Barangkali Joglosemarkerto adalah satu-satunya kereta dengan rute memutar atau loop yang ada di Indonesia. Akan tetapi, bukan itu fakta menarik yang paling utama, justru kenyataan bahwa warga pesisir pantura akhirnya bisa ke Jogja naik kereta adalah hal yang lebih penting dari itu semua. Akhirnya, menjangkau peradaban Jogja sebagai kota pelajar dan kota budaya tidak lagi sesulit satu dasawarsa yang lalu.
Daftar Isi
Sebelum Joglosemarkerto, 10 tahun yang lalu
Nah, buat kalian yang belum pernah memahami jalur sepur mania wilayah ngapak dan sekitarnya, mungkin belum paham dengan signifikansi kereta Joglosemarkerto. Jadi begini, pada awalnya jalur kereta Tegal hingga Semarang dapat ditempuh dengan kereta Kaligung.
Sekira sepuluh tahun lalu saat kuliah di Solo, kereta selanjutnya yang harus ditunggangi adalah Kalijaga. Dan sesampainya di Solo pun perlu pindah lagi ke gerbong Prameks, satu-satunya kereta lokal dan murah yang saat itu menghubungkan Solo-Jogja.
Selanjutnya muncul lah kereta Kamandaka yang mampu menghubungkan Purwokerto dengan Tegal, hingga Semarang. Masalahnya tetap sama, tidak ada satu rangkaian gerbong kereta khusus yang bisa mengantarkan kami-kami ini dengan logak kental ngapak pantura langsung menuju Jogja.
Dari situlah akhirnya Joglosemarkerto dilahirkan. Itu semua demi memenuhi hasrat petualang orang pantura yang melanglang buana ke seluruh penjuru negara, tidak terkecuali ke Yogyakarta. Buat kami, anak-anak pantura, Joglosemarkerto menyelesaikan masalah travel dari Tegal atau Pemalang ke Jogja. Rutenya selalu lewat Weleri hingga tembus Temanggung yang, mohon maaf, jalannya naik-turun, bolong sana-sini nggak karuan.
Rute kereta
Kereta Joglosemarkerto terdiri dari dua rangkaian kereta yang sama-sama berangkat dari Solo sekitar pukul enam pagi setiap harinya. Satu rangkaian kereta berangkat lewat jalur Solo, Semarang, Pekalongan, Tegal, Purwokerto, Yogyakarta, hingga sekitar maghrib kembali parkir di Solo Balapan.
Sementara satu rangkaian kereta Joglosemarkerto yang lain berangkat lewat jalur Solo, Yogyakarta, Purwokerto, Tegal, Pekalongan, Semarang, hingga pada akhirnya juga berakhir di Stasiun Solo Balapan. Jadi, coba bayangkan, Joglosemarkerto beroperasi selama kurang lebih 12 jam dan beristirahat selama 12 jam juga.
Buat saya yang sesekali pulang kampung ke Pemalang, satu-satunya cara untuk menuju Yogyakarta menggunakan Joglosemarkerto yang berangkat dari Solo via Semarang. Naik kira-kira menjelang jam sebelas siang, sampai di Jogja pas maghrib. Itu nggak enaknya, lebih nggak enak lagi kalau orang Semarang atau Kendal mau ke Yogyakarta, waktu tempuhnya lebih lama lagi.
Cara singkatnya, orang Semarang dan sekitarnya bisa ke Jogja. Yaitu dengan memilih Joglosemarkerto arah sebaliknya, arah Solo, pemberhentian terakhir di Solo, tapi kemudian bisa lanjut ke Jogja via KRL. Meskipun agak riskan juga karena kalau sepanjang jalan ada masalah dengan mesin kereta Joglosemarkerto, ya alamat bakal ketinggalan KRL jam terakhir.
Kekurangan dan kelebihan Joglosemarkerto
Tidak seperti kereta jarak jauh lainnya, meskipun perjalanan kamu bisa mencapai 6-7 jam lebih, kamu juga nggak akan diberikan masker tipe KF atau KN. Padahal biasanya kalau saya naik kereta dari Madiun ke Jogja yang notabene hanya sekitar tiga jam saja selalu dapat masker. Hal nggak enak lainnya, kamu masih akan duduk dengan kursi tegak 90 derajat yang berhadap-hadapan dengan penumpang lain.
Meskipun demikian, jumlah kursinya cukup nyaman. Sebab, kursinya hanya dua-dua, kursi A, B, C, dan D, artinya dua orang hanya akan berhadapan dengan dua penumpang lainnya. Jarak antar-kursi juga cukup lebar dan sangat nyaman untuk selonjoran dalam kondisi tertentu.
Setiap empat nomor tempat duduk juga dilengkapi semacam meja kecil untuk menaruh minuman atau makanan dengan dimensi yang lebih lebar dibandingkan kereta ekonomi lainnya. Stop kontak untuk mengisi daya ponsel kamu juga disediakan sebanyak dua lubang setiap empat penumpang.
Dan yang paling penting tentu saja kaca tebal, lebar, dan bening. Ini memungkinkan kamu buat bikin konten romantisasi perjalanan kereta dengan tema pemandangan yang beragam. Dari laut pantura sekitar Batang Kendal, hingga Terowongan Ijo peninggalan Belanda di daerah Kebumen. Lengkap bukan? Yuk, jalan-jalan naik Joglosemarkerto!
Penulis: Adi Sutakwa
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 3 Rekomendasi Kuliner di Kereta Joglosemarkerto yang Cocok untuk Menemani Perjalanan