Jenang Kudus dan Dodol Garut, Serupa tapi Tak Sama

Jenang Kudus dan Dodol Garut, Serupa tapi Tak Sama Terminal Mojok

Jenang Kudus dan Dodol Garut, Serupa tapi Tak Sama (Wikimedia Commons)

Saatnya jenang war! Mana yang jadi favorit kalian, jenang Kudus atau dodol Garut?

Makanan tidak hanya berfungsi untuk membuat perut kenyang, dalam tataran tertentu makanan bisa menjadi simbol atau harapan akan langgengnya sebuah pernikahan. Kalian yang pernah menyaksikan acara pernikahan di Jawa Timur tentu familier dengan kehadiaran jenang. Panganan satu ini seolah menjadi hidangan wajib yang harus ada dalam hantaran atau seserahan dalam proses pernikahan.

Jenang yang memiliki tekstur lengket, sedikit kenyal, dan rasanya manis ini dijadikan sebagai simbol atau harapan agar kedua mempelai yang melangsungkan pernikahan nantinya akan menjadi sepasang suami istri yang lengket dan susah dipisahkan layaknya jenang. Selain di pesta pernikahan, jenang juga sering dijadikan hidangan ketika Idul Fitri, Idul Adha, dan berbagai perayaan bahagia lainnya.

Pada dasarnya jenang terbuat dari tepung ketan, santan, gula merah, gula pasir, dan garam. Jika dilihat dari komposisi bahannya memang nampak sederhana, tapi proses pembuatannya sangat tidak sederhana dan butuh kesabaran ekstra agar jenang bisa dihidangkan dengan sempurna. Bahkan untuk menghasilkan jenang Kudus yang namanya termasyhur hingga ke mancanegara saja prosesnya panjang. Butuh waktu 7 hingga 8 jam untuk proses pengadukan adonan jenang sampai benar-benar kalis dan sedikit berminyak.

Proses pengadukan dodol atau jenang (Wikimedia Commons)

Jenang juga selalu dibuat dalam jumlah yang besar. Biasanya adonan dicampur ke dalam satu panci besar lalu diaduk dengan sendok raksasa yang terbuat dari kayu—yang kalau kita lihat sekilas seperti dayung perahu, hehehe. Lantaran proses pengadukan adonan jenang harus merata dan memakan waktu yang lama, biasanya pembuatan jenang dilakukan oleh beberapa orang dan diaduk secara bergantian. Proses pembuatan yang lama ini ternyata bikin jenang memiliki masa kedaluwarsa yang cukup panjang, bisa sampai 6 bulan.

Di Indonesia ada beberapa varian jenang yang beredar di pasaran. Ada jenang yang terbuat dari campuran durian, salak, cempedak, belimbing, hingga sirsak. Khusus jenang varian terakhir, nenek saya sering membuatnya saat Idul Fitri tiba dan menyebutnya dengan nama madumongso sirsak. Rasanya manis, legit, dan sedikit kecut dari buah sirsak. Di antara ragam varian jenang di Indonesia, ada dua kota yang paling terkenal dengan olahan jenangnya, yakni Kota Kudus dan Kota Garut.

Jenang Kudus

Di Kudus, kita bisa dengan mudah menemukan jenang di pasaran tanpa harus menunggu ada perayaan besar atau pesta pernikahan lantaran jenang menjadi oleh-oleh khas daerah tersebut. Berdasarkan cerita yang ada di Museum Jenang Kudus soal asal-usul Jenang Kudus, panganan satu ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan erat kaitannya dengan Sunan Kudus.

Singkat cerita, dulu cucu Mbah Denok Soponyono sedang bermain burung di tepi sungai lalu tercebur. Untungnya anak tersebut berhasil ditemukan warga sekitar. Ketika warga berkerumun untuk menolong anak tersebut, melintaslah Sunan Kudus dan muridnya, Syekh Jangkung. Sunan Kudus mengatakan jika anak tersebut sudah mati, tapi Syekh Jangkung mengatakan anak tersebut hanya mati suri dan blio meminta ibu-ibu untuk membuat jenang untuk keselamatan sang anak.

Pada momen tersebut, Sunan Kudus juga berucap, “Kelak, sumber kehidupan warga Desa Kaliputu (Kabupaten Kudus) berasal dari usaha jenang.” Ucapan Sunan Kudus tersebut ternyata terbukti dan Kudus adalah kota yang memiliki banyak pengusaha jenang. Jika ingin melihat versi lengkap ceritanya, kalian bisa berkunjung ke Museum Jenang Kudus yang terletak di Jalan Sunan Maria No. 33 Glantengan, Kudus.

Setiap tanggal 1 Muharram, di Kudus juga digelar Kirab Tebokan atau arak-arakan jenang sebagai simbol rasa syukur masyarakat Kudus atas berkah usaha jenang. Ada banyak merek jenang di Kudus yang beredar di pasaran, namun yang paling terkenal adalah jenang Kudus Mubarok yang sudah berdiri sejak 1910 hingga sekarang. Jenang Kudus Mubarok dulunya hanya punya satu rasa, yaitu original. Namun seiring berkembangnya zaman, jenang Kudus kini memiliki aneka rasa seperti mocca, anggur, durian, rasa stroberi, dan cocopandan.

Dodol Garut

Selain Kudus, kota lain yang populer dengan jajanan serupa—sama-sama terbuat dari ketan, gula merah, gula putih, santan dan garam—adalah Kota Garut. Meskipun secara komposisi bahannya sama, tapi jenang Kudus dan jenang Garut berbeda. Bahkan, orang Garut juga tidak menyebutnya dengan nama jenang, melainkan dodol Garut.

Dodol Garut boleh dibilang saudara kembarnya jenang Kudus, tapi berbeda secara tekstur. Jenang Kudus berwarna kecokelatan dengan tekstur lembut dan cenderung basah. Sementara dodol Garut sama-sama berwarna kecokelatan tapi teksturnya lebih keras dan kering. Dodol Garut juga terasa crunchy di luar dan empuk di dalam.

Berbagai varian dodol Garut (Wikimedia Commons)

Sama halnya dengan jenang Kudus yang memiliki sejarah panjang dan acap kali dijadikan hidangan dalam berbagai perayaan, dodol Garut juga menyimpan cerita tersendiri. Dodol Garut kerap disebut sebagai simbol gotong royong. Proses pembuatan dodol yang membutuhkan waktu kurang lebih 8 jam menjadikan kudapan satu ini mau tidak mau harus dikerjakan beramai-ramai atau bergotong royong. Meskipun beberapa perusahaan mulai membuat dodol dengan mesin (proses mengaduknya dibantu mesin), tetap ada keluarga yang membuat dodol secara homemade atau tradisional. Meskipun dibuat tanpa bahan pengawet, dodol Garut bisa bertahan sampai 3 bulan, lho.

Di Garut, salah satu merek dodol yang terkenal adalah Picnic. Dodol Picnic sudah ada sejak 1947 dan merek ini sangat legendaris. Kemasan dodol Garut Picnic yang berbentuk kotak persegi berwarna pink ngejreng juga sangat ikonik. Di dalam kotak pink tersebut ada dodol kecil-kecil yang dibungkus dengan kertas berwarna putih.

Sama dengan jenang Kudus yang memiliki ragam varian, dodol Garut juga punya berbagai pilihan rasa. Ada dodol Garut rasa durian, kacang, dodol Garut zebra (tampilannya warna-warni), wijen, coklat hingga susu. Namun, di antara banyak varian rasa dodol Garut, rasa original yang terbuat dari campuran beras ketan, gula, santan, dan garam adalah yang paling banyak disukai orang. Rasa dodol Garut yang manis, legit, dan kenyal membuat jajanan satu ini cocok dijadikan teman minum teh dan dijadikan oleh-oleh.

Jadi, gimana, kalian tim jenang Kudus atau dodol Garut, nih?

Penulis: Tiara Uci
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 8 Kuliner Kudus yang Patut Dicicipi Saat Main ke Kota Kretek.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version