Ya, belakangan ini di Madura tepatnya di Pamekasan terjadi demo yang cukup agresif menuntut kenaikan tembakau yang anjlok dan berpotensi merugikan para petani tembakau. Warga yang tergabung dalam aliansi mahasiswa dan rakyat peduli petani tembakau ini melakukan aksi di depan rumah dinas bupati Pamekasan.
Aksi demo sebenarnya cukup sering terjadi di Madura sebelumnya di Sumenep yang juga berdemo akibat ucapan seorang presiden bahwa garam di Madura itu jelek atau lebih rendah kualitasnya. Mereka menuntut supaya presiden minta maaf atas penghinaan terhadap garam di Sumenep.
Saya sebagai orang Madura salut dan bangga sekali. Ini menunjukkan bahwa orang Madura tidak hanya jago bertarung dengan celurit atau carok tapi juga jago bertarung lewat aksi demo yang memang sudah diatur oleh konstitusi. Bukankah orang Madura sudah cerdas? Tak mau main hakim sendiri maka jalur konstitusi tak segan-segan mereka lakukan demi membela petani. Sebab mereka rata-rata lahir dari seorang petani. Jadi profesi petani itu harga mati.
Orang Madura sudah sangat militan, tak cukup hanya berjuang merawat taninya di sawah dengan berpanas-panasan dan kehujanan, tapi juga aktif terlibat dalam mempertanyakan hasil taninya kepada pemerintah sebagai orang memiliki tugas untuk mensejahterakan rakyat. Ya maklum, rata-rata tani orang Madura apalagi tembakau memang seringkali masuk pada kualitas dan level tertinggi dibanding yang lain.
Musim tembakau bagi orang Madura itu bagian proses memperkaya hidup. Jika harga tembakau anjlok berarti secara tidak langsung sudah merampas kekayaan orang Madura.
Mencederai harga tembakau sama halnya sudah tak menghargai jerih payah petani. Iya betul. Saya berani mengatakan seperti ini karena orang Madura rata-rata berprofesi sebagai petani. Sedangkan petani unggulannya ya tembakau.
Okelah, mungkin jika hasil tani lain meskipun harganya tidak seberapa, tidak masalah. Dan tidak akan mengundang reaksi banyak orang. Akan tetapi jika harga tembakau yang anjlok itu sudah menghilangkan hajat orang banyak. Dan pemerintah di Madura harus tahu ini. Makanya jangan segan-segan untuk untuk turun ke bawah, rakyat kecil.
Bayangkan! Orang madura yang bertani tembakau, kadang yang sampe puluhan ribu bibit dan luas tanahnya hektaran sudah bisa dipastikan ada hajat besar dibalik itu semua. Kalau nggak mau mengawinkan anaknya, bisa jadi untuk membangun rumah. Atau kalau nggak pengin membeli perlengkapan rumah seperti lemari, kursi dan ranjang dll, bisa jadi melunasi hutang-hutangnya ke orang lain yang sudah bertumpuk-tumpuk.
Intinya bisa dipastikan setiap petani tembakau yang ngebet banget banyaknya itu ada hajat. Bukan main-main.
Kenapa bisa demikian. Ya, bagaimana lagi, wong pencaharian sehari-harinya itu hanya cukup untuk kebutuhan sehari-harinya saja. Itupun kadang nggak cukup dan harus ngutang dan nguli ke orang lain. Nguli saja kadang sewaktu ada orang yang membutuhkan.
Aksi demo itu wajar saja dilakukan bahkan perlu dan mendekati wajib. Petani itu kan penolong negeri, yang yang membantu negeri, dan benteng pertahanan negeri, ini kata Mbah Hasyim Asy’ari. Menyelamatkan negeri ini hukumnya wajib. Jadi membela petani itu menyelamatkan negeri dong.
Jika pemerintah membiarkan harga petani anjlok dan tak mau ngurus harga dari petani yang anjlok, ya berarti dia membiarkan negeri ini hancur. Bukankah seperti itu logikanya soedarku!
Makanya, orang Madura sebenarnya juga agak males sih jika ada pilihan wakil rakyat tapi visi misinya nggak berpihak pada kaum petani. Kalau mau nyalon aja ia mendekat ibarat cari makanan empuk, habis jadi hilanglah ia bak ditelan bumi. Jangankan terun ke bawah, nyapa aja kagak.
Itulah kanapa jika kalian ketepatan jadi orang Madura dan mau nyalon jadi DPR atau bupati, mbok ya tolong yang benar jadi wakil rakyat. Jangan hanya duduk di kantor berdasi tapi tak bisa berpengaruh apa-apa kepada rakyat kecil, tapi lihatlah aktivitas kaum petaninya di bawah sana. Apakah kekurangan pupuk. Apakah butuh fasilitas infrastruktur pertanian. Ini sebenarnya yang penting. Jangan hanya mikirin diri sendiri.
Bagaimana apakah saya sudah ngegas? Pemerintah sekali-kali harus di-gaslah. Jika tidak di-gas, mereka nggak panas-panas. Salah satunya ya didemo asal demo damai dan mendidik. (*)
BACA JUGA Papua Barat Bagian dari Majapahit Itu Narasi Nasionalis Romantik yang Keliru atau tulisan Moh. Syahri lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.