Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Jika Pengamen dan Peminta-minta Ada di Perempatan Lampu Merah Wakatobi

Taufik oleh Taufik
22 Januari 2021
A A
Jika Pengamen dan Peminta-minta Ada di Perempatan Lampu Merah Wakatobi terminal mojok.co

Jika Pengamen dan Peminta-minta Ada di Perempatan Lampu Merah Wakatobi terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Dulu sekali ketika saya masih di Surabaya, saya selalu memperhatikan karakteristik lampu merah di suatu tempat. Menghitung waktu yang saya butuhkan untuk berhenti, memperkirakan pada hitungan ke berapa saya sampai, dan kira-kira saya perlu berapa waktu lagi agar segera selesai waktu menunggu saya.

Di lain waktu, saya memperhatikan karakteristik pengendara ketika berhenti di perempatan. Ada yang terlihat sangat buru-buru sekali. Mengabaikan tempat-tempat khusus untuk pengguna jalan lain. Tidak memperhatikan zebra cross, naik ke trotoar, menerobos lampu merah (yang kadang mengakibatkan kejadian fatal), hingga hal-hal konyol lainnya.

Pernah di waktu lain saya menemukan pengendara bercerita dengan teman yang diboncengnya dengan suara setengah berteriak. Ada juga yang saling pelukan, gombal-gombalan sampai yang berantem di lampu merah karena masalah asmara dan keluarga. Dan itu semua lama-kelamaan menjadi pemandangan yang jadi wajar.

Nah, di Jogja, saya menemukan pemandangan yang sedikit berbeda. Ada penambahan adegan selain yang biasa saya saksikan di perempatan di Surabaya, dulu. Yang pertama adalah adegan pengamen yang dengan keahlian seadanya mencoba merayu para pengguna jalan yang sedang berhenti di perempatan agar sekiranya diberi uang sebagai tanda apresiasi atau sekedar rasa kasihan. Yang kedua adalah adegan pengamen yang mengarah kepada peminta-minta karena tidak memiliki keahlian khusus untuk menarik minat dan simpati pengguna jalan yang berhenti di perempatan saat lampu merah muncul. Dan adegan itu, walau lama-lama saya rasakan sebagai kewajaran baru seperti ketika saya mewajarkan hal yang sama di Surabaya.

Setiap kali saya melewati lampu merah di Jogja, saya selalu tidak lupa memperhatikan kondisi sekitar. Di sana-sini biasanya, ada saja hal yang akan sangat rugi jika saya lewatkan. Apalagi jika saya sedang tidak buru-buru. Rasanya segala sesuatu di perempatan adalah cerita yang saling simpul membentuk sebuah warna. Dan itu perlahan membuat saya jadi bimbang.

Saya mulai berpikir bahwa kejadian yang sama, walau mungkin tidak tahu kapan terealisasi, bisa saja terjadi di kampung saya nun jauh di sana, di Wakatobi. Saya berpikir, jika kondisinya masih seperti sekarang ini, bisa saja impor pemikiran menjadi peminta-minta atau pengamen dengan keahlian seadanya ini muncul di perempatan (dengan lampu merah tentu saja) di Wakatobi.

Yang paling pertama, yang paling saya bayangkan adalah para pengamen dengan keahlian khusus. Di Wakatobi, saya mungkin (suatu waktu) akan menemukan seorang pengamen tidak hanya dengan keahlian seadanya seperti yang saya lihat di Jogja. Di Wakatobi, para pengamen ini adalah orang-orang dengan keahlian memetik gitar yang paling mumpuni, menari, atau bahkan berdansa yang kualitasnya sundul langit.

Orang-orang yang baru menyaksikan para pengamen jalanan ini akan dengan sengaja mengeluarkan hape mereka, alih-alih uang sebagai tanda bahwa mereka sangat menikmati suguhan lagu atau tarian dari sang pengamen. Para pengendara akan dengan senang hati merekam para pengamen ini, mengunggahnya ke TikTok dengan tulisan-tulisan yang membuat para pengamen segera dipanggil masuk TV saking viralnya.

