Jangan ada gula di antara kopi kita. Ini adalah narasi yang cukup menyebalkan didengar, sih. Soalnya ngopi kan tinggal ngopi aja. Kalau minum kopi arabika mungkin boleh nggak pakai gula. Tapi kalau robusta, mau dikasih gimik apa pun, kayaknya lebih enak digiling, kasih gula, dan seduh air panas. Campur kental manis juga makin manteb!
Minum kopi pakai gula katanya menikmati kopi dengan cara yang salah
Siapa saja bisa menikmati kopi dengan cara sesuka mereka. Datang ke coffee shop, pesen americano, terus minta gula, emangnya kenapa? Toh beli juga.
Tapi, bagi pemuja kopi tanpa gula, pasti menganggap bahwa orang yang minum kopi pakai gula itu bukan penikmat kopi sungguhan. Mereka menganggap mencampurkan gula ini adalah cara menikmati kopi yang salah.
Orang-orang kayak itu, para penikmat kopi yang anti gula—termasuk saya dulu—menganggap bahwa butiran manis ini hanya merusak cita rasa asli kopi. Nggak menghargai kopi seperti seharusnya. Benar sih, tapi pertanyaannya, apakah hanya gula yang dianggap mencederai rasa otentik dari kopi? Bagaimana dengan mencampur hal-hal lainnya?
Lucunya, ada fenomena menarik di industri kopi belakangan ini. Atau mungkin praktiknya sudah lama, tapi saya baru tahu belakangan ini. Ya, ada beberapa pelaku industri kopi yang mencampur penguat aroma di kemasan roasted beans. Saya pribadi sih nggak masalah dengan itu. Toh biar makin wangi. Urusan wanginya cepet ilang, bodo amat juga. Kayak Le Minerale yang bunyi cesss saat tutupnya dibuka, saya juga nggak kecewa kalau airnya nggak berasa kayak soda.
Hanya saja, bukankah mencampurkan penguat aroma ke kemasan roasted beans sama aja kayak mencampur gula di kopi? Bagian ini saja bakal menimbulkan debat kusir bagi penggiat kopi, sih.
Baca halaman selanjutnya: Standar ganda para pemuja kopi…