Sebelumnya, puji syukur saya panjatkan karena sampai hari ini saya masih jauh dari kata positif. Baik positif Covid-19 maupun positif Covidiot. Apalagi sebagai warga daerah istimewa, saya merasa cukup waras dalam memandang pandemi ini.
Yang susah adalah ketika saya percaya ancaman pandemi, namun di satu sisi saya juga ngefans dengan I Gede Ary Astina alias Jerinx alias JRX alias om-om punkrock yang giat menyuarakan konspirasi Covid-19. Mungkin terdengar sepele, tapi jujur ini berat bagi saya yang ngefans dengan JRX dan Superman Is Dead (SID) sejak SMA.
Yang bikin berat adalah cocot kencono JRX ketika menyerang figur publik yang terpapar atau sekadar membangun kesadaran terhadap Covid-19. Setiap JRX mengomentari unggahan Instagram perihal Covid-19, sebagai fans saya malah yang ketar-ketir.
Bukan takut idol saya masuk penjara lagi. Lha, JRX saja bangga kok masuk penjara. Yang bikin ketar-ketir adalah pertanyaan lingkungan saya tentang sosok yang saya puja ini. “Eh, JRX ngapain lagi itu?”, “Kok kamu ngefans sama orang goblok?”, “Kamu nggak percaya corona, ya?”, “Idolmu yang bikin penanganan Covid-19 jadi makin runyam!”. Dan banyak lagi bacotan yang sebenarnya ingin saya jawab dengan kata, “Hamboh!”
Apakah ini memengaruhi mental saya? Ya sedikit banyak, sih. Apalagi artikel dari Mas Muhammad Sabilurrosyad kapan hari seperti menyuarakan isi hati saya. Tapi saya sadar, masih lebih mudah jadi fans JRX daripada jadi fans Presiden Joko Widodo. So, Mas Rosyad, jadi Fans JRX dan SID nggak harus membela diri mati-matian, kok.
Memang sebagai warga negara yang baik, kita harus mendukung kebijakan presiden yang sah. Tapi ketika dukungan ini menjadi bentuk pemujaan, perkaranya sudah beda. Setiap kebijakan, bahkan ujaran Jokowi, dipuja sebagai kebenaran. Meskipun kebijakan dan ujaran yang keluar kadang terlalu sulit untuk didukung.
Fans JRX dan fans Jokowi punya kecintaan yang sama pada idolnya. Tapi ketika bicara susah mudahnya ketika dibenturkan dengan realita, masih mending jadi Fans JRX daripada fans JKW. Alasan saya adalah sebagai berikut.
JRX itu drummer bacot, Jokowi itu presiden pembuat kebijakan
Apakah pekerjaan kedua idol ini berpengaruh? Menurut saya jelas berpengaruh. JRX itu hanyalah penabuh drum di SID. Pol mentok vokalis di Devildice dan owner dari RMBL. Sudah, itu saja kapasitas JRX. Kalau JRX bacot, hanya kepada dirinya dan pihak yang diserang saja blio harus bertanggung jawab.
Lha kalau Jokowi, posisi yang diampu hari ini adalah presiden. Jokowi adalah sosok yang dipilih rakyat sebagai pemimpin negara. Setiap ujarannya jelas diperhatikan dan dikaji oleh rakyat. Dan setiap keputusannya sebagai presiden harus mewakili aspirasi rakyat yang dipimpin.
Sebagai fans JRX, kalau bli drummer ini bacot, ya sudah. Nggak beda dengan bacotan tetangga Anda yang menolak pakai masker ketika beraktivitas. Nggak ada dampak signifikan atas perilaku JRX terhadap kehidupan fans. Lha kalau fans Jokowi, mereka harus menanggung cercaan ketika Presiden mengeluarkan statement ra mashok. Dan secara nggak langsung, ikut menanggung kecaman ketika kebijakan Presiden ini dinilai merugikan masyarakat.
JRX tidak dipilih rakyat, Jokowi dipilih rakyat
Bicara soal menanggung kecaman, memang lebih enak jadi fans JRX daripada fans JKW. Karena JRX jadi drummer dan figur publik bukan atas pilihan rakyat. Lagi pula nggak ada kewajiban moral bagi fansnya untuk membela mati-matian opini JRX. Nggak ada oposisi yang ingin menggulingkan JRX sebagai drummer SID.
Lha kalau ngefans Jokowi, kita ngefans pada sosok pilihan rakyat. Segala kebijakannya akan dibayang-bayangi oleh pihak oposisi. Ngefans Jokowi berarti harus siap adu argumen dengan fans oposisi yang jelas-jelas menyerang dan ingin menggulingkan Jokowi dari kursi presiden.
Karena Jokowi adalah sosok sekaligus subjek politik, jelas perjuangan fans blio lebih berat. Menjadi fans Jokowi jelas harus terjebak pusaran agenda politik oposan dan loyalis. Lha kalau jadi fans JRX, paling banter ya terjebak pusaran mosh pit yang bikin bibir sobek saja.
JRX menyimbolkan punk. Jokowi menyimbolkan orang baik
Tapi nggak ada kenikmatan jadi fans JRX selain realita bahwa blio ini punker. Yang namanya punker jelas menjadi social misfits dalam masyarakat. Wajar jika JRX nganeh-nganehi sebagai figur publik. Karena kalau nggak aneh, namanya bukan punk. Dan sebagai fans, menanggung stigma punk JRX masih lebih mudah diterima.
Lha kalau Jokowi sering digadang-gadang sebagai rezim orang baik. Jokowi dikemas oleh fans yang sering dihujat sebagai cebong sebagai sosok baik di puncak pemerintahan Indonesia. Tapi ketika stigma orang baik ini bergesekan dengan kebijakan yang nggak baik, dhyar langsung kicep mulut para fans.
Ketika UU Ciptaker disahkan, para fans harus susah payah menyuarakan UU ini sebagai kebaikan. Ketika Indonesia nggak sigap menangani pandemi di masa awal, para fans harus membela sebagai upaya penyelamatan ekonomi. Ketika Indonesia dibabat Covid-19, para fans satu padu harus menyalahkan sesama rakyat. Dan ketika korupsi merajalela dan KPK dilemahkan, para fans yang bingung pun tetap membela dengan goblok?
Kalau fans JRX, santai saja ketika bojone Mbak Nora ini berulah. Mau menyerang Via Vallen? Mau mengritik Mas Anang Hermansyah? Mau menyuarakan konspirasi Covid-19 yang berlebihan? Mau masuk penjara? Sebagai fans kita hanya perlu membela dengan berkata, “PUNK KOK!”
Sumber Gambar: YouTube Sekretariat Presiden
BACA JUGA Sulitnya Menjadi Fans SID dan JRX di Masa Pandemi dan tulisan Prabu Yudianto lainnya.