Jalan Solo Purwodadi menghubungkan 4 kabupaten. Mereka adalah Solo, Karanganyar, Sragen, dan Grobogan. Kalau lanjut terus bisa sampai Semarang tanpa lewat tol. Bahkan aman untuk mengatakan bahwa jalur ini adalah satu-satunya jalur alternatif Solo menuju Semarang.
Dulu, Jalan Solo Purwodadi ini terkenal karena kerusakannya yang parah. Ada ungkapan konyol perihal kerusakan jalan ini. Katanya, mobil baru dan masih bagus kalau lewat Jalan Solo Purwodadi pasti terasa “gegrek” kayak mobil lama dan rusak. Tapi itu dulu karena sudah dilakukan perbaikan yang, menurut saya, sangat baik.
Saya adalah salah satu dari banyaknya pengguna Jalan Solo Purwodadi yang merasakan perbedaannya. Dulu, jalanan ini begitu keras. Kini, sudah berubah jadi sangat bagus. Bahkan, menurut saya, mending lewat sini ketimbang jalur RingRoad Utara Sragen.
Sampai hari ini, lantaran masih menyandang mahasiswa di Kota Solo, jadi hampir setiap hari saya lewat Jalan Solo Purwodadi. Selain aspal yang jauh lebih bagus, jalur ini juga diperlebar. Jadi, ada perasaan lega ketika melintas di jalur ini.
Daftar Isi
Bahaya di balik perbaikan Jalan Solo Purwodadi
Saya bukannya mau mengeluh setelah adanya perubahan positif di jalur Jalan Solo Purwodadi. Jauh dari niat tersebut, saya hanya ingin berbagi pengalaman supaya pembaca, yang kebetulan sering lewat sana, tetap waspada. Jadi gini….
Lantaran sekarang jadi lebar dan halus, adalah wajar jika banyak pengendara terutama roda 2 untuk melintas di Jalan Solo Purwodadi. Mereka yang mendominasi adalah pelajar, anak kuliah, pekerja, hingga pengendara dengan bronjong yang isinya rumput hasil ngarit.
Saya agak maklum kalau banyak yang girang dengan perbaikan yang terjadi. Namun, kita juga agak sulit untuk mengontrol sikap orang lain, khususnya yang membahayakan. Saya jadi lebih sering melihat pengendara, khususnya roda 2, yang memacu motornya lebih cepat. Semacam “balapan” dan nggak peduli dengan pengguna jalan lainnya.
Mereka “balapan” dan berlaku seenaknya. Kelok sana kelok sini, menyalip dari kiri lalu kanan, bahkan mengurangi kecepatan secara mendadak. Sikap pengendara roda 2 ini sangat membahayakan pengendara lain. Saya jadi lumayan sedih karena perbaikan di Jalan Solo Purwodadi dilakukan untuk kenyamanan pengendara. Namun, nalar dan emosi yang masih labil membuat pengendara jadi bertindak semaunya.
Prihatin melihat pengendara muda yang menyabung nyawa
Saya sering prihatin melihat pemuda memacu motornya dengan kecepatan tinggi di Jalan Solo Purwodadi. Seakan-akan dia tidak sayang dengan nyawa sendiri. Sudah begitu, mereka berpotensi mencelakakan pengendara lain juga.
Misal, mereka cukup sering membunyikan klakson begitu kencang untuk “mengusir” pengendara di sisi kanan. Alhasil, pengendara di sisi kanan Jalan Solo Purwodadi kaget dan oleng. Selain itu, tidak jarang mereka malah memacu motor semakin kencang ketika palang rel kereta mau turun. Sungguh berbahaya.
Ternyata, masih banyak orang yang belum bisa menghargai dan menggunakan fasilitas umum yang sudah diperbaiki. Sudah begitu, yang membahayakan bukan pengendara roda 2 saja. Kini, ada saja pengendara roda 4 yang ikut mengancam. Oleh sebab itu, Jalan Solo Purwodadi di siang hari memang memanjakan, tapi jangan sampai merugikan pengendara lain, ya.
Malam yang rada mencekam
Ketika siang, Jalan Solo Purwodadi memang memanjakan. Namun, di kala malam, jalur ini rada mencekam. Hal ini karena minimnya penerangan jalan. Lantaran minim penerangan, banyak pengendara yang semena-mena menyalakan lampu dimnya. Yang lebih menjengkelkan lagi, lampunya ini sudah dimodifikasi diganti dengan lampu LED berjenis Biled.
Lampu LED kendaraan yang secara tiba-tiba menyorot ke mata bisa menghilangkan konsentrasi. Mengingat Jalan Solo Purwodadi sudah semakin ramai, potensi kecelakaan bisa terjadi. Oleh sebab itu, saya rasa, sudah saatnya jalur lebar dengan aspal halus ini dilengkapi dengan lampu jalan yang ramah pengendara.
Pada akhirnya, perbaikan Jalan Solo Purwodadi perlu disikapi secara bijaksana. Minimal ada semacam edukasi kepada pengendara muda tentang bahaya ugal-ugalan di jalan raya. Dan ketika malam tiba, sudah selayaknya ada lampu jalan yang nggak cuma terang, tapi juga aman untuk mata.
Penulis: Sholy Khoirudi Zuhri
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Bus Rela dan Batik Solo Trans, Penguasa Jalur Solo-Purwodadi yang Bikin Ngeri Pengendara Lain
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.