Bukan hanya membuat iri dua teman saya yang belum berhasil lolos ke tingkat nasional. Belakangan saya tahu kalau pelatda Jawa Tengah juga membuat iri banyak peserta dari daerah lain. Wajar sih. Selain dapat akomodasi gratis yang super mumpuni (setidaknya bagi saya) selama sebulan penuh, saat pelatda kami juga mendapat bimbingan langsung dari alumni-alumni berprestasi tahun-tahun sebelumnya. Beberapa dari alumni yang membimbing kami bahkan pernah menjadi wakil Indonesia di ajang olimpiade sains tingkat internasional. Tak hanya itu, mereka berhasil mempersembahkan medali untuk Indonesia.
Daftar Isi
Amat victoria curam
Menjelang akhir masa pelatda, saya dan 6 orang teman lainnya yang menjadi perwakilan Jawa Tengah di bidang mata pelajaran Geografi bahkan diberikan fasilitas untuk melakukan kunjungan lapangan langsung ke Yogyakarta. Hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi kami. Selain bisa refresh sejenak dari rutinitas pelatihan di hotel yang mulai terasa suntuk, kami jadi bisa terjun langsung ke lapangan yang akan jadi arena perjuangan kami (waktu itu yang menjadi tuan rumah gelaran OSN 2015 adalah DIY).
Semua fasilitas mumpuni yang membuat pelatda Jawa Tengah jadi salah satu pelatda paling bergengsi itu pun berbuah manis. Lima dari tujuh orang perwakilan di bidang Geografi berhasil finish sebagai medalist. Bahkan salah seorang dari kami berhasil menempati posisi sebagai peraih medali emas pertama. Bukan hanya itu, kontingen Jawa Tengah pun akhirnya diumumkan sebagai juara umum dalam acara penutupan OSN yang digelar di Sportorium UMY itu. Momen ini jadi kali kesembilan bagi Jawa Tengah menyabet gelar yang sama.
Tahun berganti, Jawa Tengah masih bisa mempertahankan gelarnya. Jateng kembali menyabet gelar juara umum dalam gelaran OSN di Palembang. Tapi, nggak banyak yang menyangka itu akan jadi momen terakhir Jawa Tengah mempertahankan gelar juara umumnya.
Jawa Tengah, riwayatmu kini
“Kenapa Jawa Tengah nggak bisa menyabet juara umum lagi padahal punya segudang alumni berprestasi?”
Pertanyaan tersebut jadi salah satu pertanyaan yang cukup banyak muncul setiap selesai gelaran OSN sejak 2017. Bagaimana tidak, beberapa kontingen Indonesia yang berkompetisi di ajang olimpiade sains tingkat internasional memang sering kali diisi oleh anak-anak Jawa Tengah. Banyak pihak pun heran melihat kontingen Jawa Tengah yang terseok-seok dalam gelaran yang sudah pernah ditaklukannya berulang kali itu.
Sebagai alumni, saya terakhir kali terlibat dengan kontingen olimpiade pada 2016. Kala itu, saya yang sedang menunggu waktu mendaftar kuliah dipanggil untuk menjadi salah satu tim pendamping peserta pelatda. Sejak saat itu pula, jujur saya nggak terlalu menyimak terkait perkembangan dunia per-olimpiade-an. Saya hanya tahu Jawa Tengah sudah tak pernah lagi mengangkat tropi juara umum di gelaran OSN.
Barulah pada 2022 lalu saya kembali nyemplung ke dunia per-olimpiade-an setelah hiatus cukup lama. Salah seorang teman yang di tahun 2015 dulu sama-sama menjadi perwakilan Jawa Tengah di bidang mata pelajaran Geografi menawari saya untuk mengisi pelatihan olimpiade sains di salah satu lembaga swasta. Dari dia pula lah saya tahu beragam informasi terkini terkait dunia olimpiade sains. Mulai dari kontingen Jawa Tengah yang masih terus melanjutkan puasa gelarnya sampai desas-desus mengenai pelatda sekarang yang sudah tak sebergengsi dulu.
Durasi dipangkas, persiapan apa adanya, well…
Yang terbaru untuk persiapan menghadapi OSN 2023 yang tengah digelar di Bogor, Jawa Barat misalnya. Banyak hal yang berubah. Seperti durasi pelatda yang dipangkas, dari yang dulu bisa digelar sebulan penuh sekarang hanya seminggu. Pelatda kali ini juga tidak banyak melibatkan alumni. Usut punya usut, hal ini terjadi lantaran pemberitahuan kepada alumni yang super mepet. Tentu saja mereka kelabakan, banyak yang sudah lebih dulu punya janji untuk agenda lain.
Jujur saya nggak tahu apa yang menyebabkan pelatda Jawa Tengah jadi begini. Tapi yang jelas harus diakui kalau karut marut pelatda ini jadi salah satu sumber utama kenapa Jawa Tengah masih terus melanjutkan puasa panjang peraihan juara umumnya.
Kekalahan memang hal biasa dan super lumrah dalam sebuah kompetisi. Tapi saya kira, terus tidak seharusnya dimaklumi dengan cara seperti itu. Dan sebagai alumni yang nggak seberapa hebat ini, saya hanya berharap Jawa Tengah bisa kembali berbenah dalam urusan per-olimpiade-an agar ada lebih banyak anak-anak lainnya bisa memiliki kesempatan untuk mempersembahkan medali bagi Jawa Tengah juga. Dan semoga harapan ini dan harapan Jawa Tengah bisa kembali menjadi juara umum di ajang OSN bukanlah suatu kesalahan.
Penulis: Diniar Nur Fadilah
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Sistem Pendidikan Indonesia dan Skor PISA yang Buruk