Bagi warga Kota Malang, Jalan Bandung bukan jalan asing. Jalannya hanya sepanjang 500-an meter, tapi banyak sekolah berdiri di sini, hingga tak kaget jika ada yang bilang jalan ini adalah sentra pendidikan. Mulai dari BA (TK) Restu 1, MIN 1, MTSN 1, hingga MAN 2 untuk Islam dan TKK, SDK, dan SMPK Sang Timur untuk Kristen berdiri di sini. Ada juga UMM Kampus I meski tempat ya di sisi jalan yang kurang ramai.
Selain itu, di sini juga banyak berdiri kawasan kuliner dan kopi, tepat di seberang 4 unit sekolah Islami tadi. Ada juga Indomaret Fresh yang menjadi minimarket primadona anak sekolah sini atau muda-mudi yang habis jalan-jalan atau gowes.
Jalan Bandung bagi saya adalah jalan yang relatif lebih sejuk jika dibandingkan dengan jalanan lainnya di Kota Malang. Pepohonan rindang di kiri-kanan dan di median seolah memayungi jalan ini. Sejuk kalo pagi hari, siang relatif nyaman. Saya sempat punya mimpi punya rumah nggak jauh dari sini karena kesejukannya.
Tapi, di balik indahnya Jalan Bandung dengan pepohonan dan taman mediannya, tersimpan masalah yang jujur saja mencoreng keindahan jalan ini.
Macet di jam-jam tertentu
Yang namanya sentra pendidikan, jelas tak bisa lepas dari kemacetan. Apalagi kalau bukan karena antar jemput siswa. Pagi orang mengantar siswa, siang/sore jemput siswa. Selalu begitu dari zaman Nottingham Forest juara Liga Champions.
Kemacetan yang sudah menjadi tradisi ini bikin saya muak. Jalan Bandung ini menjadi akses terpendek saya untuk pergi ke arah beberapa tempat, salah satunya stasiun. Bisa saja lewat Jalan M.T. Haryono dan D.I. Panjaitan, tapi malas dan melelahkan karena harus memutar lewat Jalan Soekarno-Hatta dulu, nggak boleh langsung dari barat ke timur.
Nah, karena itu juga, jalan ini, bagi saya, tak ubahnya showroom mobil. Mobil jenis apa pun, bisa kalian temui di sini, dari yang B aja sampai mewah nggak kira-kira. Yaaa, di jalan ini ada sekolah elit. Kalian dah tau lah ya, nggak perlu saya jelasin.
Parkir liar di Jalan Bandung
Parkir mobil atau berhenti sembarangan menjadi penyakit kronis yang diidap oleh pengendara di Jalan Bandung. Banyak kendaraan roda empat yang terparkir di bahu jalan atau trotoar, padahal sudah jelas ada P atau S coret lengkap dengan marka zig-zag kuning yang menegaskan semua kendaraan dilarang berhenti, apalagi parkir.
Tapi, nggak usah heranlah, budaya Indonesia adalah aturan dibuat untuk dilanggar dan larangan adalah perintah. Sudah ada marka dan rambu-rambu larangan, tetap saja ada yang parkir di kawasan haram itu. Pantas, kemacetan semakin gila di sini.
Kenapa semakin banyak kendaraan pribadi di sini? Bus Halokes, bus sekolah milik Pemkot Malang kehilangan tajinya. Dulu masih ada dan berseliweran, tapi sekarang jarang. Padahal, program ini sangat membantu untuk menurunkan kemacetan, terutama di Jalan Bandung.
Kemacetan Jalan Bandung sudah nggak bisa ditoleransi lagi, entah karena volume kendaraannya atau parkir liar yang menghalangi jalan. Harus diakui saja, ulah menggunakan kendaraan pribadi adalah gerbang menuju kemacetan. Harus ada pembenahan moda transportasi massa agar jalan ini nggak macet lagi.
Penulis: Mohammad Faiz Attoriq
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Mati Tua di Jalanan Kota Malang