Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Debat Kusir Surabaya vs Jember vs Malang Memperebutkan Status Kota Pelajar Jogja Adalah Kebodohan Belaka

Mohammad Maulana Iqbal oleh Mohammad Maulana Iqbal
10 Maret 2024
A A
Jogja, Surabaya, Malang Bodoh kalau Rebutan Status Kota Pelajar (Unslash)

Jogja, Surabaya, Malang Bodoh kalau Rebutan Status Kota Pelajar (Unslash)

Share on FacebookShare on Twitter

Jogja, Surabaya, Jember, dan Malang. Jujur, saya masih belum begitu paham mengapa banyak orang seniat itu mengampanyekan sebuah daerah sebagai kota pelajar. Maksud saya, apa enaknya kalau daerah Anda disebut, bahkan dikampanyekan sebagai kota pelajar? 

Bangga? Ada-ada saja. Lucunya, hal ini menjadi bahan “debat kusir” di Terminal Mojok maupun Mojok itu sendiri.

Ribut rebutan kota pelajar antara Jogja, Surabaya, Jember, dan Malang

Semua berawal dari sebuah wacana tentang Jogja yang “katanya”, sekali lagi katanya, adalah kota pelajar. Jogja mendapat predikat itu, salah satunya, karena mempunyai banyak pusat pendidikan di sana.

Kemudian, penolakan datang. Misalnya, Dito Yudhistira Iksandy, menyebut bukan Jogja, melainkan Surabaya yang pantas. Pasalnya, UKT Jogja lebih sadis dibandingkan Surabaya. Selain itu, makanan masih murah, ramah pendatang, dan kondusif karena nggak ada klitih.

Pendapat Dito dibantah oleh Muchamad Aly Reza. Melalui liputannya, Aly menyebut kota pahlawan nggak pantas menyandang sebagai kota pelajar. Pasalnya, kegiatan literasi dan akademis adalah hal asing bagi masyarakatnya. Diskusi dan baca buku disebut tabu. Toko buku sepi tapi minat buku bajakan tinggi.

Sayang, Aly Reza tak menyebut daerah mana yang pantas mendapat status itu. Justru Adhitiya Prasta Pratama yang mengisi kekosongan itu dan menyebut Jember lebih layak. Alasannya sederhana, karena biaya hidup lebih merakyat, dan keamanan dari gangster atau klitih.

Herannya lagi, masih ada tulisan lanjutan yang mengatakan bukan Jogja, Surabaya, atau Jember yang layak. Menurut Naimatul Chariro, Malang yang sangat-sangat lebih pantas. Bahkan lebih kompleks bak es campur, Malang disebut sebagai kota pelajar karena sudah bernuansa pendidikan sejak era kolonial, penuh mahasiswa, aktivisme yang membara, toko buku dan penerbit merajalela, toleransi pada perbedaan, dan yang penting adalah ramah kantong mahasiswa nggak kayak Jogja.

Asli. Perdebatan di atas itu nggak ada gunanya.

Baca Juga:

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

City branding dan kapitalisasi

Menurut saya, label “kota pelajar” kayak Jogja bukan sesuatu yang patut dibanggakan. Ngapain juga Surabaya, Malang, dan Jember memperebutkannya. Bahkan malah mencelakakan. Label kota pelajar, sebagaimana label-label yang lain sebenarnya cuma city branding. Tujuannya untuk hegemoni masyarakat luar untuk mau datang.

Surabaya misalnya, disebut “kota pahlawan” untuk mendatangkan wisatawan yang pengin belajar sejarah heroik yang membara pada 10 November. Gresik, kota industri, untuk mengundang para investor supaya mau mendirikan industrinya di sana. Misalnya seperti yang terbaru, PT Freeport Indonesia. Batu, kota wisata, untuk meningkatkan jumlah pelancong. 

Loh justru bagus dong ketika banyak orang luar berdatangan lalu bikin ramai kayak Jogja. Suatu kota menjadi terkenal di mata orang luar. Hebat dong kalau daerahnya memiliki citra yang baik di mata publik.

Jangan salah, city branding itu outuput-nya bukan sekadar citra. Justru citra adalah penjembatan untuk peningkatan pendapatan daerah, termasuk pajak daerah yang dikontrol penuh oleh pemangku kebijakan setempat. 

