Menjelang perhelatan Grammy Awards yang ke-63 di tahun 2021 nanti, BTS diprediksi sebagai salah satu musisi yang akan masuk sebagai nominasi pada kategori Best Pop Duo/Group dan Album of The Year. BTS sendiri berharap bisa tampil solo di acara tersebut. Ini akan menjadi tahun ketiga bagi BTS bisa hadir di penghargaan musik tahunan paling prestisius di Amerika.
Pada 2019, yang merupakan kali pertama BTS hadir di Grammy Awards, BTS hanya hadir sebagai pembaca nominasi album R&B terbaik. Lalu pada 2020, BTS hadir sebagai performer untuk mendampingi Lil Nas X serta artis lain membawakan lagu Old Town Road. Penampilan BTS saat itu hanya kurang dari dua menit, tapi tetap saja membuat euphoria ARMY di seluruh dunia bergelora.
Pada Agustus lalu, BTS merilis single “Dynamite” yang berisi lirik full dalam bahasa Inggris. Sebagai orang yang cukup mengikuti perkembangan BTS sejak lima tahun yang lalu, hal ini cukup mengejutkan bagi saya. Saya tidak pernah menyangka bahwa BTS benar-benar mengeluarkan lagu berbahasa Inggris.
Padahal, Mas RM selaku dedengkot BTS, pernah bilang di salah satu interview di Amerika bahwa BTS adalah boyband asal Korea, meski kini kiprahnya sudah besar di Amerika, mereka akan tetap membawa ciri khas K-Pop sebagai identitas mereka. Salah satunya dengan membawakan lagu-lagu dalam bahasa Korea.
Kiprah BTS di kancah musik Amerika dimulai saat mereka berhasil memenangkan penghargaan kategori Best Social Artist dalam penghargaan musik Billboard 2017 lalu. Kategori tersebut merupakan penghargaan yang sebelumnya diraih oleh Justin Bieber selama enam tahun berturut-turut.
Setelahnya, di tahun yang sama, BTS diundang sebagai performer di acara penghargaan musik American Music Awards. Momen inilah yang kemudian menjadi debut resmi BTS di Amerika. Setelahnya, banyak sekali momen besar yang dialami BTS di Amerika seiring rilisnya beberapa album yang semakin menumbuhkan benih-benih ARMY baru di negeri Paman Sam tersebut.
Mereka sering wara-wiri mengisi acara musik di Amerika membawakan lagu berbahasa Korea. BTS kemudian benar-benar menjadi musisi yang diperhitungkan di Amerika, beberapa musisi Amerika seakan berlomba-lomba untuk berduet dengan mereka. Bahkan BTS didaulat untuk berbicara di forum Unicef terkait masalah-masalah yang dihadapi oleh anak-anak remaja. Pokoke BTS suangar tenan.
Sebagai fans sejak mereka masih pecicilan, saya merasa mereka telah benar-benar tumbuh dengan baik sebagai musisi besar. Meskipun mereka kini sudah ‘menyimpang’ dari identitas awal mereka sebagai boyband yang beraliran hip hop, tapi mereka toh tetap konsisten menelurkan banyak lagu yang bertemakan isu-isu sosial, alasan yang menjadikan mereka benar-benar digandrungi.
Konsep album Love YourSelf merupakan album yang dirilis setelah BTS benar-benar berkiprah di Amerika dan Eropa, dan tentunya album tersebut dalam bahasa Korea. Fans BTS di Amerika pun bisa ikut menyanyikan lagu BTS saat mereka menyanyikannya di atas panggung, meskipun dalam bahasa Korea.
Mereka belajar memahami makna lagu-lagu BTS lewat video-video terjemahan lirik lagu BTS di YouTube. Sebenarnya di dalam lagu-lagu karya musisi Korea, memang cenderung ada beberapa lirik dalam bahasa Inggris, itu memang sesuatu yang lumrah. Tapi, untuk lagu full berbahasa Inggris, itu baru hal yang jarang terjadi.
Lagu “Dynamite” benar-benar membuat saya berpikir, apa mungkin ini adalah cara BTS agar bisa tampil secara solo di Grammy Awards 2021?
Suga adalah salah satu anggota BTS yang berekspektasi bisa tampil di Grammy Awards. Maklum sih, memang tidak banyak musisi Asia yang mampu menang penghargaan atau setidaknya tampil di panggung Grammy Awards.
Sejarah mencatat, hanya ada sekitar lima musisi asal Asia yang bisa menembus Grammy Awards. Hanya satu yang bisa membawa pulang penghargaan, yakni musisi asal India, Ravi Shankar, sisanya hanya mampu tampil di panggung.
