Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Terima Kasih Jember, Saya Jadi Semakin “Kaya” sebagai Manusia

N.D Vindriana oleh N.D Vindriana
10 Desember 2024
A A
Terima Kasih Jember, Saya Jadi Semakin "Kaya" sebagai Manusia Mojok.co

Terima Kasih Jember, Saya Jadi Semakin "Kaya" sebagai Manusia (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sepanjang hidup mungkin saya akan berterima kasih kepada Jember. Daerah dengan julukan Kota Tembakau itu mengambil peran yang begitu penting ketika saya tumbuh remaja hingga dewasa. Saya tidak bisa menampik, banyak pandangan hidup terbentuk ketika saya menjadi mahasiswa salah satu kampus di Jember. 

Sebelum terlalu jauh, saya ingin meluruskan bahwa saya bukan orang asli Jember. Saya berasal dari kabupaten tetangga yang berjarak 32 km jauhnya. Jarak yang sebenarnya cukup dekat untuk pulang kampung setiap minggu, tapi saya memilih tidak melakukannya. Itu mengapa Jember sudah seperti rumah kedua. 

Jadi kenal budaya membaca

Saya tidak pernah membayangkan, bagaimana jalan hidup ini kalau tidak kuliah di Jember. Saya mungkin tidak punya hobi membaca seperti sekarang ini. Hidup mungkin akan berjalan normatif dan begitu-begitu saja, sebab pengetahuan yang terbatas karena jarang membaca.

Sedikit gambaran, budaya membaca tidak kental di keluarga saya. Kami lebih dekat dengan visual dan bunyi-bunyian. Circle, kalau boleh meminjam istilah anak zaman sekarang, di Jember yang pertama kali mengenalkan saya pada kebiasaan membaca. Kebiasaan yang lambat laun menjadi hobi yang masih dijalankan hingga saat ini. 

Saya masih ingat betul, housemate di rumah mungil tempat saya tinggal dahulu selalu membawa buku jarahan dari perpustakaan, LPM, atau kos temannya. Pecayalah, jarahan adalah kata yang tepat karena buku-buku itu tidak pernah kembali ke pemilik aslinya. Berkat circle ini saya jadi kenal Cinta Tak Pernah Tepat Waktu karya Puthut EA, Kepala Suku Mojok.

Saya rindu Jember yang itu

Aduh, rasanya jadi rindu pada Jember yang itu, Jember pada saat saya menjalani perkuliahan. Vibes-nya, sekali lagi kalau boleh meminjam istilah anak zaman sekarang, sangat berbeda dengan Jember sekarang ini. Dahulu sepertinya ada saja yang dikerjakan mahasiswa. Mungkin karena saya tergabung dalam organisasi Dewan Kesenian Kampus yang sangat aktif ya. Rasa-rasanya kesekretariatan tidak pernah sepi, ada saja geliatnya.

Vibes atau getaran itu tidak saya rasakan pada mahasiswa Jember zaman sekarang. Memang, tampilan dan perangai mereka lebih meyakinkan. Mereka lebih modis, tidak seperti zaman saya yang gembel-gembel. Namun, apalah arti tampilan modis kalau mereka berpakaian secara tidak berkesadaran. Artinya, mereka tidak ngulik asal-usul pakaiannya alias sekadar menjadi objek dari tren yang muncul.

Kalimat di atas mungkin terdengar berlebihan dan menyebalkan. Seperti orang tua yang selalu membangga-banggakan eranya. Padahal, setiap era punya potensi dan persoalannya masing-masing. Namun, perkara mahasiswa dan kampus, saya rasa ada satu hal yang semestinya selalu dijaga entah zaman dahulu, sekarang, maupun masa depan: dialog. Dialog yang membangun daya kritis sehingga mahasiswa tidak mudah diombang-ambing zaman.

Baca Juga:

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

Lunturnya dialog di warung kopi

Mengunjungi Jember saat ini seperti mampir ke pameran warung kopi atau bahasa lebih kerennya coffee shop. Jumlahnya memang jauh lebih banyak dan beragaman dibanding zaman saya dahulu. Sayangnya, jumlah warung kopi bertambah, tapi budaya ngobrol dan dialog justru memudar.  

Saya masih ingat betul, di zaman saya dahulu hanya kenal Warung Bulek, Warung Cak Ipul, dan Warung BMW. Warung kopi yang hanya menyediakan kopi hitam, kopi susu, teh, wedang jahe, dan mi instan. Walau menunya terbatas dan sederhana, mahasiswa bisa ngobrol hingga larut. Dialog tidak hanya terjadi antar mahasiswa, tapi juga dengan siapa saja yang hadir di warung kopi pada saat itu.

Kultur inilah yang tidak saya jumpai saat ini. Jumlah warung kopi memang semakin banyak, alatnya semakin canggih, menu yang disajikan kian beragam. Sayang, kultur dialognya mulai memudar. Memang, warung kopi hanyalah satu dari banyak wadah mahasiswa untuk berdialog. Namun, berkaca dari kehidupan sepupu dan adik tingkat saat ini, rasa-rasanya wadah untuk ngobrol dan berdialog di tempat-tempat lain juga mulai terkikis. Semoga saya salah. Semoga masih ada ruang-ruang dialog lain yang bertahan yang tidak saya ketahui.

Sebagai penutup, saya ingin mengucapkan terima kasih dan menitipkan pesan kangen pada Jember yang itu. Jember yang membuat saya rajin membaca dan berdialog sehingga saya semakin kaya pandangan sebagai manusia. Entah bagaimana nasib saya saat ini kalau pada saat itu tidak kuliah di sana.

Penulis: N.D Vindriana
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Unpopular Opinion: Jember Daerah yang Cocok untuk Slow Living di Jawa Timur

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 10 Desember 2024 oleh

Tags: jemberkuliah JemberMahasiswaperguruan tinggi jember
N.D Vindriana

N.D Vindriana

ArtikelTerkait

Selalu Diajar Dosen Nggak Becus, Sekalinya Ketemu Dosen Baik Dikit Jadi Dianggap Hebat, padahal Itu Bare Minimum Mojok.co

Selalu Diajar Dosen Nggak Becus, Sekalinya Ketemu Dosen Baik Dikit Jadi Dianggap Hebat, padahal Itu Bare Minimum

26 Agustus 2025
Kata Siapa Ikutan Organisasi Kampus Banyak Negatifnya_ Nggak Juga ah, Sotoy! terminal mojok

Ikutan Banyak Organisasi Kampus Itu Negatif? Sotoy, ah!

4 Juli 2021
power point

Namanya Saja Power Point, Bukan Power Word, Jadi Isinya ya Harus Poin, Bukan Hasil Copasan Word!

3 Mei 2020
Magangtulation Perayaan Ujian Magang, Budaya yang Lebih Bodoh daripada Semprotulation Mojok.co

Magangtulation Itu Perayaan Ujian Magang, Budaya yang Lebih Bodoh daripada Semprotulation

19 Maret 2024
mahasiswa indonesia di mesir mojok

5 Fakta yang Nggak-nggak tentang Mahasiswa Indonesia di Mesir (Bagian 2)

21 Juli 2020
Meluruskan Salah Kaprah Terkait IAHN Gde Pudja Mataram, Satu-satunya Kampus Hindu Negeri yang Ada di Lombok

Meluruskan Salah Kaprah Terkait IAHN Gde Pudja Mataram, Satu-satunya Kampus Hindu Negeri yang Ada di Lombok

4 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.