu angkatannya hanya berjumlah 25 orang, termasuk dirinya. Tapi, itu bukan persoalan yang berarti, sebab sedikitnya jumlah mahasiswa justru membuat mereka memiliki hubungan yang cukup dekat satu sama lain, termasuk juga dengan kaprodi.
Sebagai prodi yang baru dibentuk, pastilah memiliki beberapa kekurangan dalam hal fasilitas dan ketersediaan tenaga pengajar. Hal serupa dialami Rifad selama hampir 2 semester ini. Berdasarkan pernyataannya, jurusan baru tempat dia belajar saat ini masih menumpang di gedung jurusan lain, yakni Ilmu Komunikasi.
Praktis, mulai dari ruang kelas sampai ruangan dosen masih jadi satu dengan jurusan Ilmu Komunikasi. Rifad cukup kecewa soal ini. Dia berpendapat, seharusnya sebelum mendirikan prodi baru Unesa telah menyediakan fasilitas yang sama dengan prodi lain. Apalagi mengingat angkatan pertama hanya menerima jalur mandiri, yang tentu saja biayanya nggak murah.
Baca halaman selanjutnya: Selain itu, tenaga ….
Selain itu, tenaga pengajar pun masih belum banyak disediakan secara khusus untuk prodi Ilmu Politik. Dalam hal ini, dosen yang khusus mengajar di prodinya hanya berjumlah 3 orang, sisanya meminta bantuan dari dosen jurusan lain seperti Sosiologi dan PKN. Meskipun begitu, Rifad tidak mempermasalahkan soal ini. Toh, kegiatan belajar tetap berjalan.
Persiapan menerima calon mahasiswa baru
Saat ini, Rifad dan beberapa kawannya sedang bersiap dengan penerimaan calon mahasiswa baru. Oleh sebab itu, dalam waktu dekat mereka akan membentuk himpunan mahasiswa untuk mendukung kegiatan tersebut. Prodinya akan menerima sekitar 180 mahasiswa baru. Jumlah yang cukup banyak mengingat minimnya fasilitas yang tersedia.
Namun, berbeda dengan angkatan Rifad, camaba tahun ini akan masuk dari jalur umum seperti SNBP, SNBT, dan sejenisnya. Maka dari itu, jumlah penerimaannya pun makin besar. Walaupun demikian, Rifad berharap bahwa kedatangan mahasiswa baru bisa memicu pihak universitas untuk menyediakan berbagai sarana dan fasilitas yang memadai untuk jurusan baru. Dari sisi prodi juga diharapkan bisa berkembang lebih baik di tahun pertamanya dengan kontribusi dan keberadaan mahasiswa baru.
Situasi yang dialami Rifad jelas berbeda dengan kebanyakan mahasiswa lain. Ketika mahasiswa lain, termasuk saya, biasanya hanya tinggal menikmati dan meneruskan apa yang sudah ditinggalkan. Sebagai angkatan pertama, Rifad dan kawan-kawannya, harus turut berkontribusi terhadap berbagai upaya pengembangan program studi.
Saya jadi ingat satu petuah yang mengatakan jika bukan kampus yang membentuk mahasiswa menjadi berkualitas, sebaliknya mahasiswalah yang membuat kampus mencapai kualitas tertentu. Rispek, Lur.
Penulis: Dito Yudhistira Iksandy
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.