Jalan Daendels Gresik adalah momok bagi warga sekitar. Ruas jalan yang berawal dari Jembatan Sembayat hingga Pertigaan Tenger adalah siksaan bagi pengguna jalan. Terlebih bagi pengendara roda dua alias motor.
Kalau tidak percaya, coba saja melewati jalan tersebut saat siang bolong menggunakan sepeda motor. Selain panas, pengendara harus bersaing dengan truk. Benar-benar jalan yang menguji nyali setiap pengendara. Salah manuver sedikit saja, nyawa adalah taruhannya.
Saking menyebalkannya Jalan Daendels Gresik, saya selalu memilih alternatif rute lain ketika mengunjungi adik saya yang berada di Kecamatan Bungah. Saya lebih memilih jalan-jalan sempit di area Tambak yang hanya bisa dilalui oleh dua sepeda motor. Sebenarnya rute ini nggak nyaman-nyaman amat. Namun, percayalah, masih lebih baik jalanan penuh gronjalan dan sempit seperti di area Tambak daripada harus melintasi Jalan Daendels Gresik.
Daftar Isi
Kemacetan Jalan Daendels Gresik menguji kesabaran siapa saja yang melintas
Kemacetan Jalan Daendels Gresik menjadi alasan utama jalan itu nggak nyaman untuk dilalui. Seperti nggak kenal waktu, kemacaten di jalan sepanjang 12 km yang terletak di Kecamatan Manyar itu terjadi dari pagi hingga malam hari. Parahnya lagi, kemacetan tidak dipicu oleh kendaraan-kendaraan kecil seperti mobil atau motor.
Kemacetan di Jalan Daendels Gresik karena truk-truk besar. Bayangkan saja kalian terjebak macet bersama truk tronton, truk pengangkut peti kemas, dan berbagai jenis truk lainnya. Selain menyebalkan, situasi ini juga berbahaya.
Sebenarnya kemacetan di kawasan ini bisa dipahami karena Gresik adalah daerah industri. Banyak sekali pabrik di daerah ini. Terlebih, belum lama ini perusahaan raksasa PT Freeport Indonesia turut hadir di kota ini. Tidak bisa dimungkiri, semakin banyak pabrik semakin banyak pula truk-truk besar pengangkut komoditas. Ujung-ujungnya, Jalan Daendels Gresik semakin padat dan macet.
Sebenarnya pemerintah pernah punya solusi atas masalah ini. Tahun lalu, Jalan Daendels Gresik mengalami pelebaran jalan. Sayangnya, pelebaran jalan hanya dilakukan di sekitar area Tugu Manyar. Titik yang terkenal padat itu memang kini jauh lebih lengang. Sayangnya, hanya titik itu saja yang terurai kemacetannya. Daerah lain masih sama. Area Desa Sembayat dan Pertigaan Betoyo misalnya. Kemacetan-kemacetan ini biasanya terjadi di ruas jalan yang sempit.
Polusi udara yang di luar nalar
Bayangkan apa yang lebih buruk dari terjebak macet kendaraan besar di jalanan yang penuh dengan polusi udara? Polusi tidak hanya berasal dari knalpot truk, tapi juga polusi dari aktivitas industri di sekitar sana.
Kalau kalian mau mencoba seberapa buruk polusi di Jalan Daendels Gresik, kalian bisa berkendara di sana tanpa masker. Sudah pasti jalan tersebut akan terlihat super kusam. Bahkan kotoran-kotoran dari udara itu bisa menempel di wajah kalian begitu tebal.
Tidak hanya berbentuk kotoran di udara, jalan ini juga menimbulkan polusi aroma. Bagi yang sering melalui Jalan Daendels, pasti tidak asing dengan aroma ikan asin di Jembatan Manyar. Belum lagi aroma nggak sedap dari pabrik olahan coklat di area Kawasan Industri Maspion. Diduga, bau nggak sedap itu berasal dari perusahaan yang mengolah daging sapi dan unggas PT Cargil Indonesia. Saking mengganggunya bau tersebut, masyarakat sekitar sempat melakukan demo.
Jujur, saya yang lewat ke area yang memiliki polusi bau tak sedap saja itu nggak betah, apalagi mereka yang sampai tinggal di area polusi tersebut. Kalau lagi berak pasti yang mengganggu bukan bau dari kotorannya sendiri, tapi bau tak sedap yang diproduksi industri.
Ya memang Gresik itu Kota Industri. Bahkan perekonomian di Gresik naik gara-gara industrinya yang melimpah. Bahkan, UMK Gresik 2024 adalah yang tertinggi se-Jawa Timur setelah Surabaya. Jumlahnya bisa mencapai Rp4,6 juta. Itu memang kabar baik, tapi mbok ya pabrik memperhatikan polusi-polusi yang dihasilkannya supaya nggak mengganggu kehidupan warga.
Jalan Daendels Gresik yang panas
Selain polusi dan kemacetan, Jalan Daendels Gresik terkenal punya suhu yang sangat panas. Kalau kalian pernah merasakan panasnya Surabaya, saya rasa Jalan Daendels Gresik dua kali lipat lebih parah. Seolah-olah, bara neraka menetes di area itu.
Sudah panas, di jalan ini sama sekali nggak ada pepohonan yang meneduhkan. Benar-benar gersang bak padang pasir. Sepertinya kalau pohon atau rumput ditanam di sana, mereka juga enggan tumbuh.
Sialnya, Jalan Daendels Gresik ini adalah jalur satu-satunya bagi masyarakat Gresik Utara yang hendak bepergian atau bekerja ke kota. Kalau masyarakat Gresik Selatan seperti saya mau ke Gresik Utara atau sebaliknya, masih bisa lewat jalan-jalan setapak Desa Tanggulrejo dan Desa Kramat. Namun, kalau Gresik Utara mau ke kota, ya Jalan Daendels yang seperti secuil neraka itu adalah satu-satunya.
Penulis: Mohammad Maulana Iqbal
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Culture Shock Orang Jogja Saat Mendengar Bahasa Jawa Orang Gresik
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.