Motor mulai sering rusak
Alhamdulillah, saya belum pernah menjadi korban dari Jalan Imam Bonjol Pekalongan, tapi motor saya sudah. Motor Honda Supra Fit biru yang tangguh itu akhirnya mulai kelihatan tua dan renta di hadapan Jalan Imam Bonjol. Jalan yang menjadi manifestasi negara tidak hadir itu, berkali-kali mendatangkan penyakit pada motor Supra Fit saya.
Entah sudah berapa kali laher atau bearing motor saya rusak dan mesti diganti. Penyakit nggak cuma menjangkiti laher. Selama melewati jalan ini, rantai motor kendor mulu, sehingga saya berkali-kali membawanya ke bengkel untuk memotongnya.
Masalah tak berhenti di sana. Karena nyatanya, jika ingatan saya tidak berkhianat, dua kali bahkan saya harus mengganti rantai beserta roda giginya. Sudah selesai? Belum, Nder. Jalan Imam Bonjol Pekalongan itu kan rusak ya, parah banget rusaknya, dan itu membuat saya mesti berhati-hati ketika melewatinya.
Tak terhitung berapa kali saya mesti ngerem mendadak karena pengendara lain pun, saat melewati jalan ini, melakukan hal yang sama. Buntutnya kampas rem cepat habis. Masih ada lagi? Jelas. Selain mesti sering mengganti kampas rem, saya juga mesti sering mengganti roda, bagian luar maupun dalam.
Masih ada? Masih dong. Lantaran melewati jalan yang naudzubillah itu, motor akan selalu bergetar, dan itu mengakibatkan bodi motor mulai ambrol. Baut-baut lepas dan motor tak karuan lagi saat dinaiki. Di situ saya dongkol. Tapi sebagai warga Kota Pekalongan yang baik dan berakhlakul karimah, daripada lelah marah-marah, saya putuskan meneladani sifat Nabi Ayub: sabar.
Ganti motor, baru sebulan sudah masuk bengkel
Tahun berganti, saya lulus kuliah dan mulai bekerja. Saya masih sabar dengan Honda Supra Fit dan Jalan Imam Bonjol Pekalongan yang tak kunjung diperbaiki. Pemkot masih melemparkan tanggung jawab ke provinsi, begitu pula sebaliknya. Ruwet. Makanya saya pilih sabar.
Gusti Allah beneran sayang pada hamba-Nya yang sabar. Kesabaran saya dibalas dengan rezeki tak disangka. Saya bisa membeli motor baru dan menjual Supra Fit lawas itu. Cukup berat sebenarnya karena ada aroma perempuan yang saya cintai di motor itu. Tetapi setelah cinta yang ditolak berkali-kali, saya akhirnya menjual motor itu.
Motor itu juga sudah layak dijual. Kata bapak, daripada harganya makin jatuh, mending segera dijual. Singkat cerita, uang hasil jual motor saya pakai nambahin beli motor baru. Tidak sepenuhnya baru, karena motor yang saya beli adalah motor bekas.
Motor yang saya beli Honda Revo Fit 2012. Bodinya besar serta kelihatan tangguh dan perkasa. Suaranya pun lebih halus. Tapi ada pepatah dari Kepulauan Mauritius begini, “Setangguh apa pun motormu, di hadapan jalan rusak, ia bukan apa-apa.”
Begitulah motor itu menemui nasib buruknya. Lantaran mesti melewati Jalan Imam Bonjol Pekalongan, Honda Revo Fit saya bernasib sama dengan Supra Fit. Belum ada sebulan, motor itu masuk bengkel.
Bukan cuma diperbaiki, tapi ada yang mesti diganti. Apa itu? Ya, laher dan kampas rem. Seingat saya, pemilik sebelumnya bilang kondisi motor masih prima, jarang masuk bengkel, dan memang, ketika saya pakai motor itu yoi betul.
Saya tidak bisa memastikan apakah pemilik lama ngapusi. Tapi satu hal yang pasti, rencana Pemkot Pekalongan untuk memperbaiki Jalan Imam Bonjol, sudah lebih dari dua tahun belum terealisasi.
Penulis: Muhammad Arsyad
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Pekalongan Bikin Orang Purbalingga Lebih Bersyukur, Kotanya Problematik Bikin Nggak Betah.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















