Jalan Gabugan-Sumberlawang Sragen jalan penghubung antara pusat kota Sragen menuju Gemolong dan Sumberlawang. Selain itu, jalan ini juga merupakan akses ke sejumlah desa maupun kecamatan yang berada di wilayah selatan pusat kota. Itu mengapa Jalan Gabugan-Sumberlawang Sragen begitu padat, tidak hanya pengendara motor, tapi juga kendaraan besar seperti truk ekspedisi dan bus AKAP.
Saya cukup sering melewati Jalan Gabungan karena bekerja di pabrik penggilingan sekam yang berada di dekat pusat kota. Sebagai salah satu pengguna jalan yang kerap melewatinya, saya tahu betul jalan ini adalah momok bagi pengendara sepeda motor. Selain bersaing dengan kendaraan besar, pengguna sepeda motor harus waspada terhadap kerusakan jalan yang ada di mana-mana.
Daftar Isi
Ancaman di balik jalan sepanjang 16 km
Sekilas, jalan sepanjang 16 km itu tampak baik-baik saja, mulus dan lurus. Namun, itu hanya di beberapa titik saja, lebih banyak ruas jalan yang bermasalah daripada yang mulus. Kekacauan itu tampak nyata antara Pom Bensin Gabungan dan Pom Bensin Taraman.
Ruas jalan antara dua tempat pengisian bahan bakar itu banyak yang bergelombang, retak, miring, hingga berlubang. Bahkan, bisa saya bilang, lubang jalan di sana bukan parah lagi, tapi ngenes. Bayangkan saja, ban motor bisa masuk dalam jalan lubang tersebut. Musim hujan akan semakin parah karena lubang-lubang menganga itu akan dipenuhi air.
Jalannya semakin berbahaya karena hanya ada persawahan dan kali di kiri dan kanan jalan. Saking bahanya siapapun yang melewati sini pasti semua jenis kendaraan akan memelankan lajunya hingga di kecepatan 20 km per jam.
Di Jalan Gabugan-Sumberlawang harus bersaingan dengan kendaraan besar
Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, pengguna Jalan Gabugan-Sumberlawang Sragen juga perlu hati-hati terhadap kendaraan besar yang melintas. Kendaraan-kendaraan itu bisa sewaktu-waktu berpindah lajur demi menghindari jalan yang rusak. Bahkan, sopir tidak ragu-ragu menempatkan posisi kendaraannya di tengah-tengah ruas jalan. Seolah tidak peduli dengan pengguna jalan lain atau kendaraan dari arah berlawanan.
Pada posisi seperti ini pengendara motor yang ada di belakangnya mau tidak mau harus sabar. Memastikan motor tetap stabil, sembari menghindari retakan dan lubangan jalan. Sebenarnya bisa-bisa aja kalau kendaraan motor ini menyalip, tapi harus bertaruh keselamatan karena sisa jalan yang sangat sempit.
Kondisinya akan lebih menantang pada malam hari. Semua tantangan tadi, jalan rusak dan kendaraan besar, masih ditambah dengan jalan yang gelap. Jalan sepanjang 16 km itu memang lebih banyak yang kondisinya remang-remang sehingga mata perlu benar-benar jeli mengamati kondisi jalan. Belum lagi kalau ada lampu sorot kendaraan besar menyala, tentu akan menyilaukan mata hingga menjadikan penglihatan blur.
“Cumi Darat” yang merepotkan
Sebenarnya beberapa ruas Jalan Gabugan-Sumberlawang Sragen ada yang mulus dan normal. Misalnya saja ruas jalan sebelum Pom Bensin Gabugan, jalan setelah Pom Bensin Taraman, jalan arah kota, dan jalan keluar-masuk jalan tol. Hanya saja, ruas jalan itu bukan berarti tidak punya tantangan. Pengendara sepeda motor harus waspada dengan Mobil bermesin diesel yang dimodifikasi sedemikian rupa. Warga setempat menyebutnya dengan “cumi darat” karena biasanya knalpot kendaraan ini menghasilkan asap hitam pekat.
Sebenarnya saya tidak terlalu peduli dengan mobil yang dimodifikasi. Toh, mereka melakukannya pada mobil sendiri dan dengan uang pribadi. Hanya saja, beda cerita kalau hasil modifikasi itu meresahkan bagi pengguna jalan lain, misal menghasilkan asap hitam pekat. Selain itu, pengendara “cumi hitam” biasanya ugal-ugalan.
Setidaknya saya sudah 3 kali berurusan dengan “cumi jalan”. Ketiganya terjadi pada malam hari ketika saya pulang dari kerja. Tepat setelah jalan keluar tol yang menuju arah selatan melalui Jalan Gabugan-Sumberlawang Sragen, “cumi darat” menyalip dan mengeluarkan kepulan asap tebal. Jelas asap ini mengganggu pernapasan dan pandangan saya.
Di atas serangkaian ancaman yang bisa kalian hadapi kalau melintas di Jalan Gabugan-Sumberlawang Sragen. Ancaman yang meresahkan khususnya bagi pengendara sepeda motor seperti saya. Itu mengapa benar-benar perlu meningkatkan kewaspadaan kalau melintasi jalan ini.
Penulis: Sholy Khoirudi Zuhri
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Jalan Magelang Jogja Penuh Bahaya, Nggak Cocok buat Pengendara Bermental Tempe
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.