Jangan Gunakan Kepintaran Kita Untuk Berdebat Dengan Orangtua – Terminal Mojok
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Home Gaya Hidup Personality

Jangan Gunakan Kepintaran Kita Untuk Berdebat Dengan Orangtua

Reni Soengkunie oleh Reni Soengkunie
6 Juli 2019
0
A A
orangtua

orangtua

Share on FacebookShare on Twitter

Di zaman modern seperti itu tentu bukan hal yang aneh jika seorang anak memiliki pemikiran yang berbeda dengan orang tuanya. Hal ini sangat lumrah, karena keduanya tidak hidup dan dibesarkan di zaman yang sama. Jadi bagi seorang anak ada banyak nasihat orangtua yang dianggap kurang relevan jika diterapkan untuk saat ini. Perbedaan ini tentu, tak menutup kemungkinan menyebabkan sebuah perselihihan yang berujung dengan sebuah perdebatan yang sengit.

Orangtua kebanyakan melakukan hal-hal yang sudah diwarisi dari orang-orang yang terdahulu. Mereka begitu gigih memegang petuah para leluhur. Selain itu pun, mereka berbicara sesuai pengalaman pribadi ataupun pengalaman orang lain yang pernah ia saksikan. Jadi segala yang dibicarakannya itu sudah terbukti dan sudah ia buktikan sendiri.

Anak zaman sekarang tentu tak sama dengan para orangtua yang dulunya hanya mengenyam pendidikan secara terbatas. Anak-anak ini dibesarkan dengan pendidikan yang tinggi. Segala ilmu teknologi paling mutakhir pun dengan mudah ia kuasai dan ilmu-ilmu medis, meski mereka tidak sekolah di dunia kedokteran namun sangat mudah untuk diakses di zaman ini.

Anak zaman sekarang tentu tidak sejalan dengan pola pikir orangtua yang masih berpikiran kuno. Mereka selalu beranggapan bahwa orangtuanya masih sangat primitif dalam menyikapi hidup ini. Jadi, tak jarang dengan segala teori dan dalil-dalil yang ia pelajari di bangku sekolah ia mulai mengutarakan pendapatnya yang tidak sejalan dengan pendapat orangtuanya itu.


Salah satu yang kerap kali membuat perselisihan antara anak dan orangtua adalah ketika cara mendidik anak kita tidak sepaham dengan cara mendidik orangtua kita. Banyaknya info kesehatan yang bisa diakses kapan saja, membuat kita merasa takut bahwa sesuatu yang dilakukan oleh orangtua kita itu seolah-olah bisa membahayakan nyawa anak kita. Kalau sudah begini, kebanyakan orang akan menyalahkan orangtuanya dan menyuruh mereka untuk tidak ikut campur dalam urusan mendidik anak mereka.

Bisa dibayangkan, betapa terlukanya hati orangtua jika mendengar hal itu. Padahal mereka bisa sebesar itu pun karena didikan orangtuanya. Dan saya pikir, tak ada orangtua yang ingin menciderai cucunya. Walau cara mereka mungkin masih kuno, tapi tentunya mereka selalu ingin yang terbaik untuk kita dan anak kita.

Pernah suatu hari saya membaca sebuah postingan seorang teman di media sosial. Dia mengeluh dan mengata-ngatai ibunya yang bertindak sembrono. Kurang lebih isi postingan itu bercerita tentang ibunya yang sudah memberi makan nasi tim anaknya yang baru berusia empat bulan. Padahal menurut ilmu kedokteran, bayi baru bisa makan setelah umur enam bulan.

Dalam postingan itu dia mencaci ibunya dan mengatakan bahwa tindakan tersebut bisa membunuh anak kesayangannya. Padahal si anak ya nggak kenapa-napa dan tidak sampai masuk rumah sakit setelah makan bubur tersebut. Dia seolah ingin menunjukan pada dunia bahwa dia itu ibu paling baik di dunia, karena sudah melindungi anaknya dari marabahaya. Meski ia tanpa sadar, bahwa orang yang ia maki itu juga seorang ibu. Bahkan seorang ibu yang sudah melahirkan dan merawatnya hingga ia bisa menjadi seorang ibu.

Saya tak habis pikir kalau saja teman saya ini mengenal sosok Simbah Putri saya. Setelah membaca postingan teman saya ini, saya iseng-iseng bertanya oada ibu, kapan pertama kali saya makan. Betapa kagetnya saya mendengar jawaban ibu. Ibu bilang, hari kedua saya dilahirkan di muka Bumi ini, simbah sudah menyuapi saya dengan nasi yang diulek dan diberi gula jawa. Karena waktu itu katanya saya terus-terusan menangis dan nggak mau diam. Air susu ibu kala itu masih belum banyak keluarnya. Jangan tanya perihal susu formula, karena pada saat itu saja saya cuma bisa dilahirkan di dukun beranak bukan di bidan ya.

Ibu juga sempat takut saat itu, karena ibu sendiri lahir dan besar di kota metropolitan. Ketiga kakak saya bahkan lahir di rumah sakit. Tentu ibu juga tahu bahwa bayi yang baru lahir tidak seharusnya diberi makan, langsung nasi lagi. Duh, Mbah, mungkin gara-gara ini aku jadi mudah lapar kali ya. Soalnya ususnya melar. ehehe

Tapi ibu memilih untuk diam saat itu karena tidak mau melukai hati simbah saya yang sangat percaya bahwa setiap bayi yang lahir di dunia itu, datang untuk minta makan. Dan benar saja, setelah diberi makan simbah, saya langsung diam dan tidur dengan sangat pulas. Namun setelah hari itu, ibu mencoba mengusulkan untuk memberi makan saya biskuit bayi. Dan simbah pun tak keberatan.

Meski saya dilahirkan dan dibesarkan dengan cara-cara tradisional, nyatanya saya masih bisa hidup sampai hari ini. Coba kalau itu sampai diketahui oleh dokter muda, wussss, simbah saya pasti sudah diberi ceramah tujuh hari tujuh malam. Belum lagi kalau membedong saya dengan jarik supaya kakinya lurus dan nggak bengkok, kata dokter kan itu nggak boleh. Maklum yah, simbah saya nggak sekolah dan dia nggak bisa baca buku-buku parenting atau menonton Youtube perihal ilmu kesehatan.

Dari cerita ibu dan simbah saya itu, saya menangkap sebuah pembelajaran. Meski kita dalam posisi benar, tapi tidak dibenarkan juga untuk menyakiti hati orangtua. Jika memang tidak sepaham, maka bicarakan dengan baik. Bagaimana pun juga, mereka sudah hidup lebih lama dari kita, jadi jangan pernah sok-sokan paling tahu isi dunia ini di hadapan orangtua kita.

Pernah juga dulu ada seorang teman yang pergi merantau. Setelah pulang dari merantau ada begitu banyak perubahan dalam dirinya. Terlebih cara berpakaiannya yang begitu mencolok. Yang dulunya biasa-biasa saja, kini tampil begitu tertutup sesuai ajaran agama yang benar katanya. Setelah ia pulang, ia merasa bahwa keluarganya ini tidak sesuai dengan apa yang diajarkan agama.

Oleh karena itu, dia mulai berceramah siang dan malam. Ia berharap agar keluarganya itu lekas bertaubat. Segala hal yang dilakukan orangtuanya selalu dianggap melenceng dan dapat menimbulkan dosa. Tentu saja, orangtuanya yang merupakan orang zaman dulu yang sangat berpegang pada kearifan lokal merasa terhina akan hal itu.

Si orangtua merasa bahwa ada banyak filosofi kehidupan dalam setiap budaya yang ia percaya. Tapi si anak yang baru belajar sedikit ilmu agama itu dengan serta merta mengkafir-kafirkan orangtuanya sendiri. Hal ini tentu tidak etis dipandang dari segi mana pun. Baik itu agama ataupun sosial, tidak membenarkan untuk menyakiti hati orangtua dengan tutur kata yang menyakitkan.

Mau bagaimana pun juga, ia bisa mempelajari ilmu agama tersebut hingga fasih pun itu semua tak lain dan tak bukan juga karena berkat kerja keras orangtuanya. Tanpa bantuan orangtuanya, tak ada anak yang bisa menjadi seorang ulama, guru, dokter, dan lainnya. Jadi tetao ingat, akan jasa orangtua kita. Bahkan sejelek-jeleknya prilaku orangtua kita, kita tetap harus menghormati dan menghargai mereka.

Berbeda itu hal yang wajar, namun sampaikan dengan cara yang bijak. Jangan sampai kita kesannya menggurui atau mendikte mereka. Terlebih sampai terang-terangan berdebat dengan mereka. Hal itu tentu saja melukai hati orangtua kita. Coba tempatkan sejenak diri kita pada posisi mereka. Bagaimana perasaan kita kalau anak yang kita besarkan dengan susah payah, justru tumbuh untuk melawan orangtuanya.


Jika hal itu baik tentu orangtua akan paham kok. Beri mereka pemahaman sedikit demi sedikit. Jangan pernah, sampai kita menyakiti hati orangtua kita dengan kata-kata. Karena rida orangtua itu juga merupakan rida Tuhan. Terlebih tak ada orangtua yang ingin anaknya hidup menderita. Mereka selalu menginginkan yang terbaik untuk kehidupan anak-anaknya.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib pun juga pernah berkata, “Jangan gunakan kefasihan bicaramu (mendebat) di hadapan ibumu yang dahulu mengajarimu berbicara.”

Terakhir diperbarui pada 20 Januari 2022 oleh

Tags: anak durhakaberdebatilmu agamamelawan orang tuaOrangtua
Reni Soengkunie

Reni Soengkunie

Manusia yang suka mainan sama kucing, suka nonton video kucing, dan hobi ngobrol sama kucing. IG/Twitter: @renisoengkunie.

Artikel Lainnya

Grup WhatsApp Keluarga Besar Adalah Kawah Candradimuka Sebelum Berdebat di Sosial  Media

Grup WhatsApp Adalah Tempat Debat Kusir Paling Brutal Kedua Setelah Twitter

9 Oktober 2020
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Kediri UGM Fakultas Filsafat MOJOK.CO

UGM Punya Fakultas Filsafat, IAIN Kediri Punya Fakultas Ushuluddin dan Dakwah yang Lulusannya Sukses di Segala Bidang

23 Juli 2020
Penyebab Orang Lamongan Pantang Makan Lele Meskipun Jualan Pecel Lele terminal mojok.co

Hah, Budidaya Lele itu Mudah? Sepertinya Anda Terlalu Menyepelekan Lele

25 Juni 2020
Berdebat Sama Orang Fanatik Itu Merepotkan

Berdebat Sama Orang Fanatik Itu Merepotkan

25 Desember 2019
gocar

Anak Ketinggalan di GoCar: Kok Bisa Sih?

21 Oktober 2019
ibu dijual

Ibu Dijual Seharga 10 Ribu Karena Penyakitan: Maunya Apa Sih?

17 Oktober 2019
Pos Selanjutnya
4 Tipe Pembeli di Warung Sembako yang Nano-nano terminal mojok.co

Indomaret dan Alfamart Sama Saja: Apalagi Dalam "Melibas" Warung di Sekitarnya

Terpopuler Sepekan

Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

6 Mei 2022
5 Tokoh Drakor yang Terlalu Sempurna untuk Ada di Dunia Nyata Terminal Mojok

5 Tokoh Drakor yang Terlalu Sempurna untuk Ada di Dunia Nyata

8 Mei 2022
3 Rahasia Sukses Bisnis Toko Kelontong ala Orang Cina

3 Rahasia Sukses Bisnis Toko Kelontong ala Orang Cina

14 Mei 2022
Kol Goreng, Lalapan Nikmat yang Mengandung Bahaya

Kol Goreng, Lalapan Nikmat yang Mengandung Bahaya

5 Mei 2022
Mengenang Band Indonesia One Hit Wonder di Era 2000-an

Mengenang Band Indonesia One Hit Wonder di Era 2000-an

9 Mei 2022
Punya Mobil Pribadi Itu Sebenarnya Nggak Enak

Punya Mobil Pribadi Itu Sebenarnya Nggak Enak

11 Mei 2022
Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik Terminal Mojok

Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik

15 Mei 2022

Dari MOJOK

  • D.N. Aidit dalam Semesta Literasi dan Indonesia Kini
    by Ali Ma'ruf on 16 Mei 2022
  • Di Balik Kemudi Bus Eka ‘Belahan Jiwa’, Teman Para Pejuang Rupiah
    by Deddy Perdana Bakti on 16 Mei 2022
  • Higgs Domino dan Parlay Bola Memang Seksi, Membuatku Berani Bilang Persetan kepada Trading, Kripto, dan NFT
    by Thariq Munthaha on 16 Mei 2022
  • Mie Ayam Pak Kliwon, Kesayangan Anak Teladan
    by Oktavolama Akbar Budi Santosa on 15 Mei 2022
  • Cerita dari Koh Hin, Muslim Tionghoa di Parakan Temanggung
    by Ulima Nabila Adinta on 14 Mei 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=H_-ObSbVslU

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Luar Negeri
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In