Jangan menangis, Lucas Torreira….
Apakah pembaca masih ingat sosok bernama Jose Gimenez? Bek Uruguay yang menangis saat menjadi pagar betis tendangan bebas. Momen haru Gimenez terekam ketika Uruguay dikalahkan Prancis di perempat final Piala Dunia 2018.
Apakah pembaca masih ingat saat Luis Suarez menangis? Ia jongkok di lapangan sambil menutup muka dengan jerseynya lantaran Liverpool gagal juara pada musim 2013/2014. Lalu Steven Gerrard menghampiri pemain Uruguay itu dan memapahnya sembari menepuk-nepuk punggungnya.
Saya sudah sering menyaksikan pemain sepak bola menangis. Namun rasa simpati saya lebih dalam kepada pemain-pemain Uruguay. Hal ini dikarenakan saya hafal betul tentang negara ini, terutama tipikal pemain sepak bola mereka yang hatinya sangat melankolis.
Terakhir kali saya melihat pemain Uruguay menangis yaitu Lucas Torreira pada 2019. Saat itu Arsenal dikalahkan Chelsea di final Liga Europa. Torreira, yang digantikan oleh Alex Iwobi pada menit 69, sudah menangis sebelum peluit panjang berbunyi.
Lucas Torreira terpukul dengan performa timnya. Hingga duduk di bangku cadangan, mata Lucas mengembang. Ia menundukan kepalanya sambil mengusap air mata dengan jerseynya.
Uruguay memang begitu. Pertama, Uruguay merupakan negara kecil yang seluruh penduduknya mengabdikan diri untuk sepak bola. Itu sebabnya negara ini mampu menjaga konsistensinya di panggung sepak bola dunia.
Kedua, mengapa pemain Uruguay begitu bergairah terhadap sepak bola sekaligus cengeng? Menurut Martin Aguirre, penulis sepak bola Uruguay, bagi mereka “kemenangan” sudah seperti agama.
Jadi, kalau ketika menelan kekalahan, kekecewaan terlihat dengan jelas di wajah mereka. Pembaca masih ingatkah saat Luis Suarez dikutuk banyak orang di Piala Dunia 2010 karena sengaja menyentuh bola dengan tangannya untuk mencegah gawang Uruguay kebobolan? Itu karena Suarez hanya ingin negaranya menang.
Martin Aguirre menambahkan, “Tontonlah pertandingan sepak bola amatir di segala penjuru Montevideo dan Anda akan menyaksikan pertandingan sepak bola paling sengit yang mungkin pernah Anda tonton. Pertandingan antara orang-orang yang bekerja dalam satu kantor, teman-teman satu sekolah, hingga teman masa kecil berlangsung secara intens dan semuanya menginginkan kemenangan.”
Untuk menggambarkan ekspresi kemenangan dan kekalahan bagi pemain Uruguay, ya lihat saja gol pertamanya Lucas Torreira di Arsenal saat derbi London Utara. Perhatikan selebrasi dia, penuh gairah. Dan perhatikan juga ekspresi menangis Torreira ketika di final Liga Europa, sangat menyesakkan dada. Saya sendiri pun mendokumentasikan kesedihan pemain kelahiran 1996 itu di Twitter.
Ada yg bergadang. Ada juga yg nobar merelakan tdk sahur dengan keluarga. Ada juga yg jauh2 dari Inggris ke Baku, semua berharap Arsenal juara. Dan ekspresi Torreira mewakili kita semua. Semua ada waktunya untuk juara, entah kapan. Mari tetap loyal. We love you Arsenal we do!!! pic.twitter.com/i5NutjaXWc
— Ridwansyah (@aaridwan16) May 29, 2019
Saya pikir, itu artinya Lucas Torreira datang ke Arsenal bukan semata-mata karena uang. Ia datang ke Emirates Stadium dengan hati yang sangat besar. Syukurnya, tangis haru Lucas Torreira di final tersebut sudah terbayarkan oleh piala FA Cup.
Ya, barangkali, Gooner, ikut sedih ketika Emi Martinez menitikan air mata saat diwawancarai oleh media seusai laga, silakan Anda baca juga kisah luar biasa kiper asal Argentina itu di tulisan Arsenal, Makna Always Forward, dan Hadiah Paling Manis Untuk Emi Martinez sedangkan saya pribadi, justru malah fokus kepada bahagianya Lucas Torreira. Sebab, saat Torreira menangis di final Eropa League itu, saya pun ikut menangis.
Meski tidak bermain di final FA Cup, lucunya, ia langsung berdiri di sisi Pierre-Emerick Aubameyang untuk pengangkatan piala. Ia melompat-lompat kegirangan atas trofi pertamanya. Dengan bangganya juga, Torreira, membawa bendera negaranya. Ah menyenangkan.
Beredar kabar Lucas Torreira masuk daftar jual, tentu bagi saya ini sangat menyedihkan. Sebagai fans Arsenal, saya tidak terlalu memikirkan kegagalan Unai Emery. Meski eks pelatih Arsenal itu dibenci, saya mengucapkan terima kasih telah membawa satu pemain Uruguay yang bagi saya, salah satu pembelian tersukses Arsenal di bawah kepemimpinannya.
Sisi lain yang harus pembaca ketahui dari sosok Lucas Torreira adalah kemampuan bertarungnya. Anda dapat melihat dari usahanya merebut bola secara langsung dari kaki pemain lawan. Saya jadi ingat pujian Massimo Oddo, pelatih Pescara U-19, “Jika kamu menjelaskan taktik kepada Torreira sekali, ia akan melatih taktik itu selamanya.”
Sebagai penutup, jika Lucas Torreira sudah tidak mendapat tempat lagi di bawah kepemimpinan Mikel Arteta lalu memutuskan pergi, setidaknya keinginan saya untuk melihat pemain Uruguay bermain untuk Arsenal sudah terpenuhi.
Gracias Lucas!
Sumber gambar: Wikimedia Commons.
BACA JUGA Hal-hal yang Harus Kamu Tahu tentang Kota Garut agar Tahunya Nggak Cuma Vina Garut doang! dan artikel menarik lainnya dari Muhammad Ridwansyah.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.