Ketika suatu daerah sukses disebut sebagai kota pelajar dan sukses mendatangkan orang luar untuk berkuliah dan hidup di sana, perekonomian suatu daerah akan naik. Termasuk UKT dan harga makanan di sekitar kampus juga melonjak naik. Surabaya, Malang, dan Jember mau kayak gitu?

Banyak artikel sebelumnya yang mengatakan bahwa daerahnya pantas disebut kota pelajar karena harga makanannya murah. Bullshit itu. Surabaya misalnya, coba cek harga makanan di sekitaran kampus dan bandingkan dengan harga makanan di desa. Apakah sama? Tentu tidak.

Kampus, warung makan, kos-kosan, toko ATK, dan fotokopi adalah sumber kekayaan suatu daerah yang dioperasionalisasi ke pusat dan jatuh kembali ke daerah. Seperti pariwisata, elemen-elemen yang menyokong label kota pelajar ini secara tidak langsung mekanisme kapitalisasi yang diselenggarakan oleh negara. 

Bahkan disokong oleh media untuk menguatkan sebuah city branding. Barangkali nampak ndakik-dakik. Namun begitulah grand design sisi gelap dari penyebutan kota pelajar dari Surabaya, Malang, dan Jember.

Tanggung jawab moral yang terabaikan

Selain city branding, kita juga perlu melihat sisi tanggung jawab moral. Salah satu wacana yang digadang-gadang oleh Tridharma perguruan tinggi adalah pengabdian kepada masyarakat. Pertanyaannya adalah apakah daerah-daerah yang disebut kota pelajar kayak Jogja, yang banyak kampusnya itu, telah melakukan tanggung jawab moral kepada masyarakat sekitarnya?

Saya kadang heran kenapa mahasiswa, kalau KKN, pasti di luar daerah di mana kampus berada. Mengapa “mensejahterakan” daerah lain jika daerahnya sendiri belum sejahtera?

Misal, di Jogja, saya belum pernah mendengar ada mahasiswa mengadvokasi betulan perihal rendahnya upah di sana. Selain Jogja, banyak kampus yang nggak memikirkan kondisi di sekitarnya. Misalnya, PKL di Srikana sebelah UNAIR itu justru digusur. PKL depan UNESA yang di Lidah maupun Ketintang, Surabaya, juga bernasib sama.

Lantas, buat apa disebut kota pelajar jika mahasiswa mengabaikan kesejahteraan masyarakat kecil di daerah itu? Percuma membangun kampus megah, diskusi mahasiswa rutin berjalan, punya banyak toko buku kalau tidak berkontribusi untuk masyarakat kecil yang berada di sekitar lingkungan akademik.

Jogja, Surabaya, Malang, dan Jembar, apakah kalian masih pantas memperebutkan label kota pelajar?

Penulis: Mohammad Maulana Iqbal

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Jogja, Kota Pelajar yang Tak Belajar dari Kesalahan Jakarta

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 10 Maret 2024 oleh

Tags: jawa timurjemberJogjaKota pelajarMalangSurabaya
Mohammad Maulana Iqbal

Mohammad Maulana Iqbal

Terkadang sedikit halu.

ArtikelTerkait

Ilustrasi Legenda yang Hilang di Jogja Bernama Bus Baker dan Jatayu (Unsplash)

Mengingat Kembali Legenda yang Hilang di Kaliurang dan Parangtritis Jogja Bernama Bus Baker dan Bus Jatayu

23 April 2024
Orang Surabaya Ramah terhadap Pejalan Kaki, tapi Kotanya Tidak

Orang Surabaya Ramah terhadap Pejalan Kaki, tapi Kotanya Tidak

2 Agustus 2024
Apakah Malioboro Masih Istimewa Tanpa PKL di Emperan Toko? terminal mojok.co

Apakah Malioboro Masih Istimewa Tanpa PKL di Emperan Toko?

20 Januari 2022
6 Tempat Wisata Alam di Jember yang Nggak Cocok buat Family Time terminal mojok

6 Tempat Wisata Alam di Jember yang Nggak Cocok buat Family Time

12 Desember 2021
Royal Plaza Surabaya Punya 4 Hal yang Belum Tentu Kamu Tahu (Unsplash)

4 Hal yang Jarang Diketahui Pengunjung Mal Royal Plaza Surabaya

22 Desember 2024
3 Menu Red Flag dari Kopi Klotok yang Termasyhur Itu (Unsplash)

3 Menu Red Flag dari Kopi Klotok. Jangan Ambil Menu Ini kalau Kamu Nggak Mau Kehilangan Kenikmatan

4 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.