Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Kerusakan Jalan RE Martadinata Bandar Lampung Membuatnya Menjadi Salah satu Jalanan Problematik di Provinsi Lampung

Razi Andika oleh Razi Andika
17 Oktober 2023
A A
Jalan RE Martadinata Bandar Lampung Menjebak Pengendara! (Unsplash)

Jalan RE Martadinata Bandar Lampung Menjebak Pengendara! (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

“Jalan yang menggunakan nama pahlawan nasional itu banyak yang problematik,” kata teman saya sekitar 4 tahun di Lampung. Kalimat random itu muncrat secara tiba-tiba dari mulutnya. Sungguh tanpa konteks dan penjelasan lebih lanjut. Sebuah kesadaran yang membawa saya ke sebuah lokasi bernama Jalan RE Martadinata Bandar Lampung.

Sebelumnya, kalimat teman saya berputar-putar di kepala saya. Ia menghasilkan pertanyaan di kepala. Misalnya: “Jalan mana, sih, yang dimaksud?” atau “Kategori problematik itu yang bagaimana?”, dan kenapa Jalan RE Martadinata Bandar Lampung layak masuk ke dalam daftar problematik?

Sebelum melanjutkan, mari kita menyamakan pemahaman tentang definisi problematik dulu. Menurut KBBI, problematik adalah ‘masih menimbulkan masalah’ atau ‘hal yang masih belum dapat dipecahkan’. Setuju dong? Oke lanjut.

Jalan rusak di Lampung sudah seperti “saudara sendiri”

Saat ini saya sedang merantau di Jogja, tapi Bandar Lampung tetap rumah saya. Dan, setelah saya mengingat semuanya, kebanyakan jalan utama di sana menggunakan nama pahlawan. Mungkin belum masuk kategori problematik, tapi cukup banyak jalan di sana yang bikin jengkel. 

Misalnya perempatan Jl. Imam Bonjol dan Jl. Teuku Cik Ditiro yang masih menyulitkan pengguna jalan walaupun pemerintah sudah membangun flyover. Atau pertigaan rumit yang mempertemukan Jl. Ki Maja dan Jl. Urip Sumoharjo di Kecamatan Kedaton. Ada juga lampu merah di perempatan yang mempertemukan Jl. Tamin, Jl. Cut Nyak Dien, dan Jl. H. Agus Salim. Masih ada berbagai jalan di mana jalur kereta api bara rangkaian panjang melewatinya. Jalan rusak di Lampung dan Bandar Lampung sudah seperti saudara sendiri karena di mana-mana kok ya ada.

Nah, dari sekian banyak jalan dengan nama pahlawan, ada 1 jalan yang kategori problematik versi saya sendiri. Gimana nggak, jalan itu membentang sepanjang 6 kilometer ke arah selatan sebagai jalur alternatif penghubung Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. 

Jalan itu sempit, penuh lubang, plus volume kendaraannya sangat tinggi. Terlebih lagi, ini adalah jalur utama menuju kawasan wisata pantai di Pesawaran. Saat musim sepi liburan saja, sebagian ruas jalan ini sudah pasti macet oleh angkutan umum, warga, dan mobil pengangkut ikan. Maklum, karena jalan ini memang tepat berada di pesisir kampung nelayan, dan kendaraan besar lainnya. Jalan itu bernama Jalan RE Martadinata di Bandar Lampung. 

Jalan RE Martadinata Bandar Lampung yang memprihatinkan

Bagaimana kondisi Jalan RE Martadinata Bandar Lampung ketika high-season? Kamu akan menemukan kemacetan dan kepadatan yang merayap sepanjang 21 kilometer. Kemacetan itu terjadi dari pangkal Martadinata sampai pintu masuk Pantai Mutun. Panjang kemacetan yang terjadi bisa lebih panjang dari perhitungan saya. Maklum, sejak ada tol lintas Sumatera yang menghubungkan Lampung-Palembang, volume wisatawan melonjak drastis.

Baca Juga:

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Saya Kaget Beli Pecel Lele di Bandar Lampung: Sambalnya Mentah, Lelenya Dua Ekor

Ruwetnya tuh kayak gini. Coba kamu membayangkan sedang berjalan dari pangkal Jalan RE Martadinata Bandar Lampung yang terhubung dengan Jl. Banten, melewati permukiman warga sepanjang 300 meter ke arah tenggara. Coba ukur lebar jalan ini di Google Maps dan hitung ada berapa jumlah polisi tidurnya. Kamu akan menyimpulkan bahwa jalan ini lebih cocok disebut gang, ketimbang jalur lintas kabupaten-kota. 

