Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Jadi Nenek Sejak Masih Muda Itu Rasanya Wagu dan Lucu

Lestahayu oleh Lestahayu
16 Juni 2021
A A
jadi nenek di usia muda mojok

jadi nenek di usia muda mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Idealnya, usia untuk menjadi seorang nenek minimal 40 tahun, dengan perhitungan: menikah pada usia 19 tahun, punya anak setahun kemudian, lalu baru punya cucu 20 tahun setelahnya. Saya anggap, pada usia kurang lebih 40 tahun tersebut, seorang nenek sudah cukup matang dan dewasa untuk bersikap dan bertindak sebagaimana nenek yang baik, benar, serta dapat diharapkan kedewasaan berpikir dan bertindaknya. Lantas, bagaimana dengan saya yang sudah jadi nenek sejak usia 24 tahun?

Eh, gimana, gimana?

Gini, mylov. Saya punya keponakan yang usianya sembilan tahun lebih muda dari saya. Dia punya anak, yang secara otomatis jadi cucu saya juga. Sementara itu, ibunya cuma enam tahun lebih tua dari saya. Anak dan ibu kandung itu memang sama-sama menikah dini dan punya anak saat masih berusia belasan tahun, usia anak sekolah. Pada usia segitu, mestinya dia masih main bareng teman sebayanya, bukan malah ngasih cucu buat saya.

Jadi, begitulah. Banyaknya kasus pernikahan dini di lingkungan tempat tinggal plus keluarga besar, bikin saya terlalu cepat menjadi seorang nenek. Maka, ketika teman-teman seusia saya cukup banyak yang sudah menikah dan punya anak, saya bisa dengan bangganya bilang ke diri sendiri: “Seusia mereka sudah punya anak, ya lumrah. Wajar, memang sudah masanya. Kamu dong, sejak umur dua puluh empat tahun sudah punya cucu.”

Baiklah. Mungkin di antara Anda sekalian ada juga yang sudah punya cucu sambung macam saya, dengan usia yang jauh lebih muda, tentu saja. Barangkali ada yang menjadi nenek sejak masih usia belasan tahun, masih seusia anak SD, balita, bayi dua bulan, atau bahkan sejak masih di dalam kandungan sudah berstatus sebagai Mbah. Walau dengan situasi dan kondisi yang berbeda-beda, disertai alasan yang tak serupa pula.

Tapi, serius. Berstatus sebagai nenek-nenek (dan atau kakek-kakek) padahal masih muda, jodan belum punya anak pula itu kadang-kadang bisa menjadi sebuah aib yang saya sendiri nggak tahu dari mana asalnya. Malu, sungkan, aneh, risi, geli, dan entah perasaan apa lagi itu bisa datang tanpa aba-aba sebelumnya. Nggak jarang merasa lucu, karena berasa jadi lansia sebelum waktunya.

Saya nggak heran ketika salah satu remaja cerita ke saya, “Aku juga udah jadi nenek, Mbak. Terus, adikku yang dipanggil Mbah juga protes. Nggak mau dipanggil Mbah karena masih kelas satu SD dan merasa belum tua, rambutnya juga belum putih.”

Untuk saya pribadi, jadi nenek-nenek sejak muda bisa buat lucu-lucuan. Tapi coba bayangkan, anak yang masih kecil. Mereka kesulitan beradaptasi dengan keadaan yang ada. Dia masih suka main dengan teman sebaya, eh, nggak tahunya dia ini nenek-nenek. Bayangkan bagaimana perasaannya, andai temannya tahu.

Baca Juga:

Higgs Domino, SPayLater, dan Kesedihan Teman Saya Setiap Awal Bulan

Kepergian Lionel Messi dan Pentingnya Regenerasi Klub

“Nggak tahu diri banget, sih! Sudah jadi nenek-nenek kok masih main masak-masakan!”

Dikatai gitu, nangislah dia.

“Nenek-nenek kok cengeng!”

Tambah mewek, lah. Lalu pulang, nggak mau main lagi. Malu karena masih kecil sudah jadi nenek.

Alhamdulillah, itu nggak terjadi di depan mata saya. Nggak tahu kalau di rumahnya, wkwkwk.

Anehnya, hal begini lumrah terjadi di sekitar saya. Lama-kelamaan, sedikit banyak saya memaklumi kelumrahan yang tak wajar ini, walau ada beban moral yang mesti ditanggung oleh saya dan orang yang terpaksa jadi mbah-mbah sebelum waktunya. Ibarat tokoh dalam serial Upin & Ipin, muka kami ini masih seimut Kak Ros, tapi jiwa dan pemikiran kami dipaksa untuk menjadi sedewasa, sebijak, dan sesepuh Opah. Lingkungan pun menganggap seperti itu, mengabaikan usia dan rupa kami yang masih terlalu unyu.