Baca Juga:

Jangan Pernah Terjebak Lampu Merah di Rawamangun, Bisa-bisa Berangkat Masih SD, Pulang-pulang Sudah Sarjana

Hidup di Solo Itu Damai, sebab Tak Ada Teror Klakson di Lampu Merah di Solo

Untuk para pengamen yang tujuannya sekadar meminta-minta tanpa keahlian khusus, mereka justru akan menjadi orang-orang dengan depresi tinggi. Keinginan keluarga agar mereka bisa mendapat banyak pemasukan, malah tidak digubris oleh pengendara. Dan itu bikin mereka muring-muring tiap kali pulang dari mengamen di perempatan. Belum lagi harus menerima kenyataan bahwa mereka juga jadi bahan gunjingan tetangga.

Namun, satu hal yang saya syukuri hingga saat ini bahwa hal yang saya bayangkan itu masih jauh dari yang mungkin akan terjadi seperti di Jogja, di Pulau Jawa. Di Wakatobi, sejauh yang saya tahu, lampu merah baru hanya ada satu, di Wangi-Wangi, di ibukota kabupaten. Di Kaledupa, Tomia dan Binongko, lampu merah sepertinya hanya akan jadi utopia.

Banyak sekali pertimbangannya jika mau bikin lampu merah ada di tiga “pulau tiri” itu. Salah satu di antaranya adalah bahwa rerata jalan di Wakatobi sana hanya mengenal rute timur-barat atau utara-selatan. Satu jalur yang loss doll. Jadi saya kadang berpikir, di bagian mana orang-orang di Wakatobi membutuhkan lampu merah?

Bagian lain yang menjadi sesuatu yang bikin banyak orang selalu ketawa tiap kali obrolan saya menyangkut-nyangkut hal ini adalah bahwa rasa terima kasih saya kepada orang-orang di Wakatobi yang sampai beberapa waktu ke belakang masih belum dikuasai kendaraan bermotor. Walau pada hakikatnya, sudah mulai ramai kendaraan bermotor. Tidak lagi seperti dahulu kala. Kendaraan bermotor memang ada, tapi tidak semasif yang saya lihat di kota-kota di Pulau Jawa. Pemikiran liar saya mengenai para pengamen dan peminta-minta di perempatan yang ada lampu merahnya terbantah, paling nggak sementara ini.

Pun jika pada suatu saat akan ada pengamen atau peminta-minta di perempatan, mereka hanya akan menanggung kecewa. Pasalnya, orang-orang yang lewat di perempatan orang-orang itu saja. Belum lagi dengan keterbatasan jumlah kendaraan ini, jalanan menjadi sangat lengang dan sepi. Mereka yang menunggu di perempatan untuk mengamen akan frustasi dan nganggur banget saking lamanya motor-motor lewat di “ladang” mereka. Sejam bisa hanya 1 atau 2 saja motor saja yang melintas.

Pada akhirnya, saya sangat yakin para pengamen dan peminta-minta di Wakatobi akan mengambil langkah paling strategis dalam dunia per-ngamen-an, pensiun dini. Dan itu adalah pilihan paling realistis.

BACA JUGA Di Wakatobi, Hape Mito Paling Berjaya karena Punya Fitur yang Paling Dibutuhkan atau tulisan Taufik lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 22 Januari 2021 oleh

Tags: Lampu MerahPengamenWakatobi
Taufik

Taufik

Ide adalah ledakan!

ArtikelTerkait

bahasa di wakatobi pelestarian lingkungan sepak bola bajo club wakatobi poasa-asa pohamba-hamba mojok

Poasa-asa Pohamba-hamba, Semangat Gotong Royong ala Masyarakat Wakatobi

9 November 2020
Sudah Jangan ke Wakatobi, Masih Banyak Wisata Lainnya

Sudah Jangan ke Wakatobi, Masih Banyak Wisata Lainnya

24 Juli 2022
Clubhouse Adalah Aplikasi Penunjuk Kelas Ekonomi Masyarakat terminal mojok.co

Di Wakatobi, Hape Mito Paling Berjaya karena Punya Fitur yang Paling Dibutuhkan

19 November 2020
Mengenang Sinetron dan Serial Awal 2000-an, Tontonan yang Jadi Tuntunan terminal mojok.co

Mengenang Sinetron dan Serial Awal 2000-an, Tontonan yang Jadi Tuntunan

11 Desember 2020
lampu merah

Ini Loh Faedahnya Lampu Merah Berdurasi Lama

30 September 2019
Budaya Klakson di Lampu Merah Ternyata Ada Gunanya Meskipun Berisik terminal mojok.co

Beberapa Alasan Kenapa Kamu Nggak Perlu Jengkel Kalau Diklakson di Lampu Merah

15 Desember 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.