Jogja menyimpan potensi kuliner sangat potensial selain gudeg dan angkringan. Sebagai perantau yang sudah empat tahun di Jogja, saya merasa ayam goreng layak menjadi ikon wisata kuliner khas Jogja. Gudeg memang memiliki historis dan akar budaya panjang, dan angkringan diromantisasi oleh puisi Joko Pinurbo, tetapi ayam goreng adalah penyelamat saya dan perantau lainnya.
Ayam goreng memang dapat ditemukan di mana saja. Masing-masing daerah juga memiliki keunikan resep ayam goreng berdasarkan cita rasa lokalnya. Namun bukan berarti Jogja tidak bisa mengklaim dirinya sebagai “Kota Ayam Goreng”. Dibandingkan dengan daerah lain yang pernah saya singgah, perkembangan kuliner ayam di Jogja berada pada tingkatan yang berbeda. Berikut adalah beberapa alasan mengapa Jogja layak menyandang julukan tersebut.
Beragam kuliner ayam goreng tradisional legendaris
Cobalah untuk searching dengan keyword “ayam goreng jogja”, pasti akan banyak muncul rekomendasi restoran atau tempat makan ayam goreng khas di Jogja. Ayam Goreng Mbok Berek Pugeran, Ayam Goreng Bugisan, Ayam Goreng Mbah Cemplung dan masih banyak restoran legendaris lain akan muncul di hasil pencarian. Semua restoran itu memiliki resep ayam goreng yang khas, tapi memiliki satu hal yang sama bagi saya. Semua sajian ayam gorengnya enak dan kita tidak perlu berdebat tentang itu.
Rasa kuliner Jogja identik dengan rasa yang sangat manis, terlebih bagi saya yang asli Surabaya. Saya terbiasa dengan rasa asin serta pedas. Hal itu mempengaruhi pikiran saya saat pertama kali mencoba menyantap ayam goreng di Kota Istimewa. Ternyata setelah mencicipi beragam ayam goreng legendaris yang ada di kota ini, rasa dominan manis yang saya bayangkan itu tidak muncul.
Rasa manis memang tetap ada di beberapa resto, seperti di Ayam Goreng Mbah Cemplung. Tapi, rasa manis itu dapat berpadu sempurna dengan rasa gurih dan sedikit pedas. Bahkan bagi saya, rasa ayam goreng tradisional di Jogja terbaik di dunia.
Banyak brand ayam goreng tepung lokal di Jogja
Bukti lain Jogja sangat identik dan layak menjadi Kota Ayam Goreng adalah fakta bahwa banyak sekali brand ayam goreng tepung berasal dari Jogja. Brand-brand tersebut tidak hanya terkenal di Jogja, beberapa bahkan sudah memiliki banyak outlet di luar Kota Istimewa. Salah satu yang paling ikonik tentu saja tak lain tak bukan adalah Olive Chicken. Bahkan sampai ada kelakar, kalau oleh-oleh khas Jogja itu bukan bakpia, tapi Olive.
Selain itu masih banyak brand lain seperti Yogya Chicken, Ayam Goreng Massiva, Fried Chicken Cak Yunus, dan yang paling besar adalah Rocket Chicken yang outletnya sudah tersebar di lebih dari 20 provinsi. Iya, outlet pertama Rocket Chicken memang di Semarang, tapi kantor utamanya ada di Godean. Ya, ada Jogjanya dikit deh.
Tidak hanya sebagai makanan, ayam goreng tepung ini adalah penyelamat bagi saya dan banyak orang lainnya yang memiliki kantong tipis tapi ingin makan enak. Hanya dengan uang kurang dari 20 ribu sudah mendapatkan seporsi ayam goreng tepung dengan nasi serta es teh. Tentu sangat jauh jika dibandingkan harga seporsi di brand-brand internasional. Bagi saya, rasa ayam goreng tepung di Jogja memiliki rasa yang tidak kalah dengan brand-brand internasional.
Tempat kelahiran ayam geprek
Selain ayam goreng tradisional legendaris dan brand ayam goreng tepung, Jogja juga tempat lahirnya inovasi kuliner ayam goreng yang menggebrak Indonesia. Ya apalagi kalau bukan ayam geprek. Yang digeprek, bukan yang dioles sambel doang.
Saya kira nggak perlu lagi lah ya menuliskan gimana sejarah ayam geprek. Sudah banyak sekali tulisan yang mengulas bagaimana sejarah ditemukannya ayam geprek oleh Bu Ruminah di tahun 2003. Salah satunya pernah diliput oleh Mojok, baca di sini. Yang perlu kalian lakukan sih, makan ayam geprek.
Dengan melihat begitu banyaknya fakta perkembangan kuliner ayam goreng di Kota Istimewa, saya kira tak berlebihan jika mendapuk Jogja sebagai kota ayam goreng. Kalau Yusril Fahriza bilang kalau Jogja adalah Ibu Kota Soto Indonesia, saya kira perlulah sekalian jadi Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia. Makin istimewa aja kota ini. Ya kulinernya, ya budayanya, ya inovasinya.
Penulis: Arya Bagaskara Putra
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 9 Rekomendasi Ayam Goreng Enak di Jogja
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