Setelah berkendara di “gang” tadi, keluar menuju pertigaan Jl. Ikan Sebelah, di wilayah administrasi kelurahan Kota Karang, kecamatan Telukbetung Timur, Kota Bandar Lampung itu kamu akan berkendara sepanjang 1 kilometer yang melelahkan. Jalan yang membentang lurus ke arah barat daya itu dijejeri ruko dan perumahan. Sudah tentu melelahkan karena aspal yang nggak pernah mulus dan macet mendominasi.

Selama belasan tahun tinggal di Lampung, paling tidak sebulan sekali, saya melintas di Jalan RE Martadinata. Saya selalu terjebak macet dan terjeblos di lubang besar. Sebab, setelah menambal 1 lubang, lubang lain akan muncul dan “menjebak” pengendara awam seperti saya yang jarang lewat sana. 

Apalagi selepas hujan, persis kayak kondisi jalan di bagian Lampung lain yang sempat viral kemarin, yaitu menjadi kubangan. Sebab, metode tambal sulam masih menjadi andalan pemerintah daerah untuk menanggulangi aspal rusak, termasuk Jalan RE Martadinata Bandar Lampung.

Solusi menghindari jalan rusak

Beberapa waktu yang lalu, viral konten dari Bima TikTokers. Jalan rusak yang menjadi konten Bima adalah jalan lintas provinsi atau jalur perkebunan jadi kayak terabaikan. Sementara itu, beberapa titik di Jalan RE Martadinata Bandar Lampung yang rusak itu masih berada dalam wilayah administrasi kota, ibu kota Provinsi Lampung. 

Apakah di 2023 masih layak ada kubangan di jalan raya kota besar? Terlebih ini provinsi dengan julukan “Sai Bumi Ruwa Jurai” atau gerbang Pulau Sumatera, terdekat dari Pulau Jawa.

Tapi tenang, lupakan keruwetan tadi. Kamu mempunyai opsi lain supaya tidak melewati jalan problematik itu. 

Saran saya, dari Jl. Ikan Sebelah, putar balik ke arah timur. Kamu cukup berkendara sejauh 400 kilometer untuk sampai di Jakarta, pusat semesta Indonesia, yang jalannya mulus-mulus. Nggak usah ke Lampung, lah. Ngapain.

Penulis: Razi Andika

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Alasan Brebes Layak Disebut Lampung Versi Jawa Tengah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 17 Oktober 2023 oleh

Tags: bandar lampungJalan RE MartadinataJalan RE Martadinata Bandar LampunglampungProvinsi Lampung
Razi Andika

Razi Andika

Awak Buku Mojok. Kuliah di Palembang, sekarang tinggal di Jogja.

ArtikelTerkait

Jalan Tol Lampung: Penggerak Mobilitas, Pembunuh UMKM bus akap

Jalan Tol Lampung: Penggerak Mobilitas, Pembunuh UMKM

17 Oktober 2023
Terima Kasih Kangen Band, Kalian Telah Menghiasi Masa Remaja Saya dengan Dawai-dawai Cinta terminal mojok

Kangen Band, Terima Kasih Telah Menghiasi Masa Remaja Saya dengan Dawai-dawai Cinta

19 April 2021
Kue Khas Palembang yang Jarang Diketahui Orang dan Terancam Punah Terminal Mojok

Culture Shock Orang Jawa Nyobain Soto Ayam ala Palembang

13 Desember 2022
Balada Suka Duka Orang Ibu Kota yang Merantau ke Tanah Lampung terminal mojok.co

Balada Suka Duka Orang Ibu Kota yang Merantau ke Tanah Lampung

4 Januari 2021
Bukan Superindo, Transmart, apalagi Hypermart, Orang Bandar Lampung Lebih Suka Belanja di Chandra Supermarket

Bukan Superindo, Transmart, apalagi Hypermart, Orang Bandar Lampung Lebih Suka Belanja di Chandra Supermarket

12 November 2024
Dear Pemerintah Bandar Lampung, Banyak Hal yang Lebih Urgent Dibanding Membangun Kereta Gantung Mojok.co

Dear Pemerintah Bandar Lampung, Banyak Hal yang Lebih Urgent Dibanding Membangun Kereta Gantung

2 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.