Saat mengemudikan kendaraan, saya nggak masalah menempuh perjalanan panjang. Sama sekali nggak muncul kantuk. Misalnya saat saya mengantarkan barang-barang KKN dari Purwokerto ke Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Saya menggunakan sebuah mobil.
Saya bisa mengemudi bolak-balik dalam waktu sembilan jam nonstop menembus jalanan Jawa Tengah. Tidak ada rasa lelah, letih, dan ngantuk. Malahan saya merasa enjoy dan bahagia. Tapi, semua itu berubah ketika saya menjadi penumpang. Soalnya saya gampang ngantuk kalau jadi penumpang, baik motor atau mobil.
Dan inilah penderitaan menjadi orang ngantukan di jalanan jalanan Jawa Tengah:
Daftar Isi
#1 Jarang diajak bepergian
Pernah suatu ketika saya diajak oleh seorang teman untuk bepergian jauh. Terus tanpa sengaja, saya bilang bahwa saya adalah orang yang mudah tertidur ketika menjadi penumpang. Karena alasan itulah, saya nggak jadi diajak pergi.
Padahal saya sudah persiapan dan packing. Emang nggak enak jadi orang yang ngantukan! Saya jadi sering dijadikan opsi terakhir untuk jadi teman perjalanan. Bahkan saking sebelnya temen-temen sama, mereka sampai mem-blacklist saya dari daftar nama orang yang diajak traveling keliling Jawa Tengah. Pernah juga ada yang bilang bahwa “Ngajak atau nggak ngajak kamu sama aja. Wong adanya seperti tiadanya.”
Baca halaman selanjutnya….
#2 Membahayakan diri sendiri dan orang lain
Kebiasaan buruk ini sudah muncul sejak saya duduk dibangku MTS. Kebetulan, sekolah MTS saya berada di luar kota, tepatnya di Kabupaten Banyumas. Ya masih di Jawa Tengah, sih.
Bapak selalu menjemput saya menggunakan sepeda motor saat libur semester. Ibu saya sampai mewanti-wanti kepada bapak supaya berhenti sejenak saat saya mulai mengantuk. Di mana-mana, perjalanan berhenti karena si sopir yang mengantuk, lah ini karena penumpangnya yang ngantukan.
Biasanya, saat helm saya sudah membentur helm bapak berkali-kali, disitulah bapak berhenti dan mampir makan dulu. Beliau tahu kalau saya sudah ngantuk berat. Bahkan pernah ibu saya (saking geramnya) menyarankan agar bapak membawa jarik saat memboncengkan saya. Jarit ini digunakan untuk mengikat saya agar nggak terjatuh di jalanan Jawa Tengah. Sontak saya pun menolak,”Dikira aku bayi opo, Bu?”
#3 Nggak boleh duduk di samping sopir mobil
Ada sebuah mitos yang cukup mengganggu. Konon, kalau yang duduk di samping sopir itu mudah mengantuk, secara otomatis sopir akan ketularan. Celakanya, teman-teman saya percaya sama mitos itu. Hal ini membuat saya “diharamkan” untuk duduk di samping sopir saat perjalanan jauh.
Saat ziarah ke Jawa Timur, saya pernah memaksa untuk duduk di samping sopir supaya bisa menikmati perjalanan di sepanjang jalanan Jawa Tengah. Nyatanya, baru perjalanan 20 menit saya tertidur. Karena itulah saya diharamkan duduk di samping sopir oleh teman-teman. Nelongso, rek!
#4 Menjadi objek kejahilan
Sedikit cerita, saat study tour ke Bali, ada seorang teman saya yang tidur di dalam mobil sampai mulutnya terbuka. Melihat hal itu, seorang teman dengan sengaja memasukan permen Yupi ke dalam mulutnya. Sontak hal ini mengundang gelak tawa ketika si anak yang tertidur terbangun sambil mengunyah permen.
Saya juga pernah menjadi objek bercandaan saat tertidur dengan mulut terbuka. Seorang teman mengambil foto dan video, lalu mengeditnya. Lebih parah lagi, foto tertidur saya saat melongo dijadikan sebuah stiker WA. Hal ini saya ketahui setelah seorang teman mengirim stiker tersebut ke sebuah grup. Malunya itu, loh!
#5 Tidak bisa menikmati perjalanan
Saya tidak perlu menjelaskan lagi, kan? Ya, baru 20 menit menembus jalanan Jawa Tengah saja saya sudah pergi ke alam mimpi. Bagaimana bisa menikmati perjalanan.
Itulah susahnya jadi penumpang yang mudah tertidur saat menjadi penumpang. Menderita sekali.
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Yamadipati seno
BACA JUGA Purwokerto, Tempat Tinggal Terbaik di Jawa Tengah