Jalur Pantura yang terkenal gersang dan jelek ternyata punya sisi indah, tepatnya di ruas jalan Rembang hingga Tuban.
Lahir sebagai anak blasteran Jawa-Flores membuat saya sering bolak-balik antara Jawa dan Flores pada momen-momen tertentu. Salah satunya saat Lebaran. Jangan bayangkan perjalanan pulang ke Flores cukup dengan duduk manis di pesawat, saya lebih sering menempuh perjalanan darat dan laut. Memang lebih memakan waktu, tapi seru!
Biasanya, saya akan menggunakan bus atau travel dari Semarang ke Surabaya. Dari pelabuhan di Surabaya, saya baru naik kapal menuju Flores. Saat saya tinggal di Semarang, pelabuhan di sana tidak lagi menerima sandaran kapal Pelni. Itu mengapa saya memang harus ke Surabaya terlebih dahulu.
Sebenarnya ketika pulang naik pesawat terbang, saya juga lebih memilih keberangkatan dari bandara Surabaya. Sebab, penerbangan dari Bandara Ahmad Yani Semarang ke Flores pasti transit ke Surabaya terlebih dahulu dan harganya lebih mahal. Penerbangan dari Semarang bisa Rp500.000 lebih mahal daripada dari Surabya.
Kebiasaan pergi ke Surabaya itu membuat saya tidak begitu asing dengan jalur Pantura. Bus atau travel yang saya naiki dari Semarang ke Surabaya biasanya melewati jalur nasional yang ikonik ini. Jalur Pantura yang sepanjang 1.136 km setidaknya menghubungkan 5 provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Daftar Isi
Nyatanya Pantura tidak melulu gersang, ada sisi yang menyegarkan
Awalnya saya kira jalur Pantura seperti yang banyak dibicarakan banyak orang, gersang dan jalurnya buruk. Mungkin di beberapa ruas memang demikian ya, tapi tidak dengan yang jalur pantura yang saya lewati. Sepanjang perjalanan dijamin nggak bosan karena disuguhi pemandangan indah.
Sebelum memasuki provinsi Jawa Timur melalui Kabupaten Tuban, jalur pantura membentang dari Kabupaten Brebes hingga Rembang, Jawa Tengah. Nah, di sepanjang rute itu pengguna jalan akan disuguhi hijaunya persawahan, pemukiman warga yang berjejer, dan alun-alun tiap kota. Namun, menurut saya, pemandangan paling memanjakan mata dimulai ketika bus atau travel yang saya tumpangi memasuki Rembang menuju Tuban.
Memasuki Kecamatan Kaliori, kecamatan paling barat Kabupaten Rembang, kalian akan melihat rumah-rumah warga bergaya pesisir di sisi kiri dan kanan jalan. Hampir setiap rumah punya pohon yang menambah kesegaran pemandangan. Beberapa kali warga terlihat lalu-lalang beraktivitas sehari-hari, tapi sama sekali tidak mengganggu pengguna jalan. Nuansanya seolah ingin mengingatkan pengguna jalan bahwa mereka akan akan memasuki daerah pesisir pantai.
Jalur Pantura Rembang-Tuban memanjakan mata dengan pemandangan bibir pantai
Kekaguman saya makin menguat ketika memasuki Kecamatan Lasem. Kecamatan ini menandakan jalur Pantur mulai mengarah ke pesisir pantai utara Pulau Jawa. Tepian bibir pantai mulai terlihat ketika memasuki kecamatan ini. Pantai pertama yang akan dilewati bernama Pantai Bonang Binangun.
Seolah belum cukup, setelahnya pengguna jalan akan disuguhi panorama pantai dan perbukitan Watu Layar. Menurut banyak cerita, tempat tersebut menjadi petilasan Sunan Bonang untuk menyendiri di sela-sela kegiatan beliau menyebarkan agama Islam. Konon, di kecamatan ini juga terdapat makam dari Sunan Bonang.
Ke arah timur lagi, pengguna jalur Pantura akan memasuki Kecamatan Sluke. Dari Kecamatan ini hingga Kecamatan Kragan, pemandangan pesisir pantai benar-benar memanjakan mata para pengguna jalan. Setidaknya sepanjang sekitar 20 kilometer, penggunakan jalan akan melihat susunan kapal-kapal nelayan di pinggir pantai dan potret gelombang laut pantai utara yang ditiup oleh angin.
Di sepanjang jalur ini, sepengetahuan saya, setidaknya ada enam pantai berjejer mulai dari Pantai Sluke, Pantai Jatisari, Pantai Robyong, Pantai Balongan, Pantai Cemara, dan Pantai Perbatasan yang jadi penanda perbatasan antara wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Semua pemandangan itu bisa dinikmati dengan jalur yang sedikit berkelok-kelok dengan tebing-tebing yang cukup tinggi di sisi selatan jalan. Selain itu, aroma khas ikan asin yang dijajakan di sepanjang jalan menciptakan kesan unik dan berkesan saat perjalanan.
Pemandangan semakin cantik di sore hari
Dopamine dari pemandangan laut tidak berhenti di Rembang. Memasuki Tuban, pengguna jalur Pantura juga masih disuguhkan gambaran laut Jawa bagian utara ini. Yang paling Indah ketika memasuki Pantai Cemara Tuban dan Alun-Alun Tuban. Memandangi laut di atas moda transportasi rasanya seperti membiarkan pikiran berlari-lari di atas hamparan laut yang sedang dipandang itu.
Semua itu semakin berkesan ketika melewatinya di kala sore hari saat matahari terbenam, sembari bus menyetel lagu-lagu dari Duta Patah Hati, yaitu mendiang Didi Kempot. Memandangi segala ciptaan Tuhan itu di balik kaca bus yang melaju dengan kecepatan sedang seolah memahami perasaan penumpangnya. Rasanya membiarkan hati menyembuhkan dirinya dari luka-luka masa lalu.
Kalau membawa mobil pribadi, pengunjung bisa berhenti sejenak dan melamun bersama hempasan angin yang menyentuh wajah dengan lembut. Bisa juga sambil menikmati kuliner seperti ikan bakar yang dipesan dari pedagang makanan sekitar.
Keindahan yang disajikan Jalur Pantura Rembang-Tuban bukan berarti ruas ini nggak memiliki kekurangan. Lebar jalan yang tergolong sempit membuat jalur ini kerap mengalami kemacetan. Selain itu, ruas Rembang-Tuban juga kerap terjadi kecelakan karena tidak ada pembatas di bagian tengah jalanan. Oleh karena itu, kalian yang melintasi jalan ini tetap perlu berhati-hati. Jangan terlalu terlena dengan keindangan pemandangan yang disajikan.
Kalau boleh sedikit memberi saran lain, jangan melalui jalur ini dalam kondisi galau dan sendirian menggunakan motor. Bisa-bisa kalian malah menjadikan jalur ini sebagai sarana meratapi nasib sambil berkendara. Mending kalau galau, ajak teman aja deh, biar kalau lewat jalur ini dan malah ngelamun, ada yang bisa menggantikan dan menyadarkan. Bahaya nanti malah kesambet kemudian membahayakan pengendara lain lagi.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Jalan Sarjono Ambarawa, Jalan Terindah Se-Jawa Tengah yang Bisa Jadi Tempat Healing Gratis
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.