Melewati Jalan Demak-Purwodadi bikin saya mengelus dada. Kudu banyak bersabar lewat sini.
Beberapa waktu lalu saya main ke rumah teman di daerah Getasrejo, Purwodadi. Kalau dipikir-pikir, itu merupakan pertama kalinya saya main ke daerah yang berada di sebelah timur Kabupaten Demak tersebut. Saya memang kerap melewati daerah itu sebelumnya, tapi ya sekadar lewat, bukan singgah. Kebetulan waktu itu saya ada acara di Demak, maka saya putuskan untuk sekalian mampir ke rumah teman saya.
Untuk bisa sampai ke rumah teman, saya harus melalui Jalan Demak-Purwodadi. Jujur saja melewati jalan satu ini ternyata bukan hal yang mudah. Sebab, melewati jalan ini membutuhkan kemahiran, kehati-hatian, dan kesabaran pengendara. Saya cukup kesal ketika melewati Jalan Demak-Purwodadi, sebab ada beberapa hal yang bikin saya kesal. Setidaknya ada empat hal yang bikin saya resah selama melewati jalan tersebut.
Daftar Isi
Sepanjang jalan terasa panas dan penuh polusi
Sebenarnya Demak, Purwodadi, Semarang, dan daerah-daerah sekitarnya memiliki karakteristik iklim jalanan yang sama, yakni sama-sama panas. Kalau kalian tahu, Semarang itu di siang hari panasnya nggak ada obat! Matahari terasa menyengat, apalagi di daerah Genuk dan Terminal Terboyo. Begitu pula di Demak dan Purwodadi. Kedua daerah ini sama-sama panas.
Saat melewati Jalan Demak-Purwodadi, selain merasakan panas teriknya matahari, saya juga merasa panas di dalam hati gara-gara ada orang yang membakar sampah sembarangan di dekat pinggir jalan. Asapnya itu bukan hanya menyebabkan polusi udara, lho, tapi juga bisa mengganggu para pengendara yang melintas karena membuat pandangan kabur.
Coba bayangkan, kalau terjadi kecelakaan misalnya, siapa yang mau bertanggung jawab? Semoga kalau kelak kalian melintasi jalanan ini, kalian nggak mengalami pengalaman seperti saya ini.
Ada beberapa titik Jalan Demak-Purwodadi yang rusak
Meski beberapa titik Jalan Demak-Purwodadi sudah diperbaiki dan titik lainnya masih dalam proses perbaikan, saya masih menjumpai beberapa jalan yang luput dari perbaikan. Saat saya melintas, ada jalanan yang halus namun tiba-tiba di depan ada lubang yang dalam. Coba bayangkan, kalau saya nggak hati-hati, bisa celaka, lho.
Dulu saya pernah terlena dengan model jalanan yang seperti itu. Saat itu saya berkendara di kisaran kecepatan 70 km/jam. Saya berkendara dengan santai. Jalanan terlihat halus, mulus, tapi tiba-tiba… glodak! Ban motor saya menghantam lubang yang cukup dalam. Untungnya saya masih bisa menstabilkan stang motor sehingga terhindar dari kecelakaan.
Bertemu pengendara nggak tertib
Saat saya lewat Jalan Demak-Purwodadi, beberapa titik sedang diperbaiki, alhasil jalanan ditutup setengah dan dibuat sistem buka tutup. Tujuannya supaya arus kendaraan tetap lancar meski harus bergantian melintas. Simpel, kan? Pengendara yang melintas diminta tertib dan sabar untuk mengantre supaya nggak terjadi kemacetan yang lebih ruwet.
Sayangnya, alih-alih tertib dan bersabar antre, para pengendara tampaknya susah diatur. Kalau motor mungkin masih muat ya berjalan beriringan dengan mobil meski berlawanan arah. Lha, kalau mobil? Sudah tahu jalannya ditutup separuh, malah tetap nyelonong. Alhasil malah menambah kemacetan gara-gara nggak ada yang mau ngalah. Dikira jalan milik mbahnya apa gimana ya. Yang kayak gini pantas untuk dipisuhi to?
Siap-siap juga bertemu kendaraan besar “galak” melewati Jalan Demak-Purwodadi
Kalau kalian belum tahu, Jalan Demak-Purwodadi juga merupakan jalan yang dilalui kendaraan-kendaraan besar, misalnya truk, bus AKAP, mobil, dll. Yang perlu digarisbawahi adalah rata-rata kendaraan tersebut galaknya bukan main. Banyak yang ugal-ugalan!
Saat melintasi jalan itu, saya menjumpai mobil, truk, dan bahkan bus yang menyalip dari arah berlawanan dan memakan jalur saya. Gimana nggak gregetan coba? Saya sudah dalam posisi benar, tapi saya juga berada dalam posisi bahaya. Akhirnya saya hanya bisa mengalah, melipir ke pinggir jalan. Sebab kalau nggak gitu, bisa-bisa saya ketabrak.
Begitulah sedikit pengalaman saya saat melewati Jalan Demak-Purwodadi. Saya berharap, semoga beberapa titik nggak manusiawi di jalan tersebut bisa segera diperbaiki. Sebab, selain membahayakan, jalan tersebut jadi nggak nyaman dibuat berkendara.
Satu pesan saya buat pengendara lain yang masih ugal-ugalan, ingat, keluarga tercinta menunggu kedatangan kita di rumah. Jadi kalau bisa mbok ya pelan-pelan, Pak Sopir.
Penulis: Ahmad Nadlif
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Pucang Gading, Perbatasan Semarang dan Demak yang Nggak Nyaman Ditinggali.