Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Jangan Harap Menemukan Kehidupan Selepas Isya di Purworejo

Akhmad Alhamdika Nafisarozaq oleh Akhmad Alhamdika Nafisarozaq
25 Juni 2025
A A
Jangan Harap Menemukan Kehidupan Selepas Isya di Purworejo Mojok.co

Jangan Harap Menemukan Kehidupan Selepas Isya di Purworejo (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Ada satu fenomena di Purworejo yang membuat saya sebagai pendatang geleng-geleng kepala. Kota ini seolah-olah tidak memiliki kehidupan selepas isya atau di atas jam 7 malam. Begitu adzan Isya berkumandang, semua aktivitas seolah berhenti dan sunyi. Kota seolah-olah kompak memutuskan untuk tidur lebih awal.  

Bagi saya yang berasal dari daerah yang penuh dengan hiruk pikuk tak kenal waktu, hal ini cukup unik. Tiap kali melewati jalur Jogja-Kebumen di malam hari, hanya lampu jalanan dan jangkrik yang menyapa. Sesekali spanduk rokok dan baliho caleg. Rasanya seperti masuk ke dunia yang nggak mengenal konsep begadang.  

Purworejo “terlelap” di malam hari 

Daerah dengan julukan Kota Pejuang ini tidak didesain untuk mereka yang mencari kehidupan malam. Bukan dalam artian negatif ya, kehidupan malam yang dimaksud seperti nongkrong, ngopi, atau sekadar bersosialisasi di warung atau angkringan Warga lokal seperti kompak memutuskan untuk istirahat setelah isya.    

Nongkrong dan keluar malam menjadi budaya yang asing di Purworejo. Kalian akan dituduh macam-macam kalau keluar di malam hari. Masih mending kalau para tetangga menganggap kamu sering keluar malam karena ada masalah hidup yang berat. Persoalannya, narasi yang sering beredar, kalian akan dituduh pulang dari hal haram kalau sering berkeliaran di malam hari. 

“Bro, di sini tuh malam ya buat tidur. Kecuali malam Minggu, baru ada kelonggaran,” kata salah satu kawan saya yang asli orang Purworejo. Benar saja, sabtu malam jadi semacam satu-satunya momen masyarakat keluar malam. Sisanya, malam tetap sunyi dan tenang.

Tidak cocok untuk mereka yang jam kerjanya di malam hari

Saya tidak sedang meromantisasi begadang, tapi kenyataannya banyak dari kita justru mendapat tenaga kreatif saat malam tiba. Terutama mahasiswa dan pekerja remote. Bagi orang-orang seperti ini, Purworejo jelas bukan daerah yang cocok untuk mereka. Terlebih, mereka yang mengandalkan kafe atau co-working space agar bisa produktif. 

Saya sempat bertanya pada teman perihal orang-orang yang kerja WFH di sana. Dia bilang, jangan sekali-kali berharap ada tempat semacam co-working space yang buka hingga malam hari di sana. “Paling ya orang-orang mengurung diri di rumah, itu pun sambil berjuang lawan rasa ngantuk,” kata kawan saya yang asli Purworejo. 

Bagi segelintir orang, Purworejo yang seperti kota mati di malam hari mungkin menyiksa. Namun, di mata saya, hal itu malah jadi semacam keunggulan. Entah mengapa, Purworejo kelihatan kalem dan adem. Mereka nggak punya banyak distraksi. Malam hari jadi waktu untuk rebahan, merenung, atau ngobrol ringan bersama keluarga dengan teh manis hangat. 

Baca Juga:

Wisata Purworejo Kurang Menggoda Dibanding Daerah Plat AA Lain, padahal Potensial

Purworejo Tetap Jadi Kota Pejuang, Bukan karena Julukannya, tapi karena Muda-mudinya yang Terus Berjuang demi Kesejahteraan

Malam hari di Purworejo bukan untuk pelarian, tapi buat “penyadaran”. Di kota lain malam hari dipenuhi aktivitas sosial yang bikin capek hati dan dompet. Di Purworejo, malam justru jadi waktu yang hemat energi dan hemat budget.

Pertanyaannya kemudian, apakah Purworejo yang terlelap di malam hari harus berubah seperti daerah-daerah lain? Tidak harus. Namun, saya yakin, perlahan tapi pasti budaya malam yang produktif dan aktif perlahan akan masuk juga di kota ini. Mungkin tidak akan seheboh Jakarta atau Jogja, tapi setidaknya mereka yang aktif di malam hari jadi punya opsi atau alternatif. Itu semua mungkin sebab ada pasarnya di Purworejo. 

Penulis: Akhmad Alhamdika Nafisarozaq
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Purworejo, Kabupaten Penuh Potensi, tapi Ditinggal Kabur Pemudanya, Berpotensi Jadi Kota (yang Terpaksa) Tua!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

 

Terakhir diperbarui pada 25 Juni 2025 oleh

Tags: pendatangPurworejopurworejo malamwarga lokal
Akhmad Alhamdika Nafisarozaq

Akhmad Alhamdika Nafisarozaq

Mahasiswa kabupaten yang sering pulang untuk mengamati rumah sendiri yang perlahan berubah. Menulis bareng AI, sambil terus berjuang membaca keadaan.

ArtikelTerkait

Suka Duka yang Saya Rasakan Selama Tinggal di Purworejo Bagian Selatan

Suka Duka yang Saya Rasakan Selama Tinggal di Purworejo Bagian Selatan

12 Maret 2024
Anak Muda Solo Terancam "Terusir" dari Daerannya Sendiri, Nggak Mampu Beli Rumah karena Gaji Tak Seberapa dan Harus Bersaing dengan Pendatang Mojok.co

Anak Muda Solo Terancam “Terusir” dari Daerahnya Sendiri, Nggak Mampu Beli Rumah karena Gaji Tak Seberapa dan Harus Bersaing dengan Pendatang

17 April 2024
Stasiun Purworejo Memang Sebaiknya Diaktifkan Kembali karena Banyak Manfaatnya

Stasiun Purworejo Memang Sebaiknya Diaktifkan Kembali karena Banyak Manfaatnya

22 April 2025
Stasiun Purworejo Sudah Betul Jadi Cagar Budaya Saja, Tidak Perlu Diaktifkan Kembali Mojok.co

Stasiun Purworejo Sudah Betul Jadi Cagar Budaya Saja, Tidak Perlu Diaktifkan Kembali

5 Januari 2024
Jalan Daendels dan Jalan Anyer-Panarukan: Sama-sama Dibangun oleh Daendels, tapi dengan Tujuan yang Berbeda, dan Orang yang Berbeda Pula

Jalan Daendels dan Jalan Anyer-Panarukan: Sama-sama Dibangun oleh Daendels, tapi dengan Tujuan yang Berbeda, dan Orang yang Berbeda Pula

1 Maret 2024
Kabupaten Purworejo, Kabupaten Tak Dianggap padahal Jasanya Besar dan Surganya para Introvert

Purworejo, Kabupaten Penuh Potensi, tapi Ditinggal Kabur Pemudanya, Berpotensi Jadi Kota (yang Terpaksa) Tua!

20 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih
  • Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.