Selain itu, saya jadi terbiasa memaklumi ketika sepupu yang menikah pada usia sekolah selalu merepotkan dalam hal finansial atau tenaga tiap kali dia mau kondangan maupun tilik bayi. Saya jadi memaklumi ketika para pelaku pernikahan dini itu sering menjadikan saya sebagai tempat sambat. Lagi-lagi, mentang-mentang saya sudah mbah-mbah tadi.

Fenomena-fenomena luar biasa yang saya temui sehari-hari itu, mau nggak mau bikin saya mikir. Ini saya cuma jadi nenek sambung, bukan nenek kandung. Nggak terbayang ada berapa banyak pemakluman-pemakluman lain yang perlu dibiasakan, andai saya jadi nenek dini beneran. Lantaran terbiasa memaklumi hal kurang wajar, ternyata menerbitkan beberapa kecurigaan di benak.

Jangan-jangan, ya. Jangan-jangan, yang menikah dini karena kebelet itu sebenarnya khawatir menyandang status sebagai mbah-mbah sebelum menikah, walau harus mengorbankan orang lain yang mesti menanggung status itu. Pokoknya, pantang embah sebelum nikah. Jangan-jangan, mereka takut direpotkan juga, tapi masa bodoh ketika sering merepotkan. Pantang repot sebelum bikin repot. Jangan-jangan, mereka takut disambati juga. Jadinya dulu-duluan untuk sambat.

(Masih) jangan-jangan, beberapa orang yang bilang iya-iya ke saya soal pendidikan dan kodrat perempuan itu tujuannya bukan ingin menghadang langkah saya dalam menggapai masa depan. Itu bukan karena budaya patriarki atau apa pun sejenisnya, bukan. Mereka sebenarnya cuma mengingatkan secara tersirat bahwa mbah-mbah macam saya ini mestinya banyak-banyak beri’tikaf, buat bekal di akhirat kelak. Sudah saatnya saya meninggalkan gemerlap keduniawian.

Lagian, kalau mbah-mbah kayak saya gini masih mengenyam pendidikan, terus ketemu cogan nan cerdas, mapan, dan kebetulan adalah calon imam idaman, bakalan repot banget. Bisa-bisa ada adegan yang wagu berikut ini, tapi kok ya lucu juga kalau dibayangkan.

“Calon suamiku, maukah kau menjadi kakek dari cucu-cucuku? Nanti, panggilan kesayangan kita berdua adalah Yang. Kepanjangannya bukan Sayang, melainkan Eyang,” kata saya.

Tanpa menjawab, si calon kakek baru malah pingsan.

BACA JUGA Kenapa sih Harus Nikah Muda? dan tulisan Lestahayu lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 16 November 2021 oleh

Tags: hamil usia mudaHiburan TerminalnenekPernikahan Anakpernikahan dini
Lestahayu

Lestahayu

Sebagian orang memanggil saya Hayu, tapi lebih banyak yang memanggil Septi. Pernah pacaran satu kali. Suka menulis cerita fiksi, makanya pengin jadi sahabat PUEBI dan KBBI.

ArtikelTerkait

‘Makan Besar’ Trans7_ Acara Masak Gede-gedean yang Menghibur dan Nggak Lebay terminal mojok

‘Makan Besar’: Acara Masak Gede-gedean yang Menghibur dan Nggak Lebay

4 Juli 2021
Sweet Tooth: Refleksi Menakutkan dalam Upaya Manusia Hadapi Pandemi terminal mojok.co

Sweet Tooth: Refleksi Menakutkan dalam Upaya Manusia Hadapi Pandemi

3 Agustus 2021
nikah muda

Kenapa sih Harus Nikah Muda?

4 September 2019
MTV Ampuh, Acara Musik Terbaik Sepanjang Masa terminal mojok

MTV Ampuh Adalah Acara Musik Terbaik Sepanjang Masa, No Debat!

25 Juni 2021
Adegan Romantis di Film yang Sebenarnya Nggak Romantis-romantis Amat di Dunia Nyata terminal mojok

Adegan Romantis di Film yang Sebenarnya Nggak Romantis-romantis Amat di Dunia Nyata

18 Juli 2021
cabor olimpiade selain skateboard mojok

Selain Skateboard, Beberapa Olahraga Ini Wajib Masuk Cabor Olimpiade

28 Juli 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.