Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Jogja dan Lamongan Itu Saudara Kembar: Sama-sama Punya Masalah Upah Rendah, dan Sama-sama Susah Jadi Pemimpin!

M. Afiqul Adib oleh M. Afiqul Adib
14 Juni 2025
A A
Jogja dan Lamongan Itu Saudara Kembar: Sama-sama Punya Masalah Upah Rendah, dan Sama-sama Susah Jadi Pemimpin!

Jogja dan Lamongan Itu Saudara Kembar: Sama-sama Punya Masalah Upah Rendah, dan Sama-sama Susah Jadi Pemimpin!

Share on FacebookShare on Twitter

Tinggal di Jogja itu menyenangkan. Ada angkringan, ada banyak pilihan tempat healing murah, dan yang penting: bisa makan tiga kali sehari tanpa harus mikir utang di warung. Lamongan pun nggak kalah asik. Makanan enak, murah, dan selalu ada peluang ketemu mantan di alun-alun.

Tapi jangan salah. Di balik semua keindahan itu, baik Jogja maupun Lamongan ternyata menyimpan kekhawatiran yang cukup bikin dada sesak dan kepala pening. Ada tiga hal yang sama-sama bikin waswas, dan sialnya, belum juga ada tanda-tanda bakal dibenahi dalam waktu dekat.

Pertama, sama-sama waswas saat di jalan

Kalau tinggal di Jogja, ancaman jalanan itu bernama klitih. Munculnya random, pelakunya random, korbannya juga random. Bayangkan, kamu keluar untuk nugas, pulang-pulang jadi headline berita dengan caption: “Mahasiswa Jadi Korban Klitih.”

Di Lamongan beda lagi. Ancaman di jalan bukan dari manusia, tapi dari jalanan itu sendiri. Tepatnya: jalan berlubang dan penerangan yang seadanya, bahkan sering mati total. Sebagai warga yang setiap hari melintasi jalur Pantura, saya bisa bilang ini bukan sekadar isu kecil.

Malam hari di jalan Pantura itu gelapnya luar biasa. Lampu-lampu jalan banyak yang tidak menyala, entah karena rusak atau memang dibiarkan begitu saja. Andalan satu-satunya ya lampu motor sendiri. Dan sebagai pemilik Honda Revo dengan lampu yang standart, saya sering kepikiran, “Hidup di sini kok hanya bisa ngandelin diri sendiri, ya?”

Parahnya lagi, tiang-tiang lampu penerangan itu sebenarnya ada dan berdiri kokoh di sepanjang jalan. Tapi ya itu tadi, kalau lampunya nggak nyala, buat apa? Harapan warga sih sederhana: cukup nyalain lampu jalan dan tambal lubang-lubang yang mengintai ban motor, minimal agar bisa pulang dengan selamat.

Kedua, sama-sama susah jadi pemimpin daerah

Jogja secara historis punya sistem pemerintahan khas: kasultanan. Kita bisa maklum, karena dari awal memang demikian bentuknya. Tapi bukan berarti warga Jogja nggak pernah merasa bahwa ruang untuk jadi pemimpin itu terbatas. Suka atau nggak, gelar gubernur sudah otomatis disematkan pada Sultan. Jadi kalau ada warga biasa yang bercita-cita jadi Gubernur DIY, ya cuma bisa gigit jari.

Di Lamongan, ceritanya lain tapi rasanya sama. Dari dulu, bupati Lamongan selalu saja dari keluarga itu-itu saja. Gonta-ganti nama boleh, tapi yang jadi bakal tetap trah dari keluarga tersebut. Entahlah. Saya juga nggak paham.

Baca Juga:

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

Jadi meskipun secara teori demokratis dan melalui pemilu, tetap saja susah tembus kalau bukan “orang dalam” atau tidak punya kedekatan politik. Padahal, siapa tahu ada warga biasa yang sebenarnya punya visi bagus dan mampu membawa perubahan.

Ketiga, Jogja dan Lamongan sama-sama sulit untuk ditinggali

Jogja mungkin menyenangkan buat ditinggali, tapi hidup di sana makin berat secara ekonomi. UMP-nya hanya sekitar Rp2,1 juta—terendah di antara kota-kota besar di Indonesia. Ironisnya, biaya hidup makin naik. Sewa kos makin mahal, makanan di daerah strategis nggak kalah mahal dari Jakarta. Yang kerja full-time dengan gaji UMP, bisa-bisa hanya bisa bayar kos dan makan seadanya.

Lamongan pun tak luput dari masalah serupa. Meskipun secara nominal UMK-nya lebih tinggi dari UMP Jogja, yakni Rp3 jutaan, tapi  pelaksanaannya sering kali tak sesuai. Banyak perusahaan yang masih menggaji di bawah standar. Teman saya, misalnya, kerja di pabrik besar, tapi digaji cuma sekitar satu jutaan. UMR hanya jadi angka di atas kertas. Sistem pengawasan dan pelaksanaannya lemah. Jadi walau tinggal di kota kecil, hidup layak tetap menjadi perjuangan.

Intinya, meski secara geografis dan budaya berbeda, Jogja dan Lamongan sama-sama punya sisi gelap yang bikin warganya resah. Kekhawatiran-kekhawatiran yang dirasakan warganya ternyata mirip: takut terluka di jalan, sulit menjadi pemimpin di daerah sendiri, dan khawatir tidak bisa hidup layak. Mungkin inilah wajah lain dari kota-kota di Indonesia, di balik romantisasinya ada saja keresahan yang perlu terus disuarakan.

Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Review Honda PCX 150 setelah 5 Tahun: Motor Biadab!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 Juni 2025 oleh

Tags: Bupatidinasti politikJogjaklitihlamongan
M. Afiqul Adib

M. Afiqul Adib

Seorang tenaga pendidik lulusan UIN Malang dan UIN Jogja. Saat ini tinggal di Lamongan. Mulai suka menulis sejak pandemi, dan entah kenapa lebih mudah menghapal kondisi suatu jalan ketimbang rute perjalanan.

ArtikelTerkait

Malioboro Jogja, Jalan Kerajaan yang Kini Jadi Jalan Milik Siapa Saja Mojok.co overtourism

Ironi Overtourism Jogja: Banyaknya Wisatawan ke Jogja Justru Jadi Hal yang Buruk untuk Pariwisata Jogja

3 Maret 2024
KRL Jogja Solo Bikin Resah Anker KRL Jabodetabek (Unsplash)

5 Tingkah Penumpang KRL Jogja Solo yang Bikin Resah Pengguna KRL Jabodetabek

13 Mei 2025
Lele Terbang Krispi Varian Menu Terbaik dari Warung Pecel Lele Terminal Mojok

Lele Terbang Krispi: Alternatif Menu Terbaik dari Warung Pecel Lele

7 November 2022
Jika Istilah Klitih Diganti, Apakah Jogja Akan Lebih Baik-baik Saja? Terminal Mojok.co

Jika Istilah Klitih Diganti, Apakah Jogja Akan Lebih Baik-baik Saja?

7 April 2022
3 Bahaya yang Mengintai di Persimpangan Pojok Beteng Wetan Kidul Jogja

3 Bahaya yang Mengintai di Persimpangan Pojok Beteng Wetan Kidul Jogja

22 Desember 2024
Kemacetan Jalan Pintas Monjali ke Jalan Palagan Sleman, Bukti Nyata Jogja Salah Urus

Kemacetan Jalan Pintas Monjali ke Jalan Palagan Sleman, Bukti Nyata Jogja Salah Urus

28 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

15 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.