The Recording Academy selaku pihak yang bertanggung jawab atas perhelatan Grammy Awards, seakan punya hate-love relationship terhadap musisi-musisi dari Asia. Banyak yang menilai bahwa Grammy Awards hanya berpusat pada musisi Amerika. Musisi lain di luar itu, apalagi musisi Asia, seakan harus memiliki effort yang lebih agar bisa tampil. Dan mungkin, inilah effort yang dilakukan oleh BTS; nyanyi lagu dalam bahasa Inggris. Iso raiso, pokoke kudu iso.
Meskipun terkesan mengabaikan idealismenya sendiri, BTS mantap merilis lagu full berbahasa Inggris. Menurut saya, sejak BTS diberi julukan “The Biggest Boyband in the World”, beberapa sifat ke-BTS-annya telah hilang.
Sungguh hal tersebut membuat saya selaku fans BTS garis yang tak lagi keras, merasa sedikit kurang klik dengan mereka sekarang. Saya tentu senang dengan semua pencapaian BTS, tapi untuk melihat BTS nyanyi dalam bahasa Inggris rasanya kurang sreg.
Seperti yang saya rasakan saat mendengarkan lagu “Dynamite”, saya menyadari satu hal, yaitu tidak ada bagian rap Suga, RM, ataupun J-Hope di lagu itu. Bagian rap mereka padahal salah satu ruh dari lagu-lagu BTS. Ya gimana mau nge-rap yang temponya cepet, lha wong ngomong bahasa Inggris biasa aja kadang keteteran. Kan satu-satunya anggota BTS yang bisa ngomong bahasa Inggris cuma Mas RM, sisanya amburadul.
Mungkin bagi pihak Grammy, terasa aneh membayangkan BTS tampil solo di panggung sekelas Grammy Awards. Melihat BTS membawakan lagu dalam bahasa Korea sambil menari-nari. Tapi, bukankah BTS sudah melakukan hal demikian di beberapa acara penghargaan musik di Amerika? Bukankah kini warga Amerika sudah cukup lumrah menyaksikan hal tersebut? Oh, jangan lupakan, ini Grammy! Beda kastanya.
Penontonnya bukan para remaja perempuan yang akan teriak-teriak histeris saat BTS manggung. Penonton acara Grammy Awards adalah musisi-musisi besar dan orang-orang industri musik di Amerika. Bisa saja BTS tidak pede sehingga khawatir akan ada respons kebingungan saat audiens mendengar lagu bahasa Korea. Mungkin hal itu yang membuat BTS harus memutar otak agar dianggap layak untuk menggebrak panggung Grammy Awards.
Seharusnya BTS banyak belajar dari Mbak Via Vallen. Via Vallen muncul di industri musik Indonesia memberikan warna baru. Ketika musik nasional banyak diisi oleh lagu pop dari artis karbitan yang isi lagunya kadang menye-menye, dia datang membawa musik koplo untuk unjuk gigi di tingkat nasional. Setelah kemunculan Via Vallen, masyarakat, khususnya anak muda, mulai lumrah dengan segala macam bentuk musik yang isinya dalam bahasa daerah, salah satunya bahasa Jawa.
Bukankah musik itu tentang irama, urusan bahasa dalam liriknya nomor dua, lah. Kalau iramanya enak, kita tetap akan joget toh, meskipun tidak paham apa makna lagunya. Dan Via Vallen berhasil melakukan itu. Bahkan ia pernah tampil di panggung ulang tahun NET TV, yang sudah terkenal dengan konsep kebarat-baratannya.
Sebenarnya bukan hal yang tidak mungkin untuk Via Vallen tampil menyanyikan lagu dalam bahasa Indonesia di acara NET TV pada saat itu. Tapi, bukankah itu pasti menghilangkan unsur ke-Viavallen-nan dia sebagai penyanyi koplo? Maka tentu saja Via Vallen harus tetap bernyanyi dalam bahasa Jawa seperti seharusnya. Memang ada sedikit polesan dalam penampilannya kala itu, ada selingan rapp oleh Boy William pada penampilan lagu Sayang yang ia bawakan. Mungkin ini adalah cara yang dilakukan pihak NET TV, untuk bisa menyetarakan penampilan Via Vallen sebagai penyanyi koplo dengan standar acara tersebut yang cukup kebarat-baratan tanpa harus menghilangkan unsur koplonya.
Agaknya BTS memang perlu belajar dari Via Vallen soal tampil di Grammy Awards. Terlepas dari permasalahan bahasa, sing penting goyang!
BACA JUGA Memiliki The Beatles Bersama Lonely Heart Club Band di Ascos